23. Mati

904 83 1
                                    

"Sudah 12 jam pasien masih belum bangun dari masa kritis," suara suster yang sedang merapikan bajunya terdengar.

"Jika tak berhubungan dengan organ dalam seharusnya sudah bangun beberapa jam sebelumnya. Namun, bisa juga maksimal bangun 48 jam setelah operasi." Sahut seorang wanita yang sepertinya dokter karena mengetahui secara gamblang soal pasien yang dibicarakan.

Kedua wanita tersebut ada dalam ruang kamar kecil dan berada di depan wastafel. Si dokter mencuci tangan sembari memeriksa penampilannya yang sempat acak-acakan. Begitu juga suster di sebelahnya.

Si suster yang ber-name tag 'Jung Hyesung' melihat dengan raut sedikit gelisah ke arah dokter.
"Yang saya takutkan, pisau hanya berjarak 1 cm saja dari jantung, hal itu mungkin membuat sedikit luka pada jantung karena luka kecil makanya tidak terlihat."

Dokter itu dengan cepat menggelengkan kepala, seakan-akan hal yang dikatakan suster adalah hal yang tidak benar.
"Tidak. Hanya mengenai pembuluh darah kecilnya dekat jantung, bukan di jantung. Jangan sampai hal ini terdengar keluarga korban, bisa-bisa keluarga semakin cemas."

"Baik, Dokter Bang."

Tak terdengar?

Persetan. Joohyun yang daritadi menyandar di bilik toilet mendengar semua itu dengan jelas. Percakapan antara Dokter Bang, dokter yang mengoperasi Sehun dan suster yang bertugas membantu saat operasi. Rasanya Joohyun ingin menangis sekencang-kencangnya.

Pukul 20.00 malam kemarin, ia mendapat telefon dari nomer tak dikenal. Rupanya itu adalah pihak rumah sakit yang melihat nomer di ponsel lelaki itu, dan menemukan namanya paling atas di daftar panggilan. Ia memang menelfon lelaki itu kemarin sore. Sekejap ia langsung memakai sepatunya lagi, padahal ia baru saja keluar untuk berbelanja bulanan.

Joohyun berlarian seperti orang gila, dan bolak-balik mencegat taksi yang ternyata sudah ada penumpangnya karena ia tak sempat melihat tanda khas pemberitahuan di atap sedan tersebut. Namun, hasilnya tak sia-sia, akhirnya sebuah taksi kosong menghampirinya. Ia membuka pintu mobil sedan tersebut dengan kasar saking terburunya.

"Rumah Sakit Universitas Hankook,"

Joohyun berlarian menuju ruang operasi. Nafasnya tersenggal, rambutnya acak-acakan, yang ia pikirkan sekarang hanya lelaki itu. Ia akhirnya tiba di sebuah ruangan dengan pintu kaca yang memiliki label 'Ruang Operasi'. Di depan ruang itu, ia menjumpai kedua orang tua tiri Sehun yang lemas tak berdaya duduk di kursi berbahan besi.

Nyonya Oh menangis sampai wajahnya semua memerah di pelukan Tuan Jung. Merasa ada eksistensi di dekatnya, Ibu Sehun mengadah dan menemukan Joohyun yang sama tak karuannya dengan dirinya. Joohyun langsung berlari menuju Nyonya Oh dan memeluk wanita paruh baya itu dengan kuat, berusaha menenangkan.

"Ia akan baik-baik saja."

.

Operasi berlangsung selama 2 jam. Dokter yang mengoperasi Sehun menjelaskan sekarang kondisi lelaki itu yang sudah tertangani. Operasi berjalan dengan lancar. Namun, hal itu sungguh berbalik dengan apa yang barusan Joohyun dengar.

Sudah 12 jam berlalu, lelaki itu tak kunjung sadar. Air matinya menetes deras tanpa ia sadari. Ia perlahan membuka kunci dari pintu kamar mandi. Ia memandangi dirinya sebentar. Di ambilnya air dari keran dan diusapkan kasar ke wajahnya.

"Pasien kamar 303, sudah sadar!"

Teriakan dari suster yang berbicara dengan Dokter Bang membuat rautnya seketika berganti. Suara suster itu rupanya terdengar sampai toilet. Matanya seketika membelalak. Joohyun langsung berlari ke menuju ruang tempat rawat inap lelaki itu.

29+ | hunreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang