Part 23

1K 91 4
                                    

Sakit di bahunya kini mati-matian ia tahan agar mereka yang ada di hadapannya tak mengetahui betapa buruknya hal yang terjadi saat dia pergi ke lembah penuh dengan tipuan itu.

Kini mereka telah menunggu penjelasan dari dirinya apakah dia menyetujui rencana mereka. Lantaran membuat orang itu patuh dan tunduk ada hal yang mustahil terjadi di Fork Forest.

Kali ini bukan hanya ada Ortora dan Etherd, Dearly juga melihat gadis bergaun oranye cerah dengan rambut sepunggung bergelombang di bagian bawahnya. Dia pastilah Gloria, Dearly mengenalinya dengan jelas. Rupanya Etherd berhasil membawa gadis itu tanpa pengorbanan apapun. Yang perlu dia ketahui saat ini adalah Ortora, dia berhasil atau tidak membawa Jaxzen ke dalam rencana mereka. Tanpa pengorbanan dan mengurangi hal apapun.

"Dear, kau tampak pucat. Apakah ada hal terjadi yang--"

"Tidak ada, kalian tenang saja." Belum Ortora menyelesaikan kalimatnya, gadis itu memotongnya dengan cepat. Seolah tak ingin kalimat itu diteruskan dan membuatnya semakin merasa bersalah.

"Perkenalkan aku Gloria," ucap gadis berambut panjang itu sembari mengulurkan tangan putih nan bersihnya. Langsung saja disambut oleh Dearly dengan baik. "Dearly, senang bertemu denganmu."

Astaga, apa-apaan ini. Logat bicaranya seakan berubah. Kebiasaan Dearly ketika kurang enak badan, dia akan berbicara dengan logat dan bahasa yang formal. Tanpa ada unsur bahasa pertemanan dan tawa di sana. Kalau seperti ini dia bisa ketahuan lebih cepat.

"Etherd, bisa kau pergi ke Swampland dan mengambil salah satu perwakilan Drawn dan tentu saja kau yang menjadi perwakilan Elf kegelapan," ucap Dearly.

Etherd menggaruk tengkuknya. "Erm...untuk aku, aku harus meminta ijin ke Zaquena terlebih dahulu. Lalu Drawnnya aku akan meminta Wick untuk ikut," jelasnya. Kemudian pemuda itu pergi meninggalkan ketiga gadis itu menuju ke Swampland.

Dearly tersenyum. Dia berhasil mengatakan kepada teman-temannya bahwa dia baik-baik saja. Tetapi untuk Gloria, dia seakan kurang percaya dengan apa yang dia katakan. Dia pasti tahu mengenai dirinya. Sebab itu Gloria ikut Etherd kemari. Kalau tidak, gadis itu pasti akan enggan ikut kemari. Ada banyak hal yang perlu dilakukan ketimbang mengikuti pemuda itu tanpa alasan yang jelas.

Gadis itu mengambil batu komunikasi kemudian menghubungi Patrisia. Sejak dua hari kemarin mereka tak ada kabar apapun. Dearly jadi risau dengan keselamatan Pansy dan yang lain. Semoga saja mereka tidak ketahuan oleh Rexana.

"Pat? Kau baik-baik saja?" tanyanya cemas.

"Aku baik-baik saja. Kami baru melarikan diri dari tahanan terkutuk itu sekarang. Aku akan segera ke sana," ucapnya di seberang lalu mematikan sambungan.

Dearly menghela napas. Mereka tertangkap, untung saja mereka dapat melarikan diri. Dearly jadi lega. Memang ketika sekali menginjak daerah jangkauan utama Rexana maka tak ada siapapun yang akan berhasil keluar tanpa dikurung terlebih dahulu.

Tak lama kemudian terlihat dari sana, Patrisia dan teman-temannya menuju ke arah mereka sembari melambaikan tangan.

"Aku merindukanmu Dear," ujar Pansy sambil memeluk rindu sahabat karibnya itu.

"Syukurlah kau tak apa Pansy, aku juga merindukanmu," balas Dearly.

Gadis itu bersyukur mereka semua baik-baik saja. Hanya tinggal menunggu Etherd kembali dan misi terakhir akan diluncurkan. Semoga yang jahat akan lenyap pada waktunya dan raja bintang akan berkuasa.

***

Etherd mengetuk pintu pondok kecil sederhana di ujung jalan rawa itu. Terbuat dari jerami kering yang palangnya didirikan bambu-bambu sebagai penyangga. Pintunya pun hanya berasal dari tripleks tipis yang keropos di bagian bawahnya. Pondok itu tak lain adalah tempat sahabat kecilnya menetap.

World of Elves ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang