Part 20

411 26 16
                                    

Typo di mana-mana, maklumin ya.
.

###########





Waktu makan siang sebentar lagi sekitar 15 menitan. Dinda yang masih diliputi rasa bersalah melirik sekilas ke arah Noval yang masih fokus mengetikkan sesuatu di laptopnya.

"Makan siang dulu ayo bang!" ucap Dinda sambil membereskan meja kerjanya. Ia melihat ke arah Noval yang masih belum merespon tawarannya.

Apakah laptop itu lebih menarik dari pada aku, batin Dinda.

15 menit sebelum istirahat tadi sudah habis barulah Noval membereskan meja kerjanya dan mematikan laptopnya.

"Makan siang di cafe depan aja ya."

"Terserah saja bang, yang penting denganmu," ucap Dinda untuk mencairkan suasana canggung yang dirasakannya.

"Belajar ngalus dari mana mbak."

"Gak ngalus bang, cuma sekedar ngerdus."

"Sama aja itu, ayo keluar."

"Samanya apa hayo ?"

"Udah diem," ucap Noval memutus obrolan singkat mereka.

Perjalanan  Noval dan Dinda ke cafe depan kantor dipenuhi ocehan-ocehan Dinda yang memang sangat suka bicara itu. Satu sifat Dinda yang baru diketahui Noval setelah menikah yaitu Dinda tidak bisa diam, saat mulutnya banyak bicara maka tubuhnya akan bereaksi santai saja begitupun sebaliknya saat tubuhnya tidak bisa diam maka ia akan mengeluarkan sedikit suara tapi terkadang kedua hal itu bisa kompak untuk diam yang hanya terjadi saat Dinda merajuk. Aneh tapi Noval menyukainya.

Menyukai semua kepribadian Dinda yang terkadang mengganggu otaknya. Bagaimana tidak jika berjauhan sedikit saja dengan Dinda maka otomatis Noval akan  penasaran apa saja yang dilakukan wanitanya itu.

Mereka baru saja tiba di cafe, penghuni cafe yang lumayan ramai mengharuskan mereka untuk duduk di pojok dekat dinding kaca. Cuma meja itu yang tersisa.

"Pesananku samakan saja ya," ucap Noval lalu mengalihkan fokusnya ke layar HP yang baru saja menerima email masuk dari teman lamanya yang di Seoul. Noval larut dengan keasikkannya sendiri hingga tidak melihat raut muka Dinda yang bertekuk kesal.

"Ehm ehm" Dinda sengaja batuk yang dibuat-buatnya untuk mengalihkan fokus Noval ke dirinya namun hasilnya nihil. Noval malah senyum-senyum sendiri sambil mengetikkan sesuatu di layar Hpnya.

Dinda pov-

Aku lagi ada di cafe depan kantor. Baru saja duduk di meja yang satu-satunya tersisa, bang Noval sudah asik sendiri dengan benda persegi panjangnya. Pelayan datang menanyakan pesanan kami karena Bang Noval tadi meminta untuk menyamakan pesanan maka aku langsung saja membolak balikkan lembar menu yang ada dihadapanku.

"Dori rice krispy 2 sama Pure Tea nya 2 ya mbak." Ulang pelayan itu sesaat setelah aku mengatakan pilihan menuku. Aku melirik ke arah Bang Noval yang masih serius memainkan jari jempolnya di atas layar Touchscreen itu. Aku tidak suka dicuekkin.

"Ehm ehm" Aku batuk pelan yang aku pikir dapat mengalihkan fokusnya tapi ternyata gagal. Bang Noval masih saja asik dengan HPnya. Apa aku tidak menarik sampai sampai ia lebih memilih melayani benda itu dari pada mengajakku bicara. Ingin rasanya aku buang benda itu ke tong sampah yang ada tak jauh dari tempat aku duduk.

"Siapa tuh sampe sampe balesnya aja sambil senyum senyum gaje," ucapku menyindir Bang Noval dengan nada sinis yang aku buat-buat.

Dinda pov end-

Setelah mendengar sindirian terang-terangan Dinda barulah Noval menyimpan HPnya dalam kantong dibalik jasnya.

"Teman lama," jawab Noval singkat.

"Harus pake senyum-senyum ya bang ? Sama aku aja jarang loh senyum."

"Dia cerita tentang kejadian lama Din, dan bagiku itu lucu."

"Jjinja ?"

"Mau lihat ?"

"Gak," ucap Dinda lalu mengarahkan pandangannya keluar cafe. Melihat bangunan menjulang tinggi tempatnya bekerja. Ia merasakan pergerakkan di sofa sebelahnya.

Noval telah berpindah tempat duduk saat melihat perubahan Sikap Dinda yang menjadi diam. Sepertinya Dinda menjalankan aksi merajuk dadakannya.

"Beneran gak mau liat ? Yakin nih ? Ntar nyesel loh."

"Gak, sono main hp lagi aja sono. Anggurin aja," ucap Dinda tanpa melihat Noval yang sedang menampakkan wajah polosnya.

"Ngambek kenapa lagi sih bby ?"

"Gak"

"Terus kenapa cuma bilang gak ?"

"Pikir sendiri."

"Gimana mau mikir kalo gak tau masalahnya Din."

"Abang tuh ya ngeselin tau gak, tadi di kantor aku di anggurin karna laptop sekarang karna HP ntar karna apa lagi hah !" ucap Dinda yang kini sudah menghadap sempurna ke arah Noval.

"Maaf ya."

"Aku gak suka dianggurin bang." lirih Dinda.

"Iya iya maaf ya." Noval mengambil tangan kanan Dinda yang ada di atas meja, menggenggam erat tanda penyesalannya.

"Makan aja yuk, ntar keburu dingin nasinya," lanjut Noval.

"Yodah ayo!"

Dinda mulai menyantap makanannya tanpa minat sedangkan Noval sedang memperhatikan Dinda yang tengah malas mengunyah itu. Setelah puas menelisik lekuk wajah Dinda barulah Noval memakan makanannya dengan lahap.

Siang pasangan baru ini dihabiskan untuk makan siang dan bercengkrama dengan tumpukkan kertas putih yang ditorehkan tinta hitam di atasnya.

--------------#####

Tbc

22/05/18

Hola, gua back lagi dengan cerita yang ala kadarnya ini.

WHAT'S WRONG WITH PAK NOVAL (?) (SELESAI - Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang