10. Kau Berbahaya

1.3K 120 5
                                        

Walaupun hari ini adalah hari resmi libur musim panas, tak menutup kemungkinan jika masih ada kelas karena semester pendek. Para siswa yang nilainya kurang, kembali mengambil kelas untuk mengejar ketertinggalan. Tak hanya itu, banyak mahasiswa yang setia duduk di kursi di lobby gedung fakultas. Termasuk orang itu. Ia dengan topi berwarna kuning neon duduk sambil memainkan laptopnya, entah sedang apa.

Suara hak yang khas terdengar dari tangga. Kakinya yang putih mulus terlihat karena memakai rok selutut. Kertas-kertas digendong di tangan kirinya. Senyum tak dapat ia sembunyikan ketika melihat topi neon itu sedang menunduk di kursi dekat pintu gedung.

Sudah tiga hari lelaki itu menghilang. Pesan itu tak sama sekali terkirim sejak insiden di depan apartemen Joohyun. Kini hatinya sedikit lega melihat topi yang bahkan tak menampakkan wajah si pengguna. Joohyun berjalan dengan cepat ke arah orang itu.

"Pelajar Oh!" Sapa Joohyun dengan suara yang sengaja ia buat datar, agar tak terkesan ia sedang senang.

Merasa ada suara di dekatnya, orang itu mengadah.

"Ah Profesor Bae. Anda memanggil saya?"

Seketika harapannya pupus. Senyumnya yang tadi sekilas bertengger kini punah.

"Ah, Pelajar Kim. Hm- eung,"
Joohyun otomatis melipat bibir.

"Ada apa Profesor Bae? Sepertinya saya tidak ada semester pendek dengan anda." Tanya Jongin dengan menaikkan alisnya.

"Ah iya emang tidak tetapi— eung, apa kau tau dimana Pelajar Oh?" Joohyun memutuskan untuk bertanya hal yang membuatnya penasaran beberapa hari ini.

"Oh Sehun? Ia sedang pergi keluar kota. Emangnya ada perlu apa Prof?"

"Eum— saya ingin mengembalikan jaket miliknya. Kapan hari tertinggal di kursi ini." Alas Joohyun. Tidak mungkin ia berkata jujur. Ia punya gengsi yang cukup tinggi.

Jongin mengangguk.
"Titipkan saja kepada saya kalau begitu," tawarnya.

Wanita itu menggeleng-gelengkan kepala.
"Tidak bisa! Masalahnya hmm, ia juga ingin saya membantunya dalam mengerjakan tesis. Omong-omong ia pergi kemana?"

"Chuncheon. Ia pergi ke makam orang tuanya. Katanya ia akan pulang dua hari lagi."

"Dua hari lagi?"

Jongin menjawab dengan anggukan pasti. Sehun memang memberitahunya soal ia yang akan bepergian selama lima hari disana.

"Oh ya, bukannya kau itu sekarang bagian keluarganya, mengapa tidak ikut pergi ke makam?" Tanya Joohyun kembali. Maklum ia sudah kelewat ingin tahu.

"Sebenarnya juga saya merasa aneh. Padahal biasanya kami pergi bersama, tetapi tahun ini katanya ia ingin pergi sendiri. Jadi kami akan pergi ke Kuil Cheongpyeongsa setelah lelaki itu pulang." Jelas Jongin panjang lebar.

Lelaki itu kembali berkutat dengan laptopnya karena ia ingin mematikannya. Namun, seraya mematikan ia juga penasaran akan sesuatu.
"Sebentar, darimana Profesor tahu saya adalah keluarga Sehun?"

"Profesor Jung yang bilang. Ya sudah saya pergi dulu."

"Ah baik Prof,"

.

Tak selang ada satu bulan ia menaiki kereta, Joohyun sudah menaikinya lagi. Padahal ia bukan anak dari luar ibukota. Kereta yang bisa dibilang sangat sepi ini, ia putuskan untuk naik. Hanya ada 3 tiga orang yang duduk berjauhan di kereta.

Persetan apa yang terjadi nanti, yang penting, rasa bersalahnya harus segera hilang. Ia tak tahan untuk menunggu 48 jam lagi untuk menemui pria itu. Bukan alasan murahan layaknya ia sangat tak sabar bertemu menahan rindu atau tak dapat berpisah walau hanya satu detik.

29+ | hunreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang