[weak]

2.1K 282 6
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***




"Mau apa?"

Suara Yoongi terdengar berat di telinga Jimin. Keduanya sedang berada di balkon markas kebesaran mereka. Menyapa angin sore yang berembus sejuk pertanda malam akan segera tiba. Menerbangkan surai kedua lelaki yang tengah duduk berdampingan itu.

"Bisakah kau membantuku kali ini? Aku tidak tahu lagi harus meminta bantuan pada siapa." Sebenarnya ada harap-harap takut Jimin meminta pada Yoongi. Pasalnya, lelaki itu tidak mudah mengiyakan jika dimintai bantuan.

Ketua kelompok itu tengah menghisap batang tembakaunya dan mengembuskan asapnya ke udara. "Adikku tidak pulang sejak dua hari lalu. Tidak bisakah kita mencarinya?"

"Apa yang akan kudapat?" tanyanya seraya menatap wajah gusar Jimin. Ini yang dia takutkan. Yoongi bukan orang yang mau bekerja gratisan.

"Entahlah aku belum memikirkannya. Tidak bisakah kita mencarinya dulu?"

Lelaki itu membuang rokoknya asal dan menatap tajam lelaki di hadapannya. Tertawa sinis, menertawakan sisi menyedihkan seorang Park Jimin yang sedang mengemis padanya.

Mata Yoongi menerawang jauh pada milik Jimin. Menerka maksudnya yang terpendam dalam-dalam di sana. Pandangannya seolah merendahkan lelaki pendek yang selalu terlihat lemah itu. Bisanya hanya merengek seperti anak kecil.

"Kita?"

"Hyung, aku tidak tahu harus mencarinya kemana lagi. Aku akan mengumpulkan data-datanya, aku sendiri yang akan survei tempatnya. Kalian hanya akan terima jadi. Soal uang-"

"Tidak."

Yoongi POV

Aku bisa melihat dia membatu mendengar ucapanku barusan. Aku tidak sebaik itu. Siapa yang mau bekerja gratisan?

"Setidaknya pinjamkan aku anak buahmu." Aku menoleh cepat. Berani sekali anak ini.

Ku rangkul dan ku tepuk-tepuk pundaknya. Anak ini menahan sesuatu. Emosinya akan segera meledak jika aku tidak menuruti kemauannya. Matanya menyala seolah memaksaku untuk takut padanya.

Tidak semudah itu dia bisa membuatku bertekuk lutut. Sudah kubilang, aku tidak sebaik itu.

"Bagaimana aku bisa percaya padamu?"

"Ambil bayaranku di pekerjaan berikutnya."

Anak ini sungguh. Aku sampai tertawa dibuatnya. Rupanya Park Jimin sudah besar. Lihatlah, dia begitu berani sekarang. Memberikan bayarannya? Dia tidak main-main kurasa.

Dysphoria • wengaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang