Part 10

1.3K 121 2
                                    

Herena, Maxsmery, Gerenadia, dan Lilian telah sampai di tembok raksasa perbatasan hutan Arl dan hutan Wegroz. Mereka pun satu persatu mencari tanaman rambat dan batu yang cukup berat untuk memanjat kembali tembok tersebut, sama persis seperti ide yang dilakukan Pansy tadi.

Beberapa saat kemudian, mereka telah berhasil memanjat tembok tersebut. Tanpa menunggu lama, Lilian mengeluarkan suara siulan terkerasnya untuk memanggil para kucing. Samar-samar terdengar suara langkah kaki berlari. Semakin dekat dan semakin dekat, akhirnya Dash, Jerk, dan Fawn tiba di tempat mereka berada. Benar kata Patrisia, bahkan dirinya tak pernah mencoba memanggil Dash.

Mereka langsung menunggangi para kucing satu persatu, kecuali Gerenadia yang dibonceng oleh Lilian. Kemudian memacu kecepatan secepat mungkin agar sampai di kota tepat waktu.

Tak disangka, dalam perjalanan mereka bertemu dengan rombongan Rexana. Untung saja rombongan Rexana menaiki kereta terbang, jadi mereka tak akan ketahuan oleh prajurit sialan mereka. Hutan Arl yang rimbun pun sangat membantu mereka.

Rombongan Rexana rupanya telah sampai di sini. Gawat, mereka harus sampai sebelum rombongan Rexana menemukan di mana Swampland.

"Lebih cepat Dash!"

Mendengar permintaan tuannya, kucing itu berusaha menambah kecepatan larinya. Dia tahu apa yang dimaksudkan tuannya. Mereka harus sampai di kota dengan cepat.

Dengan tambahan kecepatan dari para kucing, mereka akhirnya sampai tepat waktu di pintu kota. Tinggal menyusun rencana untuk menciptakan bomnya, setidaknya bom tersebut harus benar-benar berdampak untuk beberapa bulan kedepan.

"Sekarang bagaimana?" tanya Gerenadia.

"Dash, kau panggil Rhytm, kita butuh dia untuk cahayanya. Kali ini kita akan membuat bom dari gabungan kekuatan kita, bagaimana?" jelas Lilian. Dash pun langsung berlari kencang menuju ke rumah Rhytm. Memang tadi pagi gadis itu tak bisa mendatangi rumah Patrisia karena harus membantu neneknya di rumah.

Lilian mengajak yang lain untuk berkumpul di rumah Herena. Kebetulan, rumah Herena terletak di kota namun sedikit jauh dari tempat menara. Hal ini akan memudahkan mereka dalam menjalankan misi.

Setelah dirasa keadaan cukup aman, mereka mulai membuat bom dari kekuatan mereka. Menggabungkan seluruhnya agar mejadi ledakan yang cukup besar. Awalnya Lilian berpikir untuk mengambil sedikit energi nuklir di dekat menara, tapi sepertinya penjagaan di sana cukup ketat hingga tak memungkinkan seseorang masuk tanpa ijin. Apalagi nuklir berpotensi membahayakan makhluk hidup. Dan Lilian tak mau jika sampai ada korban akibat ledakan yang dibuatnya.

"Herena, kau punya beberapa wadah berbentuk bulat yang terbuat dari kaca?"

Herena mengingat-ingat sebentar. Sepertinya dia punya. Gadis itu pun langsung berlari masuk ke dalam dapur untuk mencari perabotan yang diperlukan. Nah, ketemu! Sepertinya tiga wadah cukup untuk menggelegarkan seluruh kota.

"Ini ada 3, apakah cukup?" Lilian mengangguk, ini sudah lebih dari cukup.

"Gerenadia, bisakah kau pergi ke rumahku sebentar untuk mengambil beberapa bunga Xewl, serbuknya berguna untuk membuat ledakan,"

Gerenadia langsung terbang keluar menuju rumah Lilian. Sementara Lilian menyusun bom tersebut dengan beberapa aliran kekuatan dari teman-temannya. Nah, sudah jadi! Hanya tinggal menunggu Gerenadia dan Rhytm datang ke sini.

Tak lama, gadis yang diharapkan pun datang. Gerenadia dan Rhytm datang bersamaan. Oh baiklah, sepertinya mereka berpapasan di jalan tadi.

"Aku menyuruh Dash langsung pulang tadi, apakah tidak masalah?" Lilian menggeleng. Keudian gadis itu menjelaslan rencana dan misi mereka untuk menggagalkan Rexana.

World of Elves ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang