Latte 1

990 61 20
                                    

"Bisa nggak sih, kalo kita lagi berdua kaya gini kerjaan kamu disimpen dulu," Tasya cemberut lalu menyesap Matchalattenya. Matcha sudah menjadi candunya sejak lama. Sejak ia berkenalan dengan sosok yang piawai membuatnya tenang, nyaman.

"Iya iyaa, bentar ya dikit lagi selesai ko," Sam mengusap pucuk kepala gadisnya lembut.

Cekrek.. Tasya memotret kopi milik Sam.

Si misterius
Bagaimanapun, kopi adalah kopi.
Tenang dengan segala pekatnya
Mengepul dengan baunya
Bagaimanapun, kopi adalah kopi.
Pahit.
Yang membuat manis adalah gulanya, tapi mengapa kopi yang dipujinya?

Dipostingnya foto tersebut beserta captionnya ke Instagram. Sam masih saja melanjutkan pekerjaannya. Tasya bosan, dia memilih memerhatikan orang orang yang berlalu lalang dibalik jendela tempat dia berada. Ada yang anteng sendiri. Bercanda tawa bersama temannya, dan ada juga yang kesepian seperti dirinya. Berada di antara banyak orang, namun masih serasa sendiri.

"Tasya, aku duluan yaa bos aku udah nelfon," Sam bangkit sambil membereskan barang bawaannya. Sambil berlalu, ia mengecup singkat pucuk kepala Tasya.

"Belum ngobrol banyak udah ditinggalin," Tasya mengerutu. Dia pun menghirup aroma Matchalatte nya dalam dalam. Seketika ia merasakan ketenangan dalam hatinya, ia melupakan sejenak rindunya pada Sam. Diseruputnya Matchalatte itu dengan harapan bisa menghilangkan rasa kecewanya.

*****

"Liat kamera, oke bagus," cekrek. "Tangannya keatas, oke bagus," cekrek. "Sip photoshot hari ini selesai, makasih cantik waktunya," kata sang fotografer kepada Tasya.

"Sama sama bang, bisa aja mujinya," Tasya berjalan kearah monitor, melihat hasil jepretan fotografer tadi.

"ini sih fotografer nya yang jago, aku jadi keliatan cantik langsing gini."

"Kalo fotografer jago, modelnya gak berbakat sih sama aja bohong," sang fotografer bernama Dewa itu tak mau kalah dengan Tasya.

"Iya dehh iya yang sama sama jago, balik yu beb," kata asisten Tasya menengahi.

"Semuanya, aku duluan yaaa. Makasih waktunya. Kerjasama yang lainnya ditunggu yaa," Tasya berlalu tanpa melunturkan senyum ramahnya pada semua kru yang ada disana.

"Iya siap cantik," respon kru berbarengan.

"Cantik iya, sukses iya. Baik lagiiii kalo aja gue masih muda, udah gue pacarin tuh Tasya," ucap salah satu kru sambil menggulung kabel.

"Ehhhh elu ngimpinya kejauhan. Ati ati loooh ketauan Sammi bisa digorok lo" jarot tertawa keras melihat wajah tertekuj temannya.

Sammi: Yang aku udah di parkiran

Tasya mengecek ponselnya, ternyata itu pesan dari Sammi. Dia langsung menuju parkiran tanpa membalas pesannya. Sebelumnya ia telah berpamitan pada Sanita, asistennya.
Setelah sampai parkiran dan menemukan mobil kekasihnya itu, Tasya  langsung masuk dan duduk di passenger seat.

"Ngagetin aja kaya setan," Sam terlonjak kaget karena tiba tiba ada yang duduk disampingnya. Dia pun langsung menyimpan handphone yang sedang dimainkannya tadi.

"Masa ada setan seimut aku sih," sambil memeluk Sammi. Sammi langsung membalas pelukan tasya dan mengecup pucuk kepalanya dengan sayang.

"Kamu lapar?,"

"Iyaa laper banget aku, cape lagi huftt. Kita ke caffe Ragi aja yaa," melepaskan pelukannya dari Sammi dan hanya dibalas anggukan ekstra senyum dari Sammi.

Mereka pun langsung meluncur ke kafe langganan mereka. Diperjalanan mereka membicarakan banyak hal. Sampai tidak terasa mereka sudah sampai di kafe tersebut. Tanpa ada perlakuan khusus seperti sammi yang membukakan pintu mobil untuk tasya, karena mereka adalah tipe orang yang simple dan gamau ribet. Mereka langsung masuk ke kafe tersebut dan menyapa Rahagi, anak pemilik kafe.

Rahagi atau panggilan akrabnya Ragi, adalah teman sekolah Tasya, namun beda kelas. Loh ko bisa kenal? Bisalah, kan mereka temenan dari SMP, dan ketika SMP mereka satu kelas. Dari dulu juga Ragi suka bantu bantu di kafe orangtuanya. buat nambah uang jajan, katanya. bukan karena kekurangan uang jajan, tapi emang pada dasarnya Ragi adalah anak yang mandiri. Karena keberadaan Rahagi juga kafe tersebut menjadi tempat favorit Sammi dan Tasya.

"Hai Ragi, mau makanan yang biasa yah," Tasya langsung memesan makanannya. Sammi hanya tersenyum dan melambai kearah Ragi dari kursi yang ditempatinya.

"Minumnya pasti Matchalatte kan? Ekstra matcha, gue tau!" ungkap Ragi dengan jumawa.

"Wiiiiis hebat udah tau aja. Eh iya punya Sammi mau jus avocado aja katanya,"

"Iya siap tuan puteri, mohon ditunggu pesanannya," sambil membungkuk hormat ke arah Tasya.

"Haha apaan sih looo geli gue," Tasya berlalu meninggalkan Rahagi yang masih membungkuk itu menuju meja yang ditempati Sammi.

"Udah lumayan lama yaah kita gak kesini," Sammi membuka pembicaraan.

"Iya, kamunya sih sibuk terus. Kalo aku sih sering kesini, walau cuma beli Matchalatte,"

"Kan sibuk juga buat masa depan kita Yang," Sammi menggenggam tangan Tasya.

"Ini pesanannya datang. Udah lama Sam lo gak main kesini?" Rahagi duduk di samping Tasya.

"Iya nih guenya sibuk, meeting lah, keluar kota lah," Sammi tersenyum kecut.

"Iyaa gue ngerti ko Sam, tapi cewe lo ini galau mulu. Katanya kangenlah apalah, bosen gue dengernya," Rahagi lalu tertawa mengejek Tasya.

"Ih apaan sih Ragi, wajar kali gue kangen sama pacar sendiri. Lo sih gapunya pacar jadinya lo gabisa ngerasain kangen sekangen kangennya!" Tasya memeletkan lidah kearah Ragi yang dibalas dengan satu jitakan di jidat luasnya.

"Ihhh Ragi ko jahat. Kan sakit jidatnya," Tasya cemberut sambil mengusap-usap jidatnya.

"Hehe iyaaa maaf. Yaudah silakan dimakan sambil melepas rindu pfttt," Rahagi berlalu sambil mengacak poni Tasya. Sammi pun hanya bisaa tersenyum menanggapi interaksi Tasya dan Rahagi didepannya. Karena Sammi tau, mereka sudah lama berteman. Dia tidak seharusnya merasa cemburu.




🥀

Voment nya ya nak😊
Peluk gereleng dari Mama🤗

MatchalatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang