[eksekusi #2]

1.1K 202 109
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Tidak ada yang tahu kenapa Deoksung datang lebih awal. Antara Rose yang salah informasi dan Deoksung yang punya rencana lain. Pikiran Yoongi sudah tidak karuan.

Sejak tadi Jimin terus berusaha menghubungi Seulgi. Entah apa yang terjadi di sana, gadis itu susah dihubungi sampai sekarang. Otaknya memaksa untuk tidak berpikir negatif. Namun, nyatanya hati yang selalu menang.

Di dalam mobil, hanya ada Yoongi, Jimin, dan Jungkook. Sisanya ada di mobil depan memimpin jalan menuju lokasi. Selama perjalanan Jungkook tidak bersuara. Dia hanya fokus mengikuti mobil di depannya.

"Sudah bisa dihubungi?" Yoongi memecah hening.

"Belum. Aku takut terjadi sesuatu."

Yoongi terlihat tenang meski pikirannya kacau. Menggigit bibir. Memperhatikan ke luar jendela. Dunia sudah kelam. Mereka sudah memasuki jalanan sepi menuju pabrik tua itu. Sebentar lagi mereka sampai dan Seulgi masih belum bisa dihubungi.

"Hubungi terus."

Yoongi jadi ikut resah. Namun Jimin lebih resah dua kali lipat. Dia benci sesuatu yang dadakan. Seokjin sempat berkata jika akan ada kejutan lain yang mungkin mengejutkan. Yoongi sangsi sebenarnya. Dia mana percaya pada omongan Seokjin yang tanpa referensi.

Tapi entah kenapa kali ini dia percaya saja. Sesuatu di dalam hatinya memaksa percaya kendati belum tahu pasti apa yang akan terjadi nanti. Yoongi hanya berpikir positif.

Moon Deoksung bertindak seolah tahu kedatangan Yoongi dan kawan-kawan.

"Tersambung!" pekik Jimin.

Suara Seulgi memutus penantian Jimin. Dia khawatir setengah mati namun masih berusaha tenang. Tak lupa Jimin menyalakan loudspeaker-nya sebelum melayangkan tanya lebih dulu. "Seul, kau tak apa? Apa yang terjadi disana?"

"Sinyalnya jelek. Aku baik."

Jimin meloloskan helaan nafasnya. "Syukurlah. Keadaan di sana bagaimana? Aman?"

Gadis itu kembali menyahut lirih. "Semua aman. Ada dua mobil yang baru masuk dan menuju ke gedung belakang. Kalian sudah berangkat?"

"Seul, bicaramu lirih sekali. Aku hampir tidak mendengarmu."

"Bodoh," umpatnya, "Aku ada di atap sekarang."

Yoongi merebut ponsel dari tangannya. "Idiot. Apa yang kau lakukan? Sudah kubilang tetap di tempat!"

Namun Seulgi tak bisa kalah. Dia balas memaki Yoongi kali ini. "Ah, bajingan gila ini. Ini darurat, Pak. Kalau tidak kemari mana bisa aku menghubungimu? Sialan."

Benar juga.

Jangan lupa kalau Kang Seulgi suka memanggil Yoongi dengan bajingan gila. Untungnya itu terjadi hanya kalau sudah kesal. Untungnya lagi Yoongi tidak pernah mempermasalahkan hal itu.

Dysphoria • wengaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang