Part 21

1K 92 3
                                    

Dearly meneliti setiap sudut hutan di daerah itu. Benar-benar asing. Seolah tak pernah sedikitpun dilihat oleh manusia ataupun orang lain. Ini tempat terasing yang Dearly kunjungi ketika berada di Fork Forest.

Sungguh sangatlah alami. Memang sedikit sama halnya dengan daerah lain di Fork Forest, hanya saja udaranya seakan berpengaruh besar tergadap paru-paru manusia. Saking segar dan sejuknya, pasokan udara yang dihirup Dearly lebih banyak dari biasanya. Sepertinya kali ini paru-paru Dearly sangat rakus.

Setelah mengarungi hutan dari lembah sungai tempat tinggal Quartos tadi, mereka bertiga menuju ke kawasan hutan paling terpencil di dunia itu.

Hutan dengan banyak tunbuhan menjulang tinggi, semak-semak belukar yang tumbuh kian melebar, dan juga tanaman rambat yang merambat kemana-mana. Tak lupa dengan bunga-bunga liar beracun ada dimana-mana serta beribu jenis spesies jamur yang paling utama banyak ditemui. Sepertinya makanan pokok para Elf primitif di sini adalah sup jamur atau semacamnya. Dearly tak yakin jika mereka doyan makan bunga beracun itu.

"Sangat liar," gumam Etherd.

Sekali lagi bola mata Dearly menjelajah kemana-mana. Seperti biasa menyelidiki setiap sudut tempat yang belum pernah ia kunjungi. Hutan ini lebih mirip hutan purbanya para manusia.

Sangat mirip sekali dengan gambaran pelajaran sejarah di sekolah Dearly. Gadis itu lupa mengatakan kalau sembilan puluh sembilan persen tumbuhan purba bumi menetap di sini. Bahkan tumbuhan yang kini sudah tak ada satupun di bumi semenjak peradaban teknologi, tumbuhan itu dapat ditemui di sini.

Aneh memang, apalagi cahaya di sini minim sekali. Seberkaspun tak ada yang mampu menembus dedaunan pohon yang tebalnya berkali-kali lipat. Tetapi di sini sangat terang, seolah ada cahaya yang bersinar namun kenyataannya tidak sama sekali. Dan tumbuhan-tumbuhan itupun tumbuh dengan suburnya tanpa layu sedikitpun kecuali jika memang itu sudah ajalnya.

Dearly kemudian mengikuti langkah Ortora yang membawa mereka lebih masuk ke dalam hutan. Mereka berjalan kaki karena Jerk dan Dash ketakutan ketika Dearly dan Ortora mencoba mengendalikan dua kucing itu yang kalap karena enggan melangkahkan kaki ke dalam sana. Apa boleh buat, akhirnya Jerk dan Dash menunggu di pintu hutan sampai Dearly dan kawan-kawan kembali.

Semakin jauh masuk entah mengapa Dearly merasa semakin gelap saja. Dia tak mengerti dimana teman Ortora itu tinggal. Sampai-sampai gadis itu sedari tadi menoleh ke arah satu-persatu pohon yang tumbuh di sana.

"Apa masih lama? Aku tak kuat berjalan lagi," keluh Dearly. Kakinya kini merasa cukup penat setelah berjalan berjam-jam lamanya.

"Aku tidak tahu. Tahan sebentar, aku yakin kita akan menemukannya sebentar lagi," jawab Ortora.

Etherd terduduk di lantai dan sedikit memijit kakinya. Entah mengapa berjalan di hutan ini rasanya satu kilometer saja seperti berjalan lima kilometer.

"Apa maksudmu tidak yakin? Kau tak tahu rumah mereka begitu?" tanya Etherd pelan. Raganya seakan tak kuat lagi untuk berdiri, napasnya terenggah-enggah, peluh pun semakin memenuhi pelipis dan lehernya.

"Elf primitif tak tinggal seperti ras Elf lainnya. Mereka berpindah-pindah dari satu pohon ke pohon lainnya. Sepertinya kita harus mengelilingi hutan ini jika ingin menemukannya."

Penjelasan yang bagus. Cukup bagus untuk membuat kesadaran semakin berkurang akibat membayangkan mereka harys berkeliling hutan yang tidak sempit ini.

Dearly membaringkan tubuhnya di atas tanah yang penuh dengan dedaunan luruh dan kering. Tak ada satupun tanah yang terlihat di hutan ini, semuanya dipenuhi dedaunan rontok dan ranting-ranting kayu yang tidak dibersihkan. Lebih kotor dan kacau dari sekedar halaman rumah yang tak dibersihkan berbulan-bulan lamanya.

World of Elves ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang