Part 26 (Ending)

1.7K 98 4
                                    

Suara ribuan langkah kaki mendekat ke arah mereka. Kali ini Rexana betul akan menyerang mereka semua. Bagaimanapun caranya dia pasti akan berusaha membekukan dan menutup portalnya. Dia tak akan ijinkan lingkaran itu terbuka. Terutama jika Dearly mati sekalipun.

Hanya ada dirinya dan Etherd serta Patrisia juga Pansy berada di sini. Penduduk Fork Forest pasti tak akan diijinkan keluar menembus portal guanya. Dan juga Ortora dan Lilian, mereka tertangkap oleh Rexana. Dan kedua pemuda itu, Sagoz dan Jaxzen. Dearly tak yakin jika mereka akan kembali. Jikalau kembalipun, mereka akan mengambil Dearly. Mereka menginginkan dirinya.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang, Dear?" tanya Pansy.

Sementara gadis itu masih menatap tajam ke arah pasukan Rexana. Peperangan akan terjadi di bumi. Jika Rexana berhasil mengalahkan dirinya, kemungkinan besar dia akan berambisi menaklukkan bumi juga. Mengubah semuanya menjadi gelap. Tanpa warna, aroma, suara, ataupun kilauan. Semuanya akan sirna jika Rexana menang. Dan dampak terburuk akan dirasakan oleh Elf kegelapan dan Drawn. Lalu jika saat itu dia menang dan dirinya mati, Rexana akan memburu Pansy dan yang lain. Hidupnya tak akan selamat. Dearly tak ingin semua itu terjadi.

Kini Rexana telah berdiri tepat di hadapannya. Mengeluarkan tatapan tajam dan seringai sinis.

"Kalian tidak akan berhasil. Berikan saja bintang itu padaku. Aku akan menjamin kalau hidup para Elf akan lebih berkeilau dibandingkan di tempat Aegis yang kotor itu," ucapnya.

"Hentikan ucapanmu bedebah!" marah Patrisia.

Sementara Dearly kini hanya bisa memegangi bahunya dan mencoba bertahan dengan kedua kakinya. Bintang di tangannya ini tak boleh jatuh ke siapapun. Aegis harus terbuka sekalipun itu mengorbankan nyawanya.

"Sekali lagi kau panggil aku bedebah atau--" ucapnya sambil menunjuk Patrisia dengan telunjuknya.

Patrisia menurunkan telunjuk di hadapannya itu. "Atau apa? Kau memang pantas di panggil sebagai bedebah!"

Plakk

Sungguh mengejutkan apa yang Dearly lihat. Rexana menampar pipi Elf hutan itu dengan begitu keras. Beraninya dia. Menampar Patrisia seakan dia adalah miliknya ataupun putrinya sendiri.

"Apa hakmu menamparku? Lihat saja, ketika matahari itu membakarmu hingga habis tak tersisa, termasuk kalian semua!" kini giliran Patrisia yang menunjuk mereka dengan telunjuknya.

"Benarkah?"

Rexana sontak berlari ke arah Dearky yang berdiri lemah. Berusaha menjaga bintangnya namun tak kuat lagi. Bintang itu akhirnya jatuh ke tangan Rexana.

Bodoh! Bodoh sekali dirinya. Begitu saja membiarkan sihir berharga itu jatuh ke tangan orang licik seperti dia. Namun sungguh, Dearly tak kuasa lagi menahan pandangannya yang semakin mengabur. Kepalanya terasa pening. Dan kedua tangannya kini telah membiru sempurna.

"Lihat, bahkan temanmu itu memberikan bintang ini dengan sukarela. Ckck, kau terlalu lembut, sayang."

Rexana menaruh bintang itu di atas tongkatnya. Kemudian memecahkan tanah yang berada di sekeliling mereka. Tak hanya itu, dia juga menangkap Patrisia dengan portal panas menyengat. Membuat gadis itu merintih kesakitan dan peluh memenuhi sekujur tubuhnya.

"Hentikan, Rexana!"

Semua orang menoleh ke arah sumber suara tersebut, termasuk Dearly. Rupanya Kara telah kemari. Tapi dia tak sendiri, namun bersama neneknya. Tidak! Apa yang dia lakukan? Nenek bisa saja celaka jika seperti ini. Dearly tak bisa kehilangan semua orang dalam pertikaian ini. Cukup dirinya saja.

"Tidak, nek! Kumohon kembalilah," ucap Dearly dengan suara parau.

Namun permohonan gadis itu tak dihiraukan oleh sang nenek. Dia tetap harus menjaga cucunya. Dia tak bisa membiarkan Dearly menghadapi ini semua. Dia bukan Elf ataupun semacamnya. Dia hanya manusia biasa yang tahu segalanya tentang Aegis. Tapi, dia tak bisa diam membiarkan bangsa Elf hancur dan cucunya berada dalam bahaya.

World of Elves ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang