Sakura pov
Aku menyerahkan rangkaian sebuket Lily pada seorang pria seumuran ayah di depanku. Ia menerimanya tanpa berkata. Ekspresinya tetap datar tak berubah sama sekali.
"Apa ini untuk istri anda?"
Dia hanya mengangguk. Setelah membayar ia langsung keluar toko begitu saja. Aku bisa melihat seorang yang tampak seperti bodyguard membukakan pintu mobil untuknya.
Aku hanya terjebak pada pemikiranku sekarang. Pria itu, apa dia ayah Sasuke Uchiha ayam?
"Hai itik"
Suara ini
"Karin?"
"Wah kau masih saja ya, dulu menjual bunga sekarang juga begitu. Tidak ada perkembangan"
"Mau membeli bunga di toko itik?"
Aku tak perduli dengan kata-katanya. Dia hanya akan mengolok-olokku.
"Memangnya aku terlihat sudi?"
Bagus, dia meremehkanku lagi
"Syukurlah karna aku juga tak sudi menjualnya pada penyihir"
Ctarrr!
Mata kami saling menatap dengan sengit. Karin menghentakkan kakinya.
"Itik!"
"Penyihir!"
Ia lalu berbalik dan menendang ember penampung bunga mawar di depan hingga bunganya jatuh berserakkan. Karin menginjak bunga kesayangan ayah. Aku sudah mengepalkan tangan melihat tingkahnya
"Beraninya kau!"
Aku langsung menyeretnya hingga membuatnya menjerit. Karin terjatuh dan orang-orang yang lewat menatap kami.
"Kyaaaaaa! Menjijikkan apa ini!"
Aku menyiramnya dengan air tampungan bunga kemarin yang belum ku bersihkan, amarahku kembali ketika melihat mawar ayah berserakan. Walaupun hanya sekitar 20 tangkai, tapi tetap saja dia sudah keterlaluan.
"Saki, hentikan!"
Konan-nee memegang tanganku, ia mencoba menghentikanku. Karin berdiri dan menangis, ia mencium bau tak enak di tubuhnya, ia lalu masuk kedalam mobilnya dan pergi begitu saja.
"Maafkan kami"
Orang-orang pergi, dan Konan-nee membantuku membersihkan toko. Ia terus saja memarahiku karna terpancing dengan Karin, aku tak mendengar suara Konan-nee, akilu hanya tetap memungut tangkaian mawar yang telah hancur. Hatiku sakit, mengingat ayah mencintai bunga-bunganya seperti mencintai ibu
"Hiks. . Hiks.."
"Sa.. Saki kau menangis? Ap.. apa aku terlalu kasar bicara padamu?"
Aku menggeleng. Konan-nee memelukku dan mengusap punggungku
"Hiks... ibu... huhu. Ibu..."
"Saki..."
...
...
..."Ah beres"
Aku melihat ayah yang menaruh stock mawar baru. Wajah ayah terlihat lelah, dan matanya selalu menyimpit ketika bibirnya mulai tersenyum.
"Konan sudah ceritakan semuanya, ahh andai saja aku tak merapikan gudang dan meninggalkanmu sendirian di toko, Karin pasti tak mengganggumu"
Aku diam. Aku tak berani menatap ayah, sejujurnya aku tak tau apa maksud Karin kemari. Ia di Suna sudah terlalu sering menganggukh dulu. Tapi aku lebih marah ketika ia merusak hal-hal yang membuatku sensitive.