"Kasus Pembunuhan oleh Seorang Montir kepada Wanita Penjaga Kasir
Sabtu, 24 Juli 2010.
Kronologi kejadian:
1. Tuan B (inisial) sedang melakukan pekerjaan kamuflase-nya, ketika seseorang meminta Tuan B untuk memperbaiki mobilnya.
2. Tuan B selepas memperbaiki mobil, dalam perjalanan kembali pulang berusaha membunuh korbannya.
3. Tuan B membunuh korbannya dengan pisau dapur tepat di jantung si wanita penjaga kasir.
4. Tuan B ditemukan oleh petugas patrol dengan darah-darah yang bergelimang di tangan serta tubuhnya."Sehun membaca kronologi kejadian itu di laptop miliknya. Ia mengernyitkan dahi sambil berpikir keras. Sungguh, orang yang membaca artikel itu pasti langsung mengolok bahkan menyumpahi Tuan B mati-matian tanpa memikirkan apa benar berita tersebut.
"Ini yang kau minta. Maaf aku sibuk jadi aku baru memberikannya."
Seorang wanita dengan kemeja merah darah memberikan benda itu kepadanya. Sehun meraih kertas tersebut tanpa pikir panjang. Kertas itu berjumlah cukup banyak. Siapa saja yang melihat pasti malas untuk membaca. Namun, hal itu tak berpengaruh pada lelaki tersebut. Kini ia membaca kata perkata dengan teliti berusaha mencari titik terang dari kasus ini.
"Aku ingin mengatakan sesuatu," ujar Soojung, wanita yang ternyata memberikan Sehun kertas sebelumnya.
"Apa?"
"Coba kau lihat ini," Soojung lalu menunjuk ke arah salah satu gambar pada kertas yang dibaca Sehun. Terlihat gambar punggung yang terlihat bercak darah dimana-mana. Lelaki yang duduk di kursi otomatis mengikuti.
"Bertulis seperti huruf hangul," lanjut Soojung mengutarakan hal yang mengganjal setelah membuat ringkasan singkat kejadian 8 tahun lalu yang diminta Sehun.
"Maksudnya?" Lelaki itu masih tak mengerti maksud Soojung. Ia kembali melihat gambar itu lekat-lekat tetapi masih tak mengerti.
Frustasi, wanita tersebut akhirnya mengambil pensil di meja yang tergeletak. Ia membuat sebuah bulatan kecil di gambar yang sekilas terlihat seperti luka.
"Ini."Sehun mengamati kembali, tetapi kali ini lebih jeli. Benar. Seperti huruf hangul. Huruf hangul itu adalah huruf 다 (da) atau 무 (mu) karena tidak tahu dari sudut pandang mana huruf itu tertulis.
"Entah ini bertuliskan "Da" atau "Mu" karena hampir mirip dan samar. Ini hanya spekulasiku saja." Jelas Soojung. Ia berkata demikian berusaha mencari titik awal kasus ini. Mulai mencari tersangka yang diduga membunuh kasir tersebut.
Sehun langsung membaca halaman-halaman lain di kertas itu. Sehun berusaha mencari hal janggal serta bukti lain yang bisa ia gunakan nanti saat sidang. Ia membaca tanpa melihat ke arah kakaknya sedikitpun yang duduk di atas futon tempat tidurnya yang belum lelaki itu bereskan.
"Kau yakin mengerjakan hal ini sendiri? Bahkan setiap jaksa dan hakim memiliki penyidik mereka masing-masing.""Ya." Jawab Sehun dengan mantap. Ia memang merasa tak perlu bantuan atas kasus ini. Selain itu, ia juga tak mau ada orang lain yang ikut campur bahkan bisa saja malah berpotensi menggagalkan acara penyelidikan ini.
Soojung hanya menggeleng-gelengkan kepala. Ia lalu berdiri dan berjalan menuju pintu untuk keluar.
"Jangan seperti itu. Coba kau cari teman di kepolisian. Cari yang benar-benar bisa membantu dan yang paling penting, bisa diandalkan.""Aku akan mengurusnya."
.
Lelaki itu dengan setelan jas serta tas hitam khas pekerja kantoran memantapkan langkahnya. Ia dengan lugas perlahan memasuki kawasan tersebut. Melihat ada orang asing yang ingin masuk, seorang petugas berseragam biru muda mendatangi Sehun.

KAMU SEDANG MEMBACA
29+ | hunrene
Fiksyen PeminatBae Joohyun adalah seorang profesor ilmu hukum di salah satu universitas negeri terbaik di Korea Selatan. Sifatnya yang tak peduli tetapi terkadang ceroboh, membuat salah satu mahasiswanya Oh Sehun menjadi tertarik. Namun, apakah kalian tau ungkapan...