"Lagi dan lagi, kenapa semua masalah selalu menimpa kepada ku? Dunia teramat kejam untuk aku yang lemah"
~Adinda Putri Anggraeny~
***
19.30 pm
Di kamar, sedari tadi Adinda hanya duduk termenung di atas kasur. Diam karena ia selalu memikirkan cara agar Gilang bisa bebas secepatnya.
Satu bulir air matanya pun tiba-tiba jatuh begitu saja di pipinya. "Maafin gua, lang.. Gua merasa belum bisa jadi saudara yang baik buat lo, yang masih membiarkan lo tersekap disana. Gua bingung harus berbuat apa"
"Gua pengen lapor polisi tapi ancaman Riska jadi terbayang-bayang yang selalu bikin gua takut, gua takut lo dicelakain sama mereka-mereka"
Adinda menghela nafas, lalu ia berjalan menuju balkon sambil menikmati suasana hujan malam yang terasa sejuk.
"Apa besok gua gak usah sekolah ya buat nyari Gilang? Walaupun gua gak tau Gilang dibawa kemana, tapi bakal berusaha cari aja"
Adinda kini menatap ponselnya dan melihat foto wallpaper nya, yang disana terlihat foto selfie ia dengan Gilang. Jujur, walaupun mereka sering ribut dan berantem, entah kenapa Adinda jadi rindu dengan ketidakhadiran Gilang yang sudah beberapa hari tidak ada.
Lalu tiba-tiba ada suatu hal yang membuat dirinya teringat. "Oh ya! Hp Gilang gak ada, apa jangan-jangan dia bawa?"
Adinda mengembangkan senyumnya lalu ia berniat untuk mencoba menelpon Gilang, namun..
"Hmm bakal diangkat gak ya?" awalnya Adinda sempat ragu, namun akhirnya ia benar-benar ingin mencoba dan berharap Gilang bisa menjawab telponnya.
Saat memanggil, Adinda benar-benar senang karena hp Gilang masih aktif dan terlihat berdering. Kini ia masih menunggunya, namun beberapa menit kemudian telponnya tidak dijawab olehnya yang membuat senyuman di wajah Adinda pun seketika luntur.
Dilain sisi»
Awalnya Gilang merasa hp nya berbunyi, sepertinya ia mendapatkan telpon dari seseorang, ia ingin mengangkatnya tapi tak bisa karena tangannya saja masih diikat.
Gilang berusaha untuk melepaskan ikatannya, namun tiba-tiba seorang pria datang.
"Hp siapa tuh yang bunyi?" tanya pria itu pada diri sendiri.
Lalu ia menatap Gilang, sepertinya suara hp itu berasal dari miliknya. "Hp lo ya? Mana hp lo hah? Mungkin ada telpon"
Gilang sempat takut jika hp nya diambil, namun percuma karena pria itu sudah menemukannya dia saku celana Gilang.
Pria itu sempat mengerutkan dahi melihat nama yang tertera. "Siapa mak lampir?"
Gilang membulatkan mata karena ternyata Adinda lah yang menelponnya. Gilang pun bersuara mencoba untuk ngomong walaupun mulutnya masih di lakban.
Dan pria itupun seperti tak sengaja mematikan telponnya. Ia melihat Gilang yang sepertinya ingin berbicara, ia pun membuka lakban Gilang sedikit hingga Gilang bisa ngomong.
"Pliss gua mohon izinin gua buat nelpon sama dia dulu sebentar..." kata Gilang dengan wajah penuh harap.
"Gak! Nanti lo bakal ngomong macem-macem"
"Enggak, gua janji gak bakal ngomong macem-macem. Pliss.. Sebentar aja"
Pria itupun akhirnya mengizinkan. Namun saat ia ingin menelpon balik, layar hp Gilang tak bisa dibuka. "Ni gimana cara bukanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Andin [ˢᵉ૧ᵘᵉˡ ᴳⁱˡᵈᵃ]
Teen Fiction[ TAHAP REVISI ] ANDIN merupakan singkatan dari nama ANdri dan aDINda. Dimana keduanya itu harus berpisah karena Adinda telah ditemukan oleh keluarga aslinya. Lantas apa yang terjadi dengan perubahan sikap Andri sekarang setelah 3 tahun yang lalu Ad...