Sebuah cahaya sangat terang tiba-tiba menyapu mata Dearly dan Etherd yang termenung sedari tadi. Rupanya Patrisia dan Pansy telah menemukan keempat bintang itu. Terbukti ketika cahaya itu bersatu menunjuk ke salah satu bola mati di hadapan mereka berdua. Itu bulan Fordomera.
Persis seperti yang Patrisia ceritakan kepada mereka di kala itu. Sangat mati tak bercahaya sekerjap pun. Seolah tak ada kekuatan di sana. Benar-benar mati. Berwarna hitam kelam lalu tempatnya pun tak teratur. Fordomera memantul dan berpindah ke segala arah. Pantas saja jika setiap bulan dia menghilang dan berkelana di setiap sudut alam semesta.
"Itu Fordomera!" seru Etherd tak percaya.
Sementara Dearly hanya menatap datar bulan itu. Seolah tak ada apapun di sana. Apa yang akan didapatkan dari bulan mati seperti Fordomera? Tapi sisi lain hatinya juga mengatakan bahwa terdapat sesuatu yang tersembunyi di sana.
Tak lama kemudian Patrisia dan Pansy muncul dari arah selatan tempat keempat cahaya itu. Ekspresi merekapun sama terkesiapnya dengan Dearly dan Etherd. Terkagum melihat lima cahaya itu menyatu menunjukkan arah, namun tidak dengan bulannya. Fordomera tampak sangat mengenaskan menurut mereka.
"Kita harus bergegas, ikuti aku!"
Patrisia tak ingin membuang waktu. Memang waktunya sesempit itu, tapi Dearly menebak Patrsia pasti sangat khawatir dengan ketiga teman mereka yang disekap oleh Rexana.
Mereka bergegas mengikuti Patrsia mendarat di bulan Fordomera itu. Dearly juga tak mengerti apa yang harus didapatkan dari tempat ini. Ibu bibi Ghe juga tak menjelaskannya secara deatil. Hanya menunjukkan petunjuk-petunjuk tempatnya. Ah, tapi mungkin di buku Patrisia pasti ditemukan jawabannya.
"Pat, coba lihat bukumu sebentar," minta Dearly.
Patrisia menaikkan alisnya. "Untuk apa?" dia bertanya heran namun mengambil buku itu dan memberikannya ke tangan Dearly.
Gadis itu segera membacanya dengan teliti di bab Fordomera. Di sana tertulis mereka harus mengambil bagian terpenting dari Fordomera. Air paling dingin di Fordomera. Tapi mustahil, mana mungkin ada air di planet segersang ini. Lagipula petunjuk tempatnya pun aneh. Ikuti panas matahari kemanapun dia pergi, air dingin ada di sebuah gua es yang mencair setelah seseorang memasukinya.
"Lalu bagaimana?" tanya Dearly.
"Kita coba ikuti saja petunjuknya. Siapa tahu gua es itu memang ada," kata Etherd memberi saran.
Mereka akhirnya memutuskan untuk mencari gua itu lewat petunjuk dari buku. Mengikuti panas matahari kemanapun dia pergi. Memang petunjuk ini serasa tak berujung sama sekali. Di Fordomera bahkan tak ada yang namanya waktu siang dan malam. Dia bergerak tak beraturan namun masih dalam kuasa kendali sang mentari.
Sampai tiga hari mereka mengikuti panas matahari itu, tetapi tak kunjung menemukan gua yang mereka cari. Tapi bukan mereka berempat namanya kalau menyerah begitu saja. Demi teman-teman mereka dan Fork Forest mereka harus bisa mencari Aegis meski taruhannya nyawa.
"Aku tak kuat lagi. Pegasus ini telah terbang mengepakkan sayapnya sejak kemarin lusa. Tanpa sadar kita tak berhenti Dear," keluh Pansy yang mulai merasa kelelahan.
Mereka menundukkan kepala. Yang dikatakan Pansy memang benar, semenjak kemarin mereka serasa mengelilingi Fordomera berulang kali tanpa henti. Namun tak kunjung nampak gua es itu. Sebenarnya ini jebakan atau bulan ini punya ilusi yang kuat?
"Etherd, kita harus bagaimana?" tanya Dearly.
Pemuda itu menggelengkan kepala. Menandakan bahwa dirinya pun tak tahu juga.
"Aku tidak tahu. Tapi...nenek pernah bilang kepadaku saat kecil dulu. Dia pernah menceritakan tentang gua es tak berpijak, tapi dia tak mengatakan tempatnya dimana. Mungkin...."
KAMU SEDANG MEMBACA
World of Elves ✔
Fantasy{END} Dearly terkejut ketika mendengar sebuah ledakan yang terjadi di dekat hutan kecil belakang rumahnya. Karena penasaran, akhirnya Dearly mengajak Pansy--sahabatnya untuk melihat ledakan besar tersebut. Awalnya, Pansy berpikir jika itu adalah led...