Latte 7

195 36 22
                                    

Rasanya tidak ada yang berubah pagi ini. Semuanya masih sama-sama menyedihkan, diperjelas dengan garis wajah Tasya yang melukiskan banyak kesedihan. Kantung mata menghitam, mata sembab, hidung merah, rambut acak-acakan. Tasya tidak peduli pada penilaian orang tentang dirinya saat ini. Toh selama ini mereka selalu meihat sisi bahagia Tasya, sekali-kali mereka juga harus melihat sisi rapuhnya. Agar orang lain juga dapat belajar bahwa hidup tak selamanya bahagia kaya di novel-novel. Di novel saja si tokoh utama selalu menderita dulu sebelum bahagia. Apalagi di kenyataan, yang lebih kejam dan tak terduga.

Tasya turun dari kamarnya menuju ruang makan lalu membuka kulkas. Tasya mengambil beberapa lembar roti dan menuangkan susu ke dalam gelas, lalu duduk simeja makan dan melahap rotinya.

'Rasa rotinya hambar, bisa jadi karena gak pake selai bisa juga karena tidak ada senyuman mama yang menemani sarapan pagi ini' batin Tasya. Dengan cepat Tasya menghabiskan sarapannya, lalu mengambil tasnya dan berjalan keluar rumah. Saat akana membuka pintu ternyata tertempel sebuah sticky notes, Tasya mengambil lalu membacanya.
Tasya, papa ada urusan ke Batam selama dua minggu
Ternyata itu pesan dari papanya.

"Ah bodo amat mau kemana juga. Syukur-syukur gapulang lagi" kata Tasya sambil membuang sticky note itu sembarang. Papanya emang selalu begitu. Jika sudah berdosa menyakiti mamanya, papanya selalu kabur dengan berbagai alasan. Nanti juga balik lagi, gak tau malu.

Ketika pintu terbuka, Tasya dikejutkan dengan seseorang yang tengah berdiri membelakanginya.

"Pak Firman..." Firman berbalik dan menaikan sebelah alisnya sambil tersenyum "ehh kak Firman" ralat Tasya.

"Ayo berangkat sekarang"

"Tapi saya udah janji mau berangkat sama Ragi" kilah Tasya. Sebenarnya Tasya tidak ada janji berangkat ke sekolah bareng Ragi hari ini, ia hanya terlalu malas berinteraksi dengan Firman apalagi masih sepagi ini.

"Tadi saya sudah bicara sama Ragi, Ragi udah saya suruh  berangkat duluan"

' jadi tadi Ragi kesini' batin Tasya. Tasya pun tidak punya pilihan lain selain berangkat bareng Firman. Sepanjang perjalanan Tasya lebih tertarik melihat jalanan daripada mengobrol dengan Firman.

"Tasya, maaf ya semalam saya gatau kalau mama kamu msuk rumah sakit" Firman membuka pembicaraan.

"Iya, gapapa ko kak"

"Ntar sore materinya saya anter kerumah sakit sekalian jenguk mama kamu. Kamu ntar sore di rumah sakit kan?"

"Gaperlu pak, saya sudah pinjam buku Adel" tolak Tasya tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan. Adel adalah teman sekelas Tasya yang rajin dan cerdas. Jangan tanya bagaimana Asri, Asri memang cukup pintar namun buku catatan nya tak pernah terisi lengkap.

"Ohh yaudah gapapa......." Tasya tidak mendengar lagi apa yang dikatakan Firman. Mata dan fikirannya fokus pada seseorang yang dilihatnya saat melewati minimarket tadi.

"Sam.." Tasya bergumam.

"Nama saya Firman, Tasya" Firman terkekeh geli. Tasya tidak merespon ucapan Firman barusan. Tak terasa, mereka sudah sampai disekolah. Tasya mengucapkan terima kasih lalu turun dari mobil Firman dengan pandangan kosong.

'tadi gue liat sam mau nyebrang sama cewe. Mereka terlihat bahagia... tapi siapa perempuan itu? Rasanya agak tabu kalau gue kira mereka sodaraan'

Tanpa Tasya sadari, cairan bening itu telah meluncur dari matanya. Tasya teringat sesuatu. "ohh iya gue kan pernah mimpiin ini, siapa tau ini juga mimpi, mudah-mudahan mimpi.." plaaak!! Tasya menampar pipinya pelan tanpa menghentikan langkahnya "ini pasti mimpi" plaaak!! Tasya melakukannya lagi semakin keras.

"Wey...!!!!" Tasya tersentak oleh suara cempreng Asri  disampingnya

"Ko gue kaget yaa" Tasya bingung, Asri juga ikutan bingung
"berarti gue gak lagi mimpi" lanjut Tasya

"Hahaha jam berapa ini lo masih ngimpi. Saking lamanya gak masuk sekolah lo udaah gak bisaa membedakan mana mimpi dan mana kenyataan." Asri terbahak

"Emm gap.." jedak!! Suara nyaring terdengar saat Tasya menabrak pintu kelasnya. Asri semakin terbahak melihat Tasya meringis menahan sakit di keningnya. Asri yakin rasanya pasti sakit banget. Ehh gak seberapa dibanding rasa malu deng. Karena saat ini di koridor sedang banyak murid, dan mereka melihat ke arah Tasya. Asri ikutan malu jadinya

"Srintiiiiiiiil gara-gara lo nih" Tasya menggeram sambil melirik murid-murid yang melihatnya "mau ditaro dimana muka gue" kata Tasya berlalu masuk kedalam kelas. Belum juga duduk, seseorang memanggil namanya.

"Tasya, ini tas kamu ketinggalan" kata Firman

Tasya baru sadar kalau tadi saat keluar dari mobil Firman, tas nya tertinggal. Wajah tasya memerah karena malu dan kesel. Malu karena teman-temannya kaya yang lagi nonton drama korea live, kesel karena Firman gak ngasih tau daritadi ketika masih diparkiran.

pun mengambil tasnya "terima kasih" lalu berbalik menuju singgasananya. Pak Firman pamit kepada semua murid di kelas Tasya, lalu pergi.

pasti kalian dapat membayangkan bagaimana reaksi teman-temannya. Tasya dicecar oleh pertanyaan gak penting (bagi Tasya) tapi penting bagi si tukang gosip. Karena gamau membahasnya, tasya menyumpalkan earphone ke telinganya. Tasya melipat tangannya diatas meja, lalu meletakkan kepalanya disana.

"Ehh model kebo, bangun udah istirahat" kata Asri. Tasya terbangun, ia melihaat jam dipergelangan tangannya.

"Waah gue tidur lama banget ini. Ko kalian ga bangunin gue" Tasya menguap sambil merenggangkan otot-ototnya.

"Ngapain kita bangunin kamu, orang gaada guru" kata Adel

"ini materi yang kemarin kemarin" Adel meletakkan beberapa buku catatan dimeja Tasya.

"Bagus deh, makasih ya del" memasukan buku Adel kedalam tas nya. "Ngantin nyok gue laper" ajak Tasya dan langsung disetujui oleh kedua temannya. Tasya dan Adel duduk dikursi pojokan kantin, sementara Asri bertugas memesan makanan. Sambil menunggu pesanannya datang. Tasya mengecek handphonenya.

"Sammi masih belum ada kabar" kata Tasya kecewa.

"Sejak kapan?" Tanya Adel

"Semingguan" masih memainkan handphonenya tanpa melihat wajah Adel

"Dia sibuk kali, Sam kan orangnya workholic gitu"

"Sibuk sama yang lain"

"Hah maksudnya?" Adel terkejut

"Ahh udah ah" Tasya tidak mau moodnya hancur lagi. Ia memilih memainkan handphonenya dan mengirim pesan singkat kepada Sam

Tasya : Sam, aku tadi liat kamu. Kamu udah pulang ko gak ngabarin aku? Aku ada salah sama kamu? Kalo aku ada salah, kamu bilang jangan ngilang.

Makanan pun datang, mereka memakan makanannya dan menjalani rutinitas sekolahnya seperti biasa. pulang sekolah, Tasya pulang bareng Ragi.

"Makasih yaa gi" menyerahkan helm kepada Ragi. Karena hari ini Ragi membawa motor.

"Oke, ntar jam lima aku jemput ya"

"Jemput? Mau kemana emang?"

"Kamu mau nginep di rumah sakit kan?"

"Iya, tapi gaperlu deh gu, aku bawa mobil sendiri aja" tolak Tasya.

"Aku juga amau nginep, udah diizinin ko sama mama"

"Oh, yaudah deh iya. Eh, emang tadi pagi kamu jemput aku kesini?" Tanya Tasya ragu

"Enggak ko, siapa bilang?" Wajah Tasya memerah dengan seketika.

"Anjir gue malu banget ketauan bohong" teriak Tasya panik
"Makan tuh malu, kesian" Ragi tertawa lalu menarik gasnya meninggalkan Tasya dengan perasaan bersalah.


🥀

Voment nya ya nak😊
Peluk gereleng dari Mama 🤗

MatchalatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang