Part 23

348 22 0
                                    

"Eomma, aon akai aju ini," ucap Daon dengan suara cadelnya sambil menarik baju kemeja yang akan ia gunakan dari dalam lemari.

Sudah satu bulan Daon menetap di Indonesia dan hubungannya dengan Dinda semakin baik saja walau di awal sempat ada penolakkan dari Daon.

Sifat Daon hampir sama dengan Noval yang tidak akan dekat dengan orang yang tidak ia kenal. Butuh waktu seminggu untuk meyakinkan Daon bahwa Dinda orang baik yang tidak akan menyakiti dia dan Noval. Ya sifat posesif Daon yang sangat over jika sudah menyangkut Appanya.

"Daon kamu umur berapa sih kok pinter banget," ucap Dinda sambil menyubiti pipi chubby Daon yang sedang fokus mengancingkan kemejanya.

"Ata Appa ua thengah ahun eomma," ucap Daon yang lagi memakai celana Jeans nya.

"Sudah selesai ? Ayo kita temuin Appa di bawah."

Daon langsung berlari ke lantai bawah yang diikuti Dinda di belakangnya.

"Appa!" panggil Daon yang baru saja melewati anak tangga terakhirnya dan langsung memeluk kaki Noval yang bebas menjuntai di bawah kursi meja makan.

Noval mengangkat Daon lalu mendudukkannya dipangkuan. Tradisi setiap pagi yang selalu Ayah dan Anak ini lakukan.

Noval mencium pipi kanan Daon begitupun sebaliknya hingga semua wajah Daon diciumi Noval yang pastinya dilakukan juga oleh Daon. Itulah tradisi mereka berdua.

Daon mandi pakai sabun Appa ?" tanya Noval

"Iyaa Appa," ucap Daon lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Dia tidak suka sabun miliknya bang, katanya wanginya tidak manly seperti punya appa," ucap Dinda yang baru bergabung di meja makan.

"Itu kebiasaan Daon pas di Seoul, yang aku gunakan maka akan ia gunakan juga," ucap Noval yang diakhiri dengan mencium pipi Daon.

"Tapi kan beda bang, kulit abang dengan Daon itu beda. Daon masih dalam proses pertumbuhan." Protes Dinda tapi tangannya masih mengoleskan selai coklat di roti untuk dia sarapan.

"Aku sudah periksa ke dokter dan tidak ada masalah."

"Terserah saja yang pasti kalo ada apa-apa abang harus tanggung jawab."

"Eomma angan alahi Appa, aon aik-aik thaja," ucap Daon yang melihatkan wajah sedihnya dengan Dinda yang ia kira tengah marah itu.

"Kenapa membela Appa hm ?" ucap Dinda dengan nada yang ia buat senyaman mungkin untuk bicara dengan Daon.

"Aon thayang Appa, angan alahi Appa agi aon thayang Appa aon thayang Appa," ucap Daon berulang-ulang sambil memeluk leher Noval kuat.

"Aon alah thama eomma," lanjut Daon pelan yang masih bisa di dengar Noval maupun Dinda.

"Eomma gak marahin Appa sayang. Sudah ya jangan balas marah sama Eomma, gak baik," ucap Noval

"Hmm Appa," balas Daon yang masih menyembunyikan wajahnya dileher Noval.

Noval sarapan nasi goreng yang disiapkan Dinda dengan Daon yang masih memeluknya erat. Sedangkan Daon makan roti yang sesekali disuapkan Noval padanya.

"Semua sudah sarapankan ? Kita berangkat, kajja!" ajak Noval lalu menggendong Daon dan mendudukkannya di kursi penumpang tengah. Disusul Dinda yang duduk di kursi penumpang depan.

--------------------------###

Mobil Noval baru saja terparkir rapi di halaman kantor. Noval keluar lalu membukakan pintu untuk Daon sedangkan Dinda turun sendiri.

Tidak ada adegan di mana sang pria membukakan pintu untuk sang wanitanya.
Daon berada digendongan Noval sedangkan Dinda berjalan disisi kiri Noval. Walaupun sudah satu bulan ini melihat keluarga kecil Noval berada di kantor, masih saja semua karyawan memandang iri ke arah mereka.

Pemuda kaya, tampan, sukses dan Ayah-able yang bersanding dengan wanita cantik, dan baik hati ditambah seorang anak laki-laki tampan dan pintar.

Daon yang baru saja diturunkan Noval langsung berlari ke arah kursi kebesaran Noval dan berusaha memanjat kursi itu hingga berhasil duduk dengan sempurna. Tidak hanya itu Daon langsung membuka laptop Noval bergaya seperti seorang CEO sungguhan.

"Aigo anak Appa, sudah cocok jadi seorang CEO seperti Appa," ucap Noval lalu mengangkat Daon duduk dipangkuannya.

"Aon au thepelti Appa, oleh ?" ucap Daon dengan puppy eyes nya.

"Tentu tuan muda. Sekarang Daon CEOnya," ucap Noval

"Tapi bang, itu gak beneran kan?" tanya Dinda sambil meletakkan kopi di atas meja tamu.

"Tak apa, Daon sudah bisa membaca lagi pula aku akan membimbing tanda tangannya," ucap Noval meyakinkan.

"Baiklah tuan muda, ini berkas yang harus tuan pelajari," ucap Dinda lalu memindahkan berkas yang ada di mejanya ke meja kerja Noval.

"Yeayyyy gomawo Appa," ucap Daon lalu mencium pipi kanan Noval.

Hari ini kerjaan Noval berlipat ganda, satu berkas yang seharusnya selesai kurang dari 5 menit kini harus selesai dengan waktu lebih dari 10 menit.

Daon masih asik membaca laporan proyek yang ada di Bali sedangkan Noval sedang tertidur di sofa ruangannya. Dinda sendiri lagi memandangi Noval dan Daon bergantian.

Semenjak 1 jam yang lalu Noval tertidur dan selama itu juga Daon berkerja sendiri walaupun dia hanya sekedar membaca laporan yang setebal 45 halaman dengan tulisan kecil. Dinda tidak habis pikir bagaimana anak sekecil itu bisa mengerti isi dari laporan yang Dinda saja kadang tidak mengerti. Luar biasa.

"Appa thelethai!!" Teriak Daon yang sudah menggoyangkan badan Noval.

"Eughhh Tidur sayang," ucap Noval masih dengan mata yang terpejam.

Cupph.....

------------------#####

Tbc

24/05/18

Hadehhh tambah gaje absurd aja nih cerita. Semoga suka ya manteman

WHAT'S WRONG WITH PAK NOVAL (?) (SELESAI - Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang