Akhirnya, Dearly dan Pansy nekat pergi ke bumi menunggangi Jerk tanpa persetujuan dari mereka. Tidak ada jalan lain, semuanya harus diselesaikan sekarang. Semuanya harus berakhir, dia harus menanyakan ini semua kepada bibi Ghe. Dearly dan Pansy tak ingin segalanya menjadi lebih rumit. Sekalipun Patrisia menentang rencana mereka.
Dearly memacu kecepatan Jerk lebih cepat, memang Patrisia dan yang lain kurang percaya dengan rencana yang mereka jalankan. Tapi tidak dengan Ortora, dia selalu yakin dengan apa yang Dearly dan Pansy lakukan. Terlebih lagi Pansy selalu memiliki rencana yang matang untuk melakukan suatu hal secara mendadak.
Mereka sampai di pintu gua. Dearly sudah menggenggam erat panah yang Ortora berikan kepadanya. Dearly bersyukur, karena Ortora masih percaya dengan yang Pansy dan dirinya putuskan untuk mereka. Bagi Dearly hal yang ia lakukan adalah yang terbaik bagi Fork Forest.
Dearly mengarahkan busur panah itu ke arah pintu gua, memejamkan mata sembari membayangkan tempat yang ingin dia kunjungi bersama Pansy saat ini. Seperti instruksi dari Ortora waktu itu.
Dan berhasil. Panah itu tepat menembus pintu gua dan menciptakan cahaya sangat terang seperti saat Ortora mengajak mereka berdua pergi ke Fork Forest pertama kali.
Dearly dan Pansy pun bergegas mengendarai Jerk pergi ke arah barat daya. Bibi Ghe pernah bilang bahwa orang tua bibi Ghe tinggal di Padang rumput jingga di sebelah barat daya dari hutan belakang rumah.
Dengan kecepatan yang ditempuh oleh Jerk, mereka akhirnya sampai di Padang rumput jingga tempat tinggal orang tua bibi Ghe.
"Kau tahu dimana rumah orang tua bibimu, Dear?" tanya Pansy.
"Tentu saja. Oh ya Jerk, lebih baik kau kembali saja ke gua itu. Aku takut mereka akan curiga melihat kucing besar seperti kau," perintah Dearly.
Jerk pun langsung berlari secepat kilat menuju gua di Hutan belakang rumah. Dearly dan Pansy pun segera pergi ke rumah orang tua bibi Ghe.
"Permisi," teriak Pansy sambil mengetok pintu kayu rumah orang tua bibi Ghe.
Tak lama kemudian, seseorang membukakan pintu itu. Seorang wanita paruh baya tengah menggendong putri kecilnya yang sedang tidur pulas. Tak salah lagi, itu adalah bibi Ghe, bibi kesayangan Dearly.
"Dearly?" kejut bibi Ghe.
"Bibi, aku mau bertanya tentang sesuatu. Apa kau tidak keberatan?"
Bibi Ghe tersenyum kemudian menggeleng. "Tentu saja tidak, masuklah," ajak bibi Ghe.
Dearly dan Pansy pun masuk ke dalam rumah orang tua bibi Ghe. Dearly melihat ibu bibi Ghe tengah mengupas bawang merah dan tersenyum melihat kedatangan mereka.
"Dearly! Kau sudah besar, Ghe tak pernah mengajakmu ke sini sejak 4 tahun yang lalu," serunya.
Dearly tersenyum malu-malu. Memang dari kecil bibi Ghe jarang mengajaknya ke sini. "Dia sudah punya Cicila, nek."
Bibi Ghe menggelengkan kepala. "Memangnya kalau sudah punya Cicila, kau harus kulupakan begitu? Tentu saja tidak sayang."
"Iya aku tahu...oh ya bi, aku mau bertanya sesuatu tentang Aegis. Seberapa dalam kau tahu mengenai itu?" tanya Dearly.
Bibi Ghe dan ibunya terhenyak. Seakan terkejut mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Dearly barusan. Mengapa tiba-tiba Dearly bertanya tentang Aegis? Lagipula apakah Dearly kemari untuk bertanya tentang tempat itu?
"Kenapa tiba-tiba?" heran ibu bibi Ghe.
"Aku tak bisa ceritakan sekarang, lain kali aku janji. Tapi aku membutuhkan informasi tentang Aegis, kumohon," mohon Dearly dengan nada memelas. Dearly harap mereka tak menaruh curiga berlebihan hingga tak mau memberikan jawaban tentang Aegis.
KAMU SEDANG MEMBACA
World of Elves ✔
Fantasía{END} Dearly terkejut ketika mendengar sebuah ledakan yang terjadi di dekat hutan kecil belakang rumahnya. Karena penasaran, akhirnya Dearly mengajak Pansy--sahabatnya untuk melihat ledakan besar tersebut. Awalnya, Pansy berpikir jika itu adalah led...