Kosan Angker

133 6 0
                                    

Mari kita langsung ke pengalaman yang baru terjadi beberapa tahun silam. Kali ini aku akan menceritakan mengenai kosan ku di daerah Jakarta di sebelah kampus. Kisah ini berawal saat aku baru saja masuk ke salah satu kampus di wilayah Jakarta. Karena rumah ku yang lumayan jauh, akhirnya aku terpaksa ngekos saat itu (sampai saat ini).

Saat itu aku sudah berputar-putar mencari kosan di wilayah sekitar dan sama sekali tidak membuahkan hasil. Hingga akhirnya aku menemukan satu rumah kosan yang sedang di renovasi. Bangunannya masih bangunan lawas, namun sedang di renovasi dibeberapa bagian.

Kosan ini sangat dekat dengan kampus, maka tidak pikir panjang aku langsung membayar DP. Memang, kosan itu sedikit menyeramkan saat itu. Namun aku pikir itu adalah efek dari renovasi.

Setelah beberapa minggu, akhirnya aku mulai memasuki kosan tersebut karena jadwal kuliah hampir dimulai dengan diawali oleh ospek. Dikosan itu terdapat 4 kamar dan kamar ku adalah kamar paling depan namun paling kecil yang hanya muat untuk satu orang. Pintu kamar ku terletak diujung lorong, entah seperti tusuk sate atau tidak aku juga kurang paham. Nanti diujung cerita aku akan mempublish beberapa foto kosan ini, jadi kalian bisa tahu lokasi mana saja yang aku maksud. (Jadi tetap membaca dari awal ya, agar tidak bingung)

Di kosan ini terdapat 2 kamar mandi, yang satu kamar mandi baru tapi sangat kecil dan yang kedua kamar mandi lama namun sangat luas. Kamar mandi kedua ini dindingnya langsung berbatasan dengan kamar mandi rumah sebelah kosan dan atasnya itu disisakan cela yang sangat lebar menurutku (jadi kalau mandi harus liat keatas takut kalau ada yang ngintip).

Di belakang kosan ada rumah yang dibatasi oleh selokan yang lumayan besar. Jika sedang hujan lebat, maka selokan itu akan banjir dan menimbulkan arus seperti air terjun di belakang kamar mandi kedua.

Saat itu penghuni kosan ada 7 orang, aku sendiri di kamar depan, 2 orang dikamar kedua, 3 orang di kamar tengah dan 1 orang di kamar paling belakang. Walaupun sangat ramai, namun tidak menutupi hawa negatif yang ada di kosan itu.

Awal mula aku mulai diganggu oleh penghuni tak kasat mata disana adalah saat menjelang subuh. Biasanya penghuni kamar kedua selalu wudhu sebelum adzan. Jika dia ingin wudhu, maka dia akan melewati lorong yang langsung berhadapan dengan kamar ku, maka langkah kaki serta bentuk kakinya yang sedang berjalan akan terlihat dari celah bawah pintu kamar ku.

Saat itu menjelang adzan subuh sekitar jam 04.30 WIB. Ketika itu aku yang sedang tidur mendadak terbangun dengan suara langkah kaki yang ada di lorong. Memang saat itu terlihat jelas langkah kaki dan bentuk kaki yang anehnya hanya mondar-mandir di depan pintu kamar ku. Saat itu aku tidak memikirkan hal yang aneh-aneh. Karena aku pikir saat itu hanyalah penghuni kamar kedua -sebut saja Ani- yang ingin mengambil wudhu, maka aku hiraukan kaki itu walaupun jujur saja itu sangat mengganggu.

Hal seperti itu tidak hanya sekali terjadi, besoknya diwaktu yang sama hal itu terulang lagi. Tapi lagi-lagi aku biarkan karena menurutku itu hanyalah langkah Ani yang ingin mengambil wudhu.

Dan keesokan harinya lagi, hal itu terulang kembali. Aku sudah jengah saat itu, karena aku pikir

Iseng banget Ani mau ambil wudhu aja harus bolak-balik depan kamar dulu...

Akhirnya aku beranikan diri untuk menegur Ani setelah tiba di kosan sehabis kuliah. Aku hampiri Ani yang sedang di kamarnya saat itu bersama teman sekamarnya -sebut saja neneng-.

"Ani, kamu kenapa kok tiap subuh mondar-mandir di depan kamar aku? Mau bangunin aku buat sholat subuh? Kalau iya, ketok aja Ni atau panggil aja aku". Kataku pelan.

"Kapan, Tan?" Tanya Ani balik.

"Udah tiga hari ini aku liat kamu bolak-balik depan kamar".

"Hah? Aku itu lagi gak sholat Tan. Neneng kali". Jawab Ani yang berhasil mengejutkan ku.

"Engga kok, aku mah sholatnya jam 6, Tan (jangan ditiru, perilaku tidak baik hahaha)". Jawab Neneng enteng.

"Loh terus kalau bukan kalian berdua itu siapa?" Tanya ku heran yang hanya dijawab gelengan kepala oleh mereka berdua.

Disini aku mulai berpikir yang tidak-tidak. Karena tidak mungkin jika anak-anak yang ada di kamar tengah yang mondar-mandir disitu. Jika anak-anak kamar tengah ingin ke kamar mandi, maka dia tidak perlu melewati kamar ku. Hanya anak-anak dari kamar kedua yang melewati kamarku. Aneh bukan?

Keesokan harinya, kaki itu mulai mondar-mandir lagi di depan pintu. Aku hanya membiarkannya saja. Namun tiba-tiba kaki itu berhenti berjalan yang menyebabkan aku mau tidak mau melihat ke celah pintu. Dan aku sedikit kaget

KAKI ITU TIDAK MENYENTUH LANTAI ALIAS MELAYANG.

Apa itu?? Pikirku saat itu.

Dan yang berhasil membuat aku takut yaitu..

KAKI ITU BERHENTI TEPAT DI DEPAN PINTU DAN MENGHADAP KE PINTU KAMARKU.

Aku hanya takut jika sang pemilik kaki itu berusaha membuka pintu atau malah mengetuk pintu.

Kaki itu sangat pucat dan aku baru menyadarinya karena baru memperhatikannya. Yang aku tahu hanyalah

Kaki itu bukanlah kaki milik manusia.

INI KISAHKU...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang