Part 14

471 25 2
                                    

Dinda pov-

Hah, apa-apaan itu bos satu. Tidak ada angin tidak ada hujan dia malah seenaknya menyatakan perasaan di depan umum. Dan apa lagi itu, apa ia tidak bisa membaca nada orang berbicara. Aishh, seenak jidatnya.

Bahkan dia mengucapkan be mine tadi terlampau dengan wajah datar. Tidak ada romantis- romantisnya. Dan lihat, karena ulah dia aku menjadi pusat perhatian seluruh pegawai. Berbisik-bisik, ada yang tersenyum tulus dan pastinya tersenyum mengejek pun ada.

Aku segera berlalu dari lautan manusia yang menatapku seolah ayam lapar, ingin mematuk-matuk kepalaku. Ku edarkan pandangan dan tepat aku melihat sosok pria menyebalkan yang sayangnya bosku. Ahh, apa-apaan itu. Dia menatapku sambil tersenyum tapi apa itu bisa diartikan tersenyum jika bibirnya saja tidak melengkung sempurna.

Puk,

Aku berbalik, dan pelaku yang menepuk bahuku tadi adalah Papaku sendiri. Dia tersenyum penuh arti lalu memelukku erat. Seolah-olah aku akan pergi jauh.

"Malam Pa."

Ku lepas pelukkan Papa lalu menatap sengit ke arah pria yang barusan menyapa Papa. Menyebalkan.

"Maaf, Kenapa Pak Noval memanggil beliau papa ?" tanya ku penuh dengan nada tak suka.

"Beliau akan jadi mertuaku dalam hitungan beberapa minggu lagi. Benarkan pa ?"

"Ya kau benar menantuku, bicaralah kalian berdua. Papa mau ngobrol dengan besan." Papa sudah berjalan menjauh, meninggalkan anak semata wayangnya dengan pria seenak jidatnya.

"Aku belum menerima Pak Novalkan ?"

"Belum bukan berarti nggak dan panggil aja aku Abang malam ini. Ini bukan waktu bekerja."

"Bisa bapak jelaskan kenapa dalam beberapa minggu lagi Papa jadi mertua Pak Noval!"

"Abang!"

"Aish, jadi kenapa abang percaya sekali akan jadi menantu papa ?"

"Karna kamu sudah menyetujui jadi milikku."

"Ahh sudahlah, Aku mau pulang. Bicara denganmu juga percuma. Selalu seenak jidatnya nentuin segalanya."

"Aku antar." liatkan seenak jidatnya sekali pria ini. Dia semua yang mengambil keputusan. Bahkan dia tidak bertanya apa aku rela diantar olehnya.

Ahh sudahlah, kepalaku pusing memikirkan yang terjadi malam ini. Aku ingin cepat tidur dan melupakan semuanya walau cuma hitungan jam.

Dinda Pov end-

----------------------------####

Noval pov-

Aku lagi mengendarai BMWku, tadi si calon istri ingin pulang. Aku senang padahal hanya mengatakan kata calon istri. Aku bahkan tidak peduli bagaimana tanggapan dia. Yang terpenting tadi dia bilang ' Iya ' walaupun aku tau dia tadi meminta penjelasan ulang bukan menerimaku.

Ku lirik Dinda yang sengaja duduk di sampingku. Dia terfokus ke luar jendela, terlihat sekali otak kecilnya itu digunakan untuk berpikir keras.

Aku tidak akan mengantarnya terlalu cepat ke kostan, mengajak dia jalan-jalan sebentar tidak masalah bukan.

Pasar Malam sepertinya bukan pilihan yang buruk. Aku melajukan Mobil kesayanganku ini ke arah Pasar Malam yang tidak jauh dari kostan Dinda. Keramaian sudah terlihat bahkan sedikit macet dikarnakan tempat parkir kendaraan ada di pinggir badan jalan.

"Dinda, pernah ke pasar malam sebelumnya ?"

"Ehh belum, iya belum bang." Apa aku mengagetkan dia ? Kenapa dia gugup seperti itu.

Aku keluar dari mobil lalu beralih ke sisi mobil satunya untuk membukakan pintu buat Dinda. Suasana pasar malam saat ini sangat ramai, sampai- sampai jalan masuknya pun sesak dipenuhi orang.

Aku berjalan tepat di belakang Dinda, memastikan tidak ada tangan jahil yang mengganggunya.

Noval pov end-

Noval mengajak Dinda ke stand penjual permen kapas, Dinda yang memang sangat menyukai manis melihat penuh nafsu ke arah gumpalan berwarna pink itu. Noval membelikannya satu lalu beranjak lagi mengarungi stand jualan yang ada hingga mencoba tiap wahana yang tersedia. Malam ini dihabiskan mereka berdua untuk saling mengenal, tertawa bersama saat ada kejadian lucu, dan yang pasti mereka menghabiskan malam dengan bersenang-senang.

-------------------------------------###

Tbc
13/05/18

WHAT'S WRONG WITH PAK NOVAL (?) (SELESAI - Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang