Latte 11

161 23 10
                                    

Jingga menyapa dalam senjanya. Semilir angin menerbangkan berbagai perasaan dari orang-orang yang dilewatinya. Ada yang berduka, bersuka, bahkan ada juga yang bimbang. Namun, riak air meredam semua emosi itu hingga tenang yang terasa saat ini. Jingga terpantul di air rawa, dan iris kelabu yang sedang menatap Tasya.

"Lo gamau ngedip?" Tanya Tasya sambil membenarkan rambutnya

"Hah?" Alwin mengerjap

Tasya pergi begitu saja meninggalkan Alwin yang kesadarannya masih tertinggal di iris cokelat miliknya.
Tasya menghampiri Sanita yang sedang membereskan barang bawaan mereka. Setelah selesai, mereka masuk mobil Dewa untuk segera pulang dan beristirahat.

Tasya tak habis fikir, darimana Dewa menemukan orang seperti Alwin. Tasya kira Alwin itu penjaga Rawa Pening sebelum Dewa berkata kalau Alwin itu partner photoshot Tasya kali ini.

Harus Tasya akui, Alwin mempunyai pahatan wajah yang rupawan. Dia berperawakan tinggi dan tegap. Namun yaa gitu penampilannya cuek banget, berpakaian apa adanya. Hanya memakai celana jeans selutut, kaos oblong belel dan topi. Dan Tasya juga menemukan sesuatu yang tidak asing dalam diri Alwin. Apa itu? Tasya juga tidak tau.

"Bangdew nemu Alwin dimana si?" Tasya kelewat penasaran, hingga ia memberanikan diri bertanya pada Dewa

"Di rumah si Jarot"

"Jarot siapa?"

"Itu yang dibagian lighting yang mukanya kaya ikan"

"Sodaranya apa gimana tuh?"

"Bukan, dia temen adiknya si Jarot. Karena muka dan perawakannya menjual. Ya gue tawarin aja. Sukurnya dia mau tanpa banyak protes"

"Jadi, dia pertama kali photoshot nih?"

"Heem, tapi udah kaya model profesional kan?" Dewa tertawa. Tasya hanya manggut-manggut tanda mengerti..

*****

Braaaak!!!! Suara nyaring dobrakan pintu memekakan telinga. Annya berdiri, menatap Sam dengan tatapan khawatir. Namun tatapan itu tidak melunturkan amarah dalam dirinya. Tangannya mengepal kuat tatkala jemari lentik Annya mengelus tangannya. Tanpa basa-basi Sam mengehentakkan tangannya, seperti orang jijik dengan sentuhan Annya. Pupil Annya membulat, namun ia masih mempertahankan senyumnya.

"Kamu kenapa?"

"Pasti kamu kan yang memblokir seluruh akun sosmednya Tasya" Annya belum pernah melihat Sam semarah ini, jika boleh jujur, sebenarnya Annya takut. Hanya saja dia tidak mau terlihat lemah didepan Sam. Ia tersenyum menutupi kegentarannya.

"Iya, kenapa emang? Kamu masih belum ngasih penjelasan sama bocah ingusan itu?" Annya tersenyum sinis

"Kamu gak perlu blokir sosmednya segala. Soal aku udah ngasih tau apa belum, itu urusan aku. Aku bakal jelasin sama dia" mengacak rambut frustasi "tapi gak sekarang" suara Sam melemah

"Trus kapan?! Tiga minggu lagi kita nikah Sam, kamu gak kasian sama anak dalam kandungan aku? Kamu mau kontrak ratusan miliar perusahaan kamu dan perusahaan mama batal?"

"Tiga minggu adalah waktu yang cukup lama untuk aku menata hati sebelum aku menghancurkannya lagi" setelah mengatakan itu, Sam berlalu pergi tanpa mengindahkan panggilaan Annya. Sam langsung meluncur menuju apartemennya. Dia tidak yakin bisa menahan emosi sedikit lebih lama ketika berada didekat Annya.

Yang ada di fikirannya saat ini adalah bagaimana caranya dia menyampaikan semua sakit ini kepada Tasya. Dia tidak sanggup melihat gadisnya meneteskan air mata.
Sam membuka pintu apartemennya dan berjalan menuju lemari pendingin. Ia butuh air dingin, untuk meredakan sedikit emosinya. "Ini salah gue, Tasya gak seharusnya merasakan hal seperti ini. Dasar wanita ular sialan!!!!" Sam berteriak lalu memvanting gelas yang digenggamnya.

Bagaimana reaksi Tasya ketika tau semua sosmednya telah diblokir? Apa dia akan membenci Sam? Apa dia dapat menerima alasan Sam? Apa Tasya... Ahhhh sudahlah Sam tidak bisa membayangkan itu semua.

Andai Sam tidak menerima tawaran mama Annya, perusahaannya pasti sudah bangkrut sekarang. Perjanjian sialan itu kini menghancurkan segala rancangan masa depan yang sudah Sam bangun. Dia akan menjadi investor terbesar dalam perusahaan Sam jika Sam bersedia menikah dengan Annya yang tengah hamil entah anak siapa, bahkan kenyataan ini yang paing menyakitkan bagi Dewa. Bukan tentang Annya yang akan menikah dengaan orang lain, namun karena Annya tengah hamil anak orang lain ketika masih menjalin hubungan bersama Dewa.

Waktu itu, fikiran Sam sedang kalut. Ia tidak memikirkan akibat dari perjanjian ini. Yang ia fikirkan hanyalah bagaimana keuangan perusahaan nya bisa kembali membaik. Ia tidak mau menyia-nyiakan hasil kerja kerasnya selama ini tumbang hanya karena seorang tikus kantor tak tau diri.

Sam terlentang di ranjang king sizenya. Kemudian otaknya mengingat sesuatu. Ia belum mengecek Whatsapp-nya, semoga saja kontak Tasya masih ada.
Sam tersenyum lega ketika kontak Tasya masih ada, langsung saja ia menelpon Tasya. Namun sudah lebih dari 15 kali ia telpon, Tasya tidak mengangkatnya. Semua yang melihat wajah Sam kali ini pasti langsung tau jika Sam tengah kecewa. Langsung saja Sam mengirim pesan pada Tasya.

Sammi : Tasya, kamu apa kabar? Aku minta maaf atas semuanya. Kamu ada waktu? Ada ayang ingin aku bicarakan

Sam menutup ruang chatnya lalu bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Ia tidak bisa berharap bahwa Tasya bersedia menemuinya, tapi Sam yakin, Tasya pasti bersedi mendengarkan penjelasannya.

Selesai mandi, sam mengecek handphonenya, namun beum ada balasan apapun dari Tasya. Sam menghela nafas kecewa. Ia menunggu balasan dari Tasya sampai ia tertidur. Ia tidak ingin men-spam chat Tasya, karena Sam tau, Tasya paling tidak suka jika ada spam chat. Apalagi, mungkin mood Tasya sedang tidak baik kali ini.

Sam terbangun, ketika membuka mata sinar surya berebut masuk kedalam retinanya, hingga Sam mengerjapkan matanya beberapa kali karena silau. Ia mengecek handphonenya, ternyata Tasya sudah membalas pesannya semalam. 'gue emang lemah, cuma nunggu balesan chat aja udah ketiduran. Dan nunggu itu rasanya gaenak banget. Apalagi Tasya yang nungguin kabar gue sebulan lebih lamanya' Sam tersenyum kecut. Kini ia sadar, kenapa Tasya selalu protea jika Sam tidk mengabarinya. Kini ia tau bagaimana rasanya menunggu.

Tasya : gue lagi di luar kota. Ntar kalo udah balik gue kabarin

Hati Sam sakit membaca balasan Tasya. Tidak ada kata sayang, aku, kamu. Sam rasa, kini ia dan Tasya sudah benar-benar jauh. Kisahnya sudah benar-benar berakhir.
Namun ada sedikit kelegaan dalam hati Sam, karena Tasya bersedia repot-repot hanyaa untuk membalas pesannya.



🥀

Voment nya ya nak😊
Peluk gereleng dari Mama🤗

MatchalatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang