Semoga cerita ini masih terselip di perpustakaan kalian. Sehat selalu untuk yang baca maupun gak baca. Tetap ikuti protokol dari pemerintah ya.
Saranghae...
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sejak kepulangannya dua minggu lalu dari rumah sakit, Noval tidak bisa menahan lagi untuk menunda agendanya hari ini.
Seperti hari biasanya, Noval mengenakan celana jeans beserta kaos oblong putih yang dilapisi jas hitamnya.
Ia hendak pergi namun sebelum itu ia menghampiri putranya yang tengah duduk di ayunan kayu samping rumah. Daon tengah membaca buku.
"Hei boy, ini masih pagi kenapa sudah bermain di luar?"
"Hanya ingin Appa," ucap Daon tanpa menoleh ke arah Noval.
"Appa mau pergi."
"Iya."
Noval mengambil buku yang sedang Daon pegang, lalu menutupnya dan menyimpannya di samping tubuh Daon. Noval membawa Daon ke dalam gendongannya.
"Kita harus bicara boy, sudah cukup dua minggu ini Appa kehilangan sosok jagoan Appa," ucap Noval tegas.
Mendengar itu Daon semakin menundukkan kepalanya. Aura Noval sedikit gelap saat ini. Tidak ingin Daon takut kepadanya, Noval mengusap punggung Daon teratur. Lalu mencium gemas pipi Daon, melakukan tradisi mereka berdua yang sudah lama tidak dilakukan.
Merasakan ciuman di kening, pipi, serta hidung membuat Daon tertarik melakukan hal yang sama. Setelah itu, Daon mengeratkan pelukannya di leher Noval.
"Kita jalan-jalan ke taman, maukan?"
"Mau Appa, tapi......," ucap Daon menggantung, matanya tidak berani menatap Noval dan jarinya ia kepal kuat.
"Gwenchana, ada Appa."
Noval dan Daon sudah sampai di taman komplek yang hanya berjarak 200 meter dari rumah. Noval memilih bangku taman paling ujung yang sedikit damai karena ini hari libur sekolah pagi-pagi taman sudah ramai dengan anak-anak yang berisik berteriak dan berlari. Ah, Noval rindu putranya yang aktif seperti mereka.
"Sayang." Panggil Noval lembut.
"Eumm ?" Daon sedikit mendongak menatap ke arah Noval yang tengah memangkunya.
"Bisa ceritakan ke Appa, kenapa putra Appa ini sedikit tidak semangat heumm ?" tanya Noval dengan sorot mata teduh menatap sayang Daon.
"Aon akut." cicit Daon pelan
"Apa yang Daon takutkan ? Apa Daon tidak percaya Appa bisa menjaga Daon dengan baik ?"
Mendengar itu, Daon menggelengkan kepalanya kuat. Tidak mungkin ia meragukan sang Appa karena Daon selalu percaya Noval adalah sosok Ayah paling hebat di dunia ini. Daon memeluk tubuh Noval erat.
"Appa teluka kalna nyametin Aon, Aon nda uka. Aon nda mau akal agi, Aon mau adi anak baik," ucap Daon akhirnya setelah beberapa menit terdiam. Noval yang mendengar itu merasakan hangat masuk ke dalam hatinya. Sebegitu khawatirnya Daon terhadapnya.
"Appa gwenchana, Daon gak usah khawatir. Appa terluka karena Appa pantas mendapatkannya. Karena Appa tidak bisa menjaga putra kesayangan Appa." Noval menciumi pucuk kepala Daon dengan sayang. Ah, sudah lama mereka tidak berdua seperti ini.
"Eheumm, Eomma gak di ajak-ajak ya. Tega banget." Tiba-tiba suara Dinda terdengar dari arah samping. Sontak, Noval dan Daon menoleh bersamaan.
Pagi yang cerah di habiskan keluarga kecil bahagia ini dengan piknik dadakan. Dinda menyusul suami dan anaknya sambil membawa kotak sarapan.
Dalam hati Noval bersyukur atas nikmat yang masih bisa ia rasakan sampai saat ini. Diberikan amanah mengurus anak pada usia muda, menjadi pimpinan perusahaan, dan mendapatkan seorang istri mungil yang cantiknya bukan hanya di luar tapi di dalam juga.
Hidup adalah tentang pilihan. Pilihan yang harus dapat dipertanggung jawabkan hingga akhir.
NB :
Seorang anak tidak bisa memilih di lahirkan dari orang tua yang seperti apa, tapi orang tua bisa memilih untuk menjadi orang tua seperti apa untuk anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT'S WRONG WITH PAK NOVAL (?) (SELESAI - Belum Revisi)
General FictionJudul awal : Noval Life Story "Jaga diri baik-baik sampai kamu berada di pelukkan ku lagi," ucap Noval pelan. Lalu menyamankan posisinya bersiap tidur. --------------------# ************* Cerita ini gua buat khusus untk ..... Typo, kesalahan ada di...