"Wah tempat barumu boleh juga,"
Wanita berambut sebahu itu melihat, menerawang seisi ruangan yang terlihat asing itu. Ruang itu terlihat tidak begitu besar. Ukurannya sekitar 6x5m. Sudah ada dua buah meja kerja serta kursi putar dan satu lemari besar.
"Aku menyewanya, untungnya tidak begitu mahal." Jawab Sehun sambil ikut melihat ruang itu.
"Tidak apa. Usaha itu memang harus dimulai dari bawah dulu, tidak bisa langsung,"
"Benar."
Ruang itu adalah kantor yang baru disewa Sehun satu minggu yang lalu. Ia memutuskan untuk menyewa tempat ini karena tidak merasa nyaman jika melakukan penyelidikan di rumah. Tempat itu dekat dengan kampus, maka dari itu harganya cukup terjangkau. Lagi pula hanya 15 menit jika ia menaiki bis untuk bisa sampai di rumah.
"Oh ya, aku kemari membawakan ini." Kata Soojung sambil membawakan sebuah artikel dan berkas yang tak terlalu banyak. Wanita itu menaruhnya di meja kantor.
Sehun tanpa basa-basi langsung meraihnya. Ia membaca judul atrikel yang ber-font ukuran besar itu dengan seksama.
"Kasus 1995, inikan kasus.."Soojung mengangguk meng-iyakan maksud yang tidak terucap dari bibir lelaki di depannya.
"Benar. Ini kasus orang tuamu. Maaf kalau mengungkit ini tapi, aku baru saja ingat materi ini pernah dibahas saat aku kuliah. Saat aku mempelajari kasus dingin tahun 90'an.""Mengapa? Ada yang janggal?"
"Coba kau lihat ini," hampir sama seperti konteks Soojung yang membuat ringkasan tentang kasus Bae Jongshin tahun 2010 lalu, Soojung juga merasa ada hal yang janggal.
"Mungkin foto dulu tidak sebaik sekarang, tapi bisa kau lihat ini?"
Soojung menunjuk dengan telunjuknya di salah satu foto. Ia melihat dengan intens ke bagian di foto.
"Di punggung ayahmu, di punggung paman. Terlihat sebuah huruf bukan?""'끝'? (geut)" kata Sehun spontan. Ia membaca huruf itu yang terlihat jelas karena tertulis cukup besar. Walaupun banyak darah dan goresan lain, ia bisa melihat tulisan itu.
"Kasus kali ini yang kau ambil, bisa dijadikan mencari tersangka baru karena ditemukan motif yang sama di pembunuhan." Kata Soojung.
"Dengan kata lain, jika ditemukan kasus-kasus yang sama..." Sehun berujar membuat kesimpulan.
Wanita di depannya tersenyum tetapi tak sepenuhnya tersenyum. Seolah-olah ada hal baik tetapi ada hal yang bisa menghambat mereka.
"Ya. Secara otomatis kasus ini bisa tuntas atau,"Sehun menghela nafas kasar.
"Malah menjadi seperti penyerupaan kejahatan.""Jadi, lebih baik kita mencari bukti untuk kasus ini saja dulu. Tolong jangan terlalu terburu-buru. Kita bukan polisi." Soojung memberi saran Sehun. Ia tahu lelaki itu tidak memiliki tingkat kesabaran yang baik.
"Baik. Aku mencoba tenang. Akan aku hubungi Kyungsoo."
Perempuan berawakan cukup tinggi tersebut berjalan ke arah sofa untuk mengambil tasnya.
"Kalau begitu, aku pergi dulu. Aku harus ke rumah sakit.""Rumah sakit? Apa Noona sakit?" Tanya Sehun dengan khawatir. Walaupun tidak sepenuhnya berkaitan darah Soojung ini menang terasa seperti kakaknya sendiri.
"Sudah beberapa hari ini aku pusing. Jongin menyuruhku untuk periksa."
"Mau aku temani?"
"Tidak usah. Aku baik-baik saja."
"Ya sudah. Hati-hati menyetirnya,"
Selepas Soojung keluar dari kantornya, Sehun kembali membaca berkas itu. Ia lalu mengambil duduk di kursi yang membelakangi jendela. Ia memijat kepalanya yang sedikit pusing. Kasus pertamanya ternyata bukan hal yang berhubungan dengan kasus pengacara baru semacam pencurian kecil atau penyerangan pria mabuk, malah kasus pidana besar. Namun, memang ini tujuan ia sampai di titik ini, untuk menangkap lelaki itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
29+ | hunrene
FanfictionBae Joohyun adalah seorang profesor ilmu hukum di salah satu universitas negeri terbaik di Korea Selatan. Sifatnya yang tak peduli tetapi terkadang ceroboh, membuat salah satu mahasiswanya Oh Sehun menjadi tertarik. Namun, apakah kalian tau ungkapan...