Bis nomer 501 telah memutarkan rodanya menuju kawasan universitas yang cukup besar tersebut. Sehun mengambil duduk di dekat jendela kursi paling belakang, sedangkan Joohyun duduk di 3 kursi depan Sehun. Mereka keluar secara terpisah, dan masuk bis seperti orang tidak pernah kenal.
Mungkin lebih tepatnya, wanita itu yang membuat jarak yang sangat jelas diantara mereka. Sehun hanya tersenyum kecil mengingat tingkah wanita tersebut. Dipasangnya earphone di telinga sambil menunggu bis sampai tujuan. Bajunya kusut tak beraturan, belum lagi wajahnya yang muncul kantung hitam dibawah matanya. Jujur, ia masih berada di kondisi paling terburuk seusai mabuk.
Perjalanan yang memakan waktu sekitar 20 menit itu akhirnya berakhir. Joohyun turun duluan diikuti Sehun dibelakang. Namun, pastinya ia tak berani mendekati Joohyun. Ia mengira bahwa wanita itu mungkin masih syok atas apa yang mereka alami kemarin malam. Sehun memakai topi baseball miliknya. Ia berjalan memasuki gapura kampus dengan gaya sok cool seperti biasanya.
Jam menunjukkan pukul 9.43 yang berarti 2 menit lagi kelas pertamanya akan di mulai, terpaksa ia langsung ke ruangan walaupun ia belum sempat sarapan.
.
"Tolong saya minta, buat kelompok dengan 3 orang per-tim. Saya ingin kalian 2 minggu lagi mempresentasikan hasil kerja tentang penelitian sederhana kalian soal 1 kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Seoul. Tolong setiap kelompok jangan ada yang sama dan saya harap semua anggota tim bekerja!"
Seluruh murid menjawab dengan anggukan. Walaupun begitu, ada satu dua murid yang mendesah kasar, karena belum sampai 1 bulan dimulainya pelajaran semester baru, sudah ada tugas baru saja.
"Sampai jumpa di pertemuan selanjutnya. Terima kasih."
Mata kuliah resmi ditutup dengan Joohyun yang berjalan keluar membawa tasnya yang berisi dokumen-dokumen kerja. Hari ini Sehun tidak mengambil part-time karena bukan jadwalnya. Ia langsung berlari seperti tempo hari mengejar Joohyun yang sudah berjalan jauh di koridor.
Nafas lelaki itu sedikit tersenggal karena ia berlari cukup kencang agar tak kehilangan jejak wanita itu.
"Hai, Prof,"
Mendengar suara yang tidak asing itu di telinganya, ia bukannya menjawab malah mengabaikan sambil pura-pura fokus memandang ke jalan di depannya.
Lelaki tersebut terkekeh kecil. Ia tiba-tiba menggenggam pergelangan Joohyun dan sedikit berlari di lorong fakultas. Sontak Joohyun kaget. Ia tak bisa melepas karena cengkraman Sehun sangat kuat. Ia mencoba memberontak, bukannya dilepaskan tetapi semakin dieratkan. Mau tak mau, Joohyun mengikuti jalannya pemuda itu.
Gapura universitas mulai terlihat. Cengkaram itu lama kelamaan mulai merenggang. Joohyun memberhentikan langkahnya dengan kesal.
"Apa maumu?!""Sudah ikut saja,"
Wanita tersebut berelak dengan keras.
"Tidak mau!"Salah satu sudut alis lelaki itu terangkat, seolah-olah hendak menggoda manusia di depannya ini dengan sengaja.
"Mau aku sebar soal.. hm-"Belum selesai kalimat yang diucapkan Sehun, Joohyun langsung menepis, memotong pembicarannya.
"Oke oke. Asal bukan hal yang aneh-aneh!".
Mereka berdua memasuki kawasan makanan di daerah perbelanjaan. Dapat dilihat mulai dari street food, snack, dessert dan makanan berat sekalipun ada disitu. Joohyun berhenti berjalan ketika Sehun memasuki sebuah tempat makan tradisional. Tak ada tempat duduk, hanya ada sebuah futon kecil untuk alas. Meja bernuansa kayu coklat muda itu sangat serasi dengan tembok berwarna putih yang menghiasi seluruh dinding ruangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
29+ | hunrene
Fiksi PenggemarBae Joohyun adalah seorang profesor ilmu hukum di salah satu universitas negeri terbaik di Korea Selatan. Sifatnya yang tak peduli tetapi terkadang ceroboh, membuat salah satu mahasiswanya Oh Sehun menjadi tertarik. Namun, apakah kalian tau ungkapan...