Latte 3

306 39 14
                                    

Mama : Tasya, jangan lupa ya nanti malam kita ada acara makan malam sama kolega bisnis papa. Mama udah nanya ko sama Sanita, kamu malam ini gaada jadwal pemotretan. Gausah nyari alasan, kamu harus datang ya sayang

Tasya baru keluar dari toilet ketika handphonenya bergetar. "Ihhh mama nyebelin banget sih, kan tau aku gasuka acara begituan" tasya menghentakkan kakinya seperti anak kecil.

"Kamu lucu banget sih, kaya anak kecil," pak Firman terkekeh sambil menyejajarkan langkahnya dengan Tasya.

"Eh, Bapak.. udah kebiasaan," menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Aduh serasa tua banget Saya haha panggil Kak aja kalo diluar kelas, lagian umur kita kan gak jauh jauh amat," senyumnya indah banget, Tasya terpana sesaat. Bulan sabit yang terbentuk dikedua mata pak Firman mengundang tasya untuk tertawa bersamanya, dan Tasya menerima undangan itu

"Kan ini masih disekolah Pak, kalo aku manggil Kak ntar ada gosip aneh aneh lagi," Tasya berusaha menolak tawaran pak Firman secara halus, tasya tidak mau jika jarak hubungan antara dirinya dengan Pak Firman begitu dekat. Entah mengapa, hanya saja Tasya tidak ingin.

Tasya sengaja berjalan agak cepat agar cepat sampai dikelasnya. Dan harapannya terkabul, ia sudah sampai didepan kelasnya.

"Emm Pak, Saya duluan yaa."

"Iya, silakan. Belajar yang bener," ahh senyum itu lagi. 'Kenapa senyumnya gak abis abis sih bisa-bisa overdosis gue', batin Tasya. Tasya pun mengangguk dan langsung memasuki ruang kelasnya. Baru aja duduk,

"Tasya, kenapa sih lo gamau sama pak Firman? Ganteng parah, bening banget cuy," Vita, salah satu Firman lovers dikelasnya. Yaah pak Firman memiliki banyak fans disekolah ini. Mereka menyebutnya Firman lovers.

"Kalo lo mau gak sama pak Firman?" Tasya membalikan pertanyaan kepada vita yang membuat Vita senyam senyum sendiri

"Kalo gue sih gausah ditanya, pasti mau laah."

"Yaudah ambil aja buat lo."

Mata Vita membola "Lo yakin segitu gasukanya sama pak Firman?" Tasya terlihat berfikir.

"Kalo suka sebagai murid ke guru sih iya, soalnya kan dia ngajarnya gak ngebosenin. Tapi kalo suka sebagai cewek ke cowok kayaknya enggak deh," jawab Tasya meyakinkan Vita.

"Kalo Pak Firman nya mau sih, udah gue embat kali. Sayangnya dia mau sama lo yaaa. Kadang cinta itu aneh banget. Rela ngejar yang gamau sama kita walaupun itu sakit. Sedangkan ada yang rela ngejar kita malah diabaikan."

"Dapet quotes dari line yaa mbaknya. Iyaa juga sih. Tapi kan ada yang bilang cinta itu ada karna terbiasa. Coba aja lu kasih perhatian yang spesial ke pak Firman siapa tau aja dia bisa ngelirik lo," Tasya mencoba memberi solusi, tapi malah dilempar balik oleh Vita.

"Berarti suatu saat lo juga bakal bisa suka sama pak Firman karna dia terus ngasih lo perhatian?" deg. Tasya baru sadar makna dari kalimat yang dia lontarkan kepada Vita.
Tasya bisu. Bingung harus menjawab apa kepada Vita. Karena Tasya tidak tau bagaimana masa depannya. "Eungg......" Tasya masih memikirkan kalimat yang pas untuk menjawab Vita.

"Tas, Rahagi nyari lo." Si Jono teriak dari jendela 'Ohh syukurlah ragi lo emang penyelamat gue' batin Tasya bersorak gembira. Tanpa berbicara apapun kepada vita, tasya berlari keluar kelas untuk menemui Rahagi.

"Ada apa Gi?" Ragi menyodorkan novel yang dipinjamnya kemarin dari Tasya

"Nih, gue mau balikin ini, maakasih ya," tasya menerima novel itu dari Ragi

"Oh iya sama-samaasama, kaya sama siapa aja lo."

"Hmmm keliatannya lo bahagia banget ketemu gue. Tadi dikantin udah makan bareng masa udah kangen lagi? Haha monmaap yaa gue terlalu ngangenin."

"Ihhh kepedean banget lo. Jangan mimpi dikangenin gue deh, kalo jatuh sakit," 'apalagi kalo jatuh cinta, sakit banget Gi. jangan sampai deh,' batin Tasya menambahkan.

"Oh iyaa ntar malem lo nganggur ga? Jalan yu udah lama banget kita ga jalan," kata Ragi.

"Duhh ntar malem gue ada acara sama kolega bisnisnya papa. Kalo bisa sih gue kabur aja jalan sama lo. Lo pasti tau kan gue paling males kalo acara gituan," Tasya menghembuskan nafas kasar.

"Ohh yaudah deh kapan - kapan aja. Hati-hati loooh ntar kalo kolega bisnis papa lo punya anak cowo bisa bisa kalian dijodohin biar bisnisnya makin kuat haha," Ragi tertawa melihat wajah tasya yang terlipat. Tasya ngeri sendiri membayangkan jika perjodohan itu benar-benar terjadi.

"Ishhhhhhhhhh!" Tasya bergidik

"lo kenapa?" tanya Ragi masih dengan tawanya.

"Ihhh amit amit gak kebayang seorang Tasya harus dijodoh jodohin, kaya yang gak laku aja," wajah Tasya terlipat semakin dalam.

"Udah ahh jangan diomongin terus ntar kejadian lagi," kalimat Ragi barusan membuat Tasya semakin parno. Ragi semakin terbahak melihatnya.

Ketika sudah dirumah pun ia masih kepikiran. Tasya memasuki kamarnya, membanting tas sekolahnya ke sofa "Kenapa gue jadi gelisah gini sih ahhh. Tadikan Ragi cuma becanda, kenapa jadi kepikiran gini sihh," sambil membuka beberapa kancing seragamnya, ia merebahkan dirinya di atas kasur. Entah lelah, entah emang ngantuk atau terlalu larut dalam asumsi perjodohan itu, Tasya terlelap.

MatchalatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang