[more]

1.2K 234 91
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Kenapa tidak bilang padaku kalau mau ke sana? Tahu begitu tadi aku ikut denganmu."

Seulgi memberengut lucu. Melipat kedua tangannya dan berpaling dari wajah lelaki di sampingnya. Ini pertama kali Jimin mengabaikannya dan Seulgi tidak suka.

Niat Jimin hanya sebentar, sebenarnya. Namun, siapa tahu kalau tempat persembunyian anak buah Yoongi ternyata sulit ditemukan.

Untung saja instingnya benar. Jimin berhasil menemui pria berusia tiga puluhan yang dimaksud Yoongi di sebuah gang kumuh, di belakang sebuah kedai tak terpakai.

Jimin malah terkekeh. Dia mencubiti hidung gadisnya gemas. "Hei, jangan marah begitu. Di sana bahaya, Seul. Kalau kau kenapa-kenapa bagaimana? Aku tidak mau ambil resiko."

Seulgi menepis tangan Jimin kasar. Tadi saja mengabaikanku, sekarang pegang-pegang. "Meski aku bukan mantan petarung sepertimu, tapi aku juga bisa jaga diri. Ah, apa sih. Kau ini menyebalkan!"

Udara malam ini lebih dingin dari biasanya. Jimin mengira akankah turun hujan sebentar lagi. Dia kembali menyesap kopinya dan kembali mengganggui Seulgi.

Pacaran di balkon saja sudah cukup, batinnya. Lelaki itu sedang malas keluar rumah. Makanan sudah ada di dapur dan kopi juga sudah ada yang membuatkan. Kurang apa lagi?

Toh, Seulgi tidak pernah menolak atau minta yang macam-macam darinya.

Jimin mencuri kecupan singkat di pipi kanan Seulgi. Berharap gadis itu akan minta lagi atau mungkin 'lebih'.

"Jangan berpikir aku akan tergoda. Imanku masih kuat."

Dan putus sudah harapan Jimin untuk dapat jatah. Padahal, biasanya dia paham kalau Jimin sudah memberi kode seperti itu. Seulgi sedang kesal. Jadi, biar saja Jimin merajuk kali ini.

Jimin merebut tangan Seulgi dan ditariknya halus. Kemudian, bergelayut manja pada lengannya, merayunya agar gadis itu menuruti kemauannya yang tidak bisa direm. "Seul, ayolah."

"Lepas, Jim. Aku tidak mau." Kendati tenaganya kalah besar, tapi gadis itu masih berusaha melepaskan lengannya dari cengkraman Jimin. Kalau Seulgi bilang tidak, ya tidak.

"Seul, satu ronde saja, hm?" Nadanya yang manja tidak membuat gadis bermarga Kang itu goyah. Sekali pun Jimin sujud di kakinya, Seulgi tidak peduli. Pokoknya, tidak mau.

Namun, gadis itu malah diam. Meski Jimin sudah menghujaninya kecupan-kecupan di pipi, tapi keputusannya tidak akan berubah. Yang ada gadis itu malah mendorongnya menjauh.

Seulgi yang kesal jadi makin kesal. Rasanya ingin menyiram lelakinya itu dengan kopi. Tapi, Seulgi tidak sejahat itu.

Karena sudah di puncak, gadis itu kini meluncurkan keputusan finalnya.

Dysphoria • wengaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang