17. Haruskah Kita?

1.1K 102 0
                                    

"Mau makan apa untuk sarapan?"

"Gopchang!*"

"Heh? Tapi ini masih pagi," memakan daging saat matahari terbit? Sangat aneh. Biasanya orang makan pagi dengan sup yang penuh dengan sayuran atau english breakfast yang cepat saji. Seorang Bae Joohyun memang bukan tipe karakter yang mudah ditebak.

Joohyun mencibir.
"Lalu kenapa? Itu enak,"

Tak bisa menolak, lelaki lawan bicaranya hanya mengangguk. Mereka mulai menempuh jalan yang hanya beberapa meter dari penginapan. Akhirnya, mereka telah sampai di perempatan jalan. Di situ banyak sekali restauran yang menjual berbagai macam makanan. Mulai dari BBQ samgyupsal*, kerang rebus dengan keju diatasnya, ddakgalbi dengan isian ubi pedas, dan banyak lainnya.

Keduanya memasuki salah satu restauran yang tak terlalu mencolok keberadaannya. Sehun mengambil duduk di meja luar yang tidak terlalu panas karena masih pagi. Suhu yang pas untuk sarapan di luar. Keduanya lalu disambut oleh lelaki berumur 40 tahunan yang sepertinya pemilik restauran.

"Dua porsi gopchang, dan dua nasi goreng kimchi." Ujar Sehun yang berujar seusai melihat menu yang terpampang di papan besar sebelah meja kasir.

"Ah baik, ditunggu." Jawab si pemilik restauran. Beliau kemudian berjalan menuju dapur untuk menyiapkan makanan untuk pengunjung.

Tak perlu waktu yang lama, pria itu kembali datang lengkap dengan empat piring besar diatas baki yang dibawanya secara hati-hati. Beliau menaruh piring di meja, kemudian menyalakan kompor.

"Kalau sudah mau memakan nasi gorengnya, bisa memanggil saya lagi," kata pria tersebut dengan senyum ramahnya.

Joohyun menjawab,
"Ah, baik."

Selepas pemilik restauran pergi, pemanggang berbentuk bulat tersebut mulai panas. Sehun memasukkan dua buah usus panjang yang sudah dibumbui sebelumnya. Ia memanggang usus tersebut dengan hati-hati. Setelah dirasa bagian bawah sudah matang, ia membalik makanan tersebut.

"Gunting!" Kata Joohyun dengan nada excited, melihat minyak-minyak yang otomatis keluar ketika gopchang sudah matang.

Menuruti wanita di depannya yang kelaparan, Sehun mulai memotong usus tersebut menjadi beberapa bagian seukuran jari kelingking. Begitu makanan itu telah terpotong, Joohyun mengambilnya dengan sumpit dan langsung memasukkannya ke dalam mulut. Rasa lumer serta kenyal dari gopchang membuat lidahnya menggelitik kegirangan.

"Wah! Gopchang ini paling enak yang pernah aku makan!"

Sehun kemudian bertanya.
"Apa kau benar-benar menyukainya?"

"Eung!" Anggukan antusias terlihat dari Joohyun.

"Kalau begitu ya sudah cukup,"

Sehun yang masih memegang gunting, ia meraih salah satu gopchang dan memasukkannya ke mulut tanpa mengganti guntingnya dengan sumpit seperti kebiasaan para pemanggang daging kebanyakan.

Lelaki itu lalu menaikkan tangan untuk memanggil si pemilik restauran lagi. Beliau dengan cepat menghampiri sang pengunjung yang rupanya sudah siap memakan nasi goreng. Dengan cekatan, pria itu memasak kimchi di wajan datar sebelah tempat gopchang. Ia lalu menaruh nasi putih yang sudah tercampur dengan gochujang. Beliau mengaduk-aduknya sambil sesekali memasukkan rumpit laut kering.

"Silahkan," ujar pria tersebut kepada Sehun dan Joohyun.

"Terima kasih sajangnim,"

Sama seperti tadi, Joohyun mengambil sesuap duluan nasi goreng yang cukup panas. Ia langsung memasukkan ke mulut tanpa meniupnya terlebih dulu.

29+ | hunreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang