BRAKKK!!!
Terdengar suara pintu rumah yang terbuka sangat keras, membuat salah satu pria yang berada di dalam rumah itu terkejut dan mengelus dadanya pelan.
"Tunggu!"
Remaja lelaki yang memakai seragam putih abu-abu itu menghentikan langkahnya saat menaiki tangga ketika mendengar suara. "Apa?!" tanyanya dingin tetapi dengan nada ketus.
"Duduk!" perintah pria yang umurnya jauh dari remaja itu.
Remaja itu kembali menuruni tangga dan menghampiri kakaknya yang sedang duduk di sofa. "Dari mana lo?"
"Seperti biasa lah!"
"Bolos lagi... Bolos lagi!"
"Kenapa?! Gak suka??!!!" ketusnya.
"Bisa gak sih kalo jawab biasa aja?! Gak usah ketus gitu."
"So? Ah udah lah... Basa-basi mulu lo! Gua capek mau istirahat." kata remaja itu lalu pergi.
"Andri!" lagi-lagi langkahnya terhenti oleh kakaknya.
"Apalagi sih, kak?!"
Agas menyodorkan selembar kertas yang terdapat tulisan itu pada Andri. Andri menaikkan sebelah alisnya seolah memberi isyarat Apaan nih?
"Baca!"
Andri mengambil kertas itu dan membacanya, di kertas itu adalah tentang bahwa ia harus melakukan sesuatu. Setelah membacanya, Andri nampak biasa saja dan hanya ber'oh' panjang, lalu ia kembalikan kertas itu pada Agas.
"Gila lo, Ndri! Kok lo kelihatan biasa aja sih? Lo gak tau ini surat apa, huh?"
"Gua tau kok, terus lo mau gua bagaimana? Senang? Bahagia? Atau kalo perlu apa gua bikin syukuran atas GUA DIKELUARIN DARI SEKOLAHAN? Sedih? Haha, itu mustahil!"
"ANDRI!!!" bentak Agas, Andri pun menatap Agas tajam.
"Sumpah ya! Lo itu berubah drastis tau gak!! Dulu lo itu gak kayak gini, dan sekarang? Lo sering bolos, sering dapat surat teguran tapi elo nya gak pernah berubah, dan sekarang elo udah dikeluarin dari sekolah tapi lo masa bodo? Kelewatan lo!"
"Lo itu udah kelas 12, Ndrii... Bentar lagi mau lulus-lulusan! Nanti lo mau kuliah sama kerja di mana kalo kayak gini? Seharusnya lo bersyukur sekolah di sekolah elit, tapi karena kelakuan lo akhirnya lo dikeluarin kan?!"
"Terserah, kak! Gua gak peduli lo mau bilang apa. WHATEVER!" Setelah mengucapkan itu Andri beranjak ke kamarnya.
"Mau lo apa sih, huh?"
Lagi-lagi Andri menghentikan langkah dan menatap Agas sebentar, lalu ia lanjut melangkah.
BRAKK!
Ia menutup pintu kamarnya kasar dan menyandarkan punggungnya di belakang pintu sambil duduk dan mengusap wajahnya kasar.
'Gua cuma mau dia kembali! Hanya dia!'
***
Beberapa minggu kemudian»
09.05 am
"Permisi, pak."
"Iya ada apa?" tanya bapak kepala sekolah itu.
"Ini Andri adik saya yang waktu itu pernah ikut tes di sekolah ini, dan sekarang dia murid pindahan baru di sini. Kira-kira besok baru bisa masuk ya?"
"Oh iya, jadi besok Andri langsung saja masuk ke kelas 12 IPA 1."
"Oh oke, pak, terima kasih."
"Sama-sama." Setelah berpamitan pada bapak kepala sekolah, Andri dan Agas keluar dari ruangan itu.
"Ndri, kali ini aja! Jangan bikin masalah di sekolah, masih untung lo pinter dan diterima di sekolah ini yang katanya sih sekolah favorit. Lo ha--"
"Yayaya, banyak bacot lo! Puyeng gua dengarnya." kata Andri lalu ia pergi masuk ke mobil yang terparkir di parkiran sekolah itu.
Agas pun hanya menggeleng kepala atas sikap Andri yang sekarang.
"Gua tau alasan lo sekarang bersikap seperti ini, Ndri. Begitu sayangnya lo sama dia sampai-sampai lo jadi gini karena ditinggal dia, gua jadi gak tega ngelihat lo terus-terusan kayak gini." gumam Agas.
Tbc.
-23 Juni 2018
***
Hai gaiss..
Ni cerita ketiga gua lohh, tapi ini lanjutan dari cerita GILDA sih heheSemoga para readers selalu sukak dari cerita ini untuk ngikutin lanjutan alur dari cerita GILDA 💚
Mohon dukungannya ya.. Biar tetep semangat💪
Bye😗
KAMU SEDANG MEMBACA
Andin [ˢᵉ૧ᵘᵉˡ ᴳⁱˡᵈᵃ]
Teen Fiction[ TAHAP REVISI ] ANDIN merupakan singkatan dari nama ANdri dan aDINda. Dimana keduanya itu harus berpisah karena Adinda telah ditemukan oleh keluarga aslinya. Lantas apa yang terjadi dengan perubahan sikap Andri sekarang setelah 3 tahun yang lalu Ad...