Dearly bangun dari tidurnya dengan napas terengah-engah. Suara ledakan yang berasal dari sekitar rumahnya membuat gadis itu terkejut. Sekarang Dearly merasa ketakutan, apalagi bibi Ghe sedang tidak berada di rumah sekarang.
Dearly kira ledakan itu adalah ledakan biasa. Namun ketika mendengar ledakan itu semakin besar dan menakutkan, Dearly tahu bahwa ledakan itu bukan ledakan biasa.
Gadis itu pun beranjak dari tempat tidurnya kemudian menguncir rambutnya. Dearly bergegas mematikan api kompor di dapur dan memeriksa apakah bibi Ghe meninggalkan makanan untuk dirinya. Ternyata tidak.
Dearly berlari keluar rumah dan tak lupa mengunci pintu rumah kayunya itu. Sepertinya ledakan tadi berasal dari hutan belakang rumahnya. Saat melewati toko roti Canele, Dearly bertemu dengan Pansy yang menggendong Dudu--kucing kesayangan milik Pansy.
"Hei," teriak Pansy yang melihat Dearly berlari terburu-buru.
Yang dipanggil pun menoleh dan mendapati seorang gadis perempuan berambut cokelat tengah menggendong kucing persi putihnya.
"Sedang apa kau?"
Dearly menarik napasnya terlebih dahulu kemudian menjawab, "Akan ku ceritakan nanti, sekarang ikut aku! Letakkan Dudu di toko."
Tanpa menunggu lama Pansy meletakkan Dudu di teras toko roti milik orang tuanya. Setelah itu, Dearly dan Pansy menuju ke hutan belakang rumah Dearly. Memang hutan itu berada di belakang rumah Dearly, tetapi jika lewat langsung dari rumah Dearly tidak akan bisa karena jalan utama hutan itu berada tak jauh dari kawasan toko roti.
"Kenapa kau membawaku ke sini dan kau sedang apa?" tanya Pansy bingung ketika menyadari mereka berdua sedang berada di hutan. Dan sahabatnya itu tengah menolah-nolehkan kepalanya ke segala arah--seperti sedang mencari sesuatu.
Dearly tidak menjawab pertanyaan Pansy barusan. Gadis itu masih mencari-cari asal dari suara ledakan besar yang membangunkan tidurnya. Tetapi di sini tidak ada apa-apa. Semuanya normal dan tidak ada satupun pohon yang terbakar atau tanah yang berlubang.
"Sebenarnya kau sedang a--" ucapan Pansy terpotong oleh desisan Dearly yang menyuruhnya diam. Kemudian, Dearly menarik tangan sahabatnya itu untuk mengikuti dirinya.
Pansy hanya memutar bola matanya, tidak mengerti apa yang sedang Dearly cari. Gadis itu hanya pasrah ketika Dearly membawanya kesana-kemari dengan tidak jelas.
"Tadi aku mendengar sebuah ledakan dan aku yakin berasal dari sini. Tetapi di sini...tidak terjadi apapun."
Ternyata itu tujuan Dearly membawa Pansy kemari. Apa yang dikatakan Dearly sedikit konyol, namun kenyataannya Pansy tak mendegar apapun di toko roti Canele sedari tadi jika benar ledakan itu terdengar cukup besar.
"Mungkin kau mengigau."
Dearly berdecak kesal. Kenapa Pansy sama sekali tidak bisa di ajak kerjasama? Jika Dearly mengigau, pasti dia tidak akan terbangun semengejutkan tadi.
"Atau ledakan iseng dari anak-anak gelandang sekitar sini. Kau tau kan mereka biasanya--"
Lagi. Ucapan Pansy terpotong. Namun bukan karena Dearly, melainkan karena dirinya sendiri. Tak jauh dari tempat mereka berdiri, Pansy melihat sebuah busur panah yang terlihat sangat tidak biasa. Bentuknya sangat aneh. Dibuktikan dari ukiran rumit yang berada di sepanjang busur panah itu.
"Apa ini?"
Dearly bergegas menghampiri Pansy yang tengah memegang sesuatu. Itu tampak seperti busur panah. Namun seperti pemikiran Pansy, busur panah itu terlihat tidak biasa.
Dearly menyentuh ujung busur panah tersebut. Namun sebelum tangan mungil Dearly menyentuhnya, terdengar suara erangan seseorang yang membuat kedua gadis berambut cokelat itu merinding ketakutan. Apakah hutan ini angker? Apa erangan tadi adalah suara hantu? Tapi kenapa ada hantu di siang hari?
KAMU SEDANG MEMBACA
World of Elves ✔
Fantasy{END} Dearly terkejut ketika mendengar sebuah ledakan yang terjadi di dekat hutan kecil belakang rumahnya. Karena penasaran, akhirnya Dearly mengajak Pansy--sahabatnya untuk melihat ledakan besar tersebut. Awalnya, Pansy berpikir jika itu adalah led...