Latte 2

431 45 31
                                    

Di sekolah

Tasya memasuki sekolah tanpa semangat. Dia menuju ruangan kelasnya, XII MIPA 2. Dengan berat hati dia melangkahkan kakinya melewati pintu. Tanpa menyapa teman-temannya dia langsung menuju singgasananya dipojok pinggir jendela.
Kenapa dia duduk disana?

1. Jumlah murid dikelasnya ganjil
2. Tasya jarang masuk sekolah karena sibuk pemotretan dll. Paling banyak, seminggu 4 kali dia masuk sekolah. Tapi jangan salah, Tasya cukup berprestasi ko di sekolahnya
3. Diluar jendela ada kursi tempat siswa nongkrong, dan Rahagi adalah salah satunya.

Loooh ko Rahagi? Ah udahlah lupakan.
Bruuuuk dia melempar tasnya ke atas meja dan langsung duduk di singgasananya. Asri, teman yang ada didepannya menoleh dan tersenyum

"Wiiiiiih masuk juga lo, kesepian gue gaada lo." Asri emang rada nyeleneh orangnya, dia juga gapernah macem-macem, jadi tasya nyaman banget temenan, curhat tentang apapun sama Asri.

"Ihhh jijik gue dengernya, kesannya kaya yang gimanaa gitu," Tasya bergidik sendiri, membayangkan Asri yang galau melow kesepian tanpa kehadirannya. Oke, itu terlalu lebay.

"Si Sam gaada ngabarin lo? Kusut amat tuh muka, jelek loh." Ahhhhh Asri emang paling ngerti. Tanpa Tasya cerita pun dia sudah tau.

"Ahhhh Srintil ko lo tau sih, terhura gue," berusaha mencubit pipi Asri, namun Asri menghindar. Pipi Asri emang gemesin, tembem tembem tirus gitu wkwkwk. Kenapa Tasya manggil Srintil? Karena menurut Tasya, Asri itu centil kalo udah ketemu cowo. Jadiii ya gitu Asri centil alias srintil.

"Ah elah lu kebiasaan banget nyubitin pipi gue, kapan tirusnya kalo dicubitin terus?"

"Gausah so sedih ah mukanya makin jelek" Asri makin cemberut, namun ketika Tasya ketawa Asri pun ikut tertawa.

"Selamat pagi.." Suara pak Firman, guru matematikanya menghentikan tawa Tasya dan Asri.

"Selamat pagi pak.." Jawab murid serempak. Pandangan pak Firman menyapu seluruh kelas, dan berhenti di Tasya. 'satu, dua.." Tasya menghitung didalam hati. Pada hitungan ketiga, pak Firman menyapanya

"Tasya. Apa kabar? Materi yang kemarin udah disalin?" Tasya hanya mengangguk sambil tersenyum menanggapi pertanyaan pak Firman. Siapa yang gak tau sih kalo pak Firman naksir Tasya. Iya, pak Firman masih muda ko, dia baru berumur 22, sama seperti Sammi. Ahh Sammi lagi, 'Kemana ya dia sibuk banget emang, udah seminggu gaada kabar,'  fikiran Tasya tidak fokus pada materi yang tengah disampaikan pak Firman. Tasya pun menghembuskan nafas kasar

"Ada apa Tasya? Pelajaran saya membosankan yaa?" Tasya terperanjat

"Ehh enggak ko pak, maaf" 'bosen liat muke lu, bukan sama pelajarannya' batin Tasya menambahi.

Sepanjang proses pembelajaran, tasya berusaha fokus agar dia bisa menyerap pelajaran dengan baik. Meskipun bayangan Sammi selalu muncul di fikirannya, Tasya sudah tak peduli.
Akhirnya bel istirahat berbunyi. Tasya ke kantin bersama Asri. Sesampainya di kantin, mereka celingak-celinguk mencari tempat duduk yang kosong "Yaaaah penuh" keluh Tasya.

"Tasya.." Seseorang memanggilnya sambil melambaikan tangan. Tasya menoleh dan tersenyum mendapati Rahagi lah yang memanggilnya. Tasya pun menghampiri Rahagi bersama Asri.

"Lu duduk sini aja, mereka udah ko makannya. Yaa nggak?"

"Iyaa udah ko, mau ke kelas ini kita." Kata teman Rahagi sambil beranjak dari tempat yang di dudukinya.

"Beneran gak papa?" Asri memasang wajah so imutnya didepan teman rahagi, ahh dia kumat lagi centilnya.

"Iyaa, sans aja," salah satu teman rahagi yang bernama Azmi itu menepuk pundak Asri sambil berlalu meninggalkan area kantin, menyisakan Asri dengan wajah merah dan senyum anehnya. Tasya dan Rahagi tertawa melihat ekspresi Asri.

"Baru ditepuk punggung aja udah gitu, apalagi kalo dicium. bisa kejang kejang dia" ledek Ragi.

Tak sengaja pandangan Tasya dan Ragi bertemu 'Ganteng,' Batin tasya 'ehhhhh apaan sih, ko jadi degdegan gini',  Tasya membuang muka, takut jika Ragi mengetahui debarannya.

MatchalatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang