Ragi berjalan memasuki sebuah salon untuk menjemput mamanya. Ketika sampai di dalam, ia celingukan mencari keberadaan mamanya. Namun bukan mamanya yang ia temui, melainkan Sam. 'ahh mungkin ia sedang menunggu mamanya' batin Ragi.
Ia berjalan menghampiri Sam yang sedang duduk sambil membaca majalah. Ekspresi Sam sarat akan keterkejutan. Ragi hanya tersenyum simpul sebelum Sam mengeluarkan kalimatnya
"Ra.. Ragi ngapain disini?" Sam gelisah
"Jemput nyokap. Lo?"
"Emm.." Sam nampak berfikir. Sam bingung harus menjawab apa pada Ragi. Ia sangat tau bagaimana hubungan Tasya dan Ragi. Ia ingin jujur, namun ia tidak tau harus darimana kejujuran ini berawal. Jika ia memilih mengatakan kebohongan, ia tidak tau alasan apa yang akan ia utarakan. Semesta seakan menjawab kegelisahannya.
Annya datang bersama Ikeu, mama Ragi. Mereka terlihat akrab, jelas terlihat ketika mereka berjalan sambil tertawa sesekali. Dahi ragi terlipat. Ia merasa pernah melihat perempuan itu. Tapi dimana?
"Sayang" pupil Sam membola. Ia semakin gelagapan, ia melirik lagi yang sedang melemparkan tatapan menghunus padanya. Sam hanya tersenyum kepada Annya.
"Emm maaf apa kita pernah ketemu?" Ragi bertanya pada Annya
"Pernah deh kayanya. Emm.. oh iya kita pernah berte di rumah sakit. Salam kenal, gue Annya calon istrinya Sammi" Annya tersenyum ramah dan menjulurkan tangan untuk bersalaman dengan Ragi.
"Ragi" membalas uluran tangan Annya
"Waah nak Sammi beruntung banget bisa dapetin Annya. Orangnya baik banget, seru diajak ngobrol pula" puji Ikeu jujur yang hanya dibalas senyum oleh Sam
"Tante, gimana kalo kita makan bareng dulu" ajak Annya
"Boleh-boleh"
Mereka pun keluar dari salon menuju tempat makan terdekat. Annya dan Ikeu berjalan jauh didepan. Ragi sengaja memperlambat jalannya.
"Lo hutang penjelasan sama gue" kata Ragi dingin
"Semuanya udah jelaskan, dia calon isri gue"
"Tasya gimana? Lo gak peduli bagaimana keadaan dia?"
"Kami udah putus. Tasya pasti baik-baik aja selama lo ada di dekat dia"
"Kapan? Kenapa lo seyakin itu? Lo bego apa gimana sih? Tasya tuh sayang banget sama lo. Emang gak punya hati" Ragi terkekeh mengejek
"Kemarin. Iya, gue emang bego. Banget." Sam menghela nafas kasar lalu pandangannya menerawang "andai gue punya pilihan lain, pasti gaak akan gini kejadiannya"
"Hidup itu emang banyak pilihan bro. Lo gausah so nyesel dengan bilang gitu. Bagaimanapun lo udah memilih pilihan yang ditawarkan takdir. Jadi pikiran lo jangan terjebak di pilihan yang udah gak berlaku. Lo udah milih dia dan ngorbanin Tasya. Jadi gue harap kedepannya nanti, lo jangan muncul lagi didepan Tasya walau hanya menyapa. Gue gak mau luka dihatinya kembali menganga"
Sam tersenyum miris. "Gue titip Tasya ya, gue percaya lo bisa jagain dia dari jahatnya dunia, dan orang-orang macem gue"
"Tanpa lo suruh pun gue pasti jagain dia" ucap Ragi tegas
'Tasya, maaf. Aku melepasmu dengan cara menyakitkan. Aku lebih dari sadar telah menyakitimu. Semoga ada pria yang lebih bisa membahagiakan kamu. Semoga ada pria yang bisa membuat senyummu lebih indah. Semoga ada pria yang bisa membuat air matamu menetes hanya karena kebahagiaan. Semoga tidak ada lagi pria yang berperan seperti aku dalam hidupmu. Detik ini juga, aku melepas semua perasaanku padamu. Aku melepas kebahagiaanku hanya untukmu. Aku sayang kamu' Sam membatin
KAMU SEDANG MEMBACA
Matchalatte
Teen Fiction#1 in Latte Dia adalah Matchalate yang membuatku kecanduan akan ketenangan yang dia berikan. Dia, milikku -Tasya Kamu tau apa ketakukan terbesar aku? Aku takut kehilangan kamu. Tapi disisi lain aku juga gak bisa khianatin tuhan aku -Rahagi