19. Cinta Dalam Diam

745 46 13
                                    

"Kamu tahu bagaimana pungguk merindukan bulan? seperti itulah aku menganggumimu dalam kejauhan dan dalam diam."

Ziqri POV

Dhifalia Azahra Putri, nama yang selalu muncul dalam pikiranku akhir-akhir ini. Aku masih tidak percaya dan tak menyangka sama sekali bahwa besok aku akan menjabat tangan walinya itu, untuk menikahinya. Siapa sangka, pertemuanku denganya waktu itu akan berakhir di pernikahan.

Ketahuilah, aku menikahi Zahra bukan atas dasar perjodohan. Tapi atas dasar kemauanku.

Flashback On

Sore itu aku baru saja pulang dari kantor. Tapi saat di perjalanan pulang aku melihat seorang akhwat yang sedang mendorong motornya. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan motornya itu, sehingga ia harus mendorong nya seperti itu.

Tanpa pikir panjang, aku langsung  meminggirkan mobilku tepat didepan akhwat itu. Aku turun dari mobilku, hendak menghampirinya. Aku menghentikan langkah kakiku, saat wajah akhwat itu melihat ke arahku. 

"Zahra." ucapku dalam hati. "Ya Allah benerkah?"

Aku sedikit terkejut saat melihat wajahnya. Aku mengenalinya, aku sangat yakin dia adalah Zahra yang ku kenal, walau pun sekarang ia sudah dewasa tapi aku masih mengenal betul raut wajah nya itu.

Tak tahu kenapa saat ini darahku berdesir, Jantungku serasa bertasbih mengucap Syukur.
"Ya Allah apakah ini jawaban dari setiap doa-doaku selama ini?" lirihku.

Dengan sedikit ragu ku langkah kan kaki ku untuk mendekatinya. Ia menunduk saat aku menghampirinya.

Ku perhatikan motornya itu.

"Assalamualaikum warahmatullohi wabarakatuh, kenapa de dengan motornya ko di dorong? " tanyaku akhirnya.

Ia mengangkat kepalanya sebentar untuk menatapku, lalu ia menunduk kembali.

"waalaikumsalam warahmatulloh wabarakatu, bensinnya habis ka." ucapnya lemas, hatiku sedikit bergetar mendengarnya.

Aku tidak tega melihatnya, sepertinya ia sudah sangat jauh mendorong motornya ini.

Setelah sedikit berdebat dengannya,
Akhirnya aku berhasil meyakinkannya untuk aku belikan bensin untuk motornya itu. Aku juga membeli sebotol air mineral untuknya karena ku tahu ia pasti haus.

Dia tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih kepadaku, aku suka. Bukan karena ucapan terimakasih nya, tapi karena senyumnya. Hehehe

Karena saat ia mengucapkan terimakasih, senyumnya terukir dan menampakkan cekungan bulan sabitnya itu.

Kalian pasti tahu, seulas senyum dari orang yang kau cintai lebih berarti dari apapun.

Zahra adalah orang yang aku cintai dari sembilan tahun yang lalu, tepatnya pada masa SMP.

Satu kejadian yang telah mempertemukanku dengannya pada waktu itu. Dan mulai saat itu, Perasanku kepadanya tumbuh begitu saja.

Dulu aku kira perasaanku kepadanya hanyalah sebuah rasa kagum biasa atau cinta seorang anak remaja yang sesaat.  Tapi aku salah, rasa cintaku kepada Zahra sampai saat ini masih bertahan dan tak pernah pudar, mungkin bertambah semakin bertambahnya waktu.

Aku bukan Ali yang mencintai Fatimah diam-diam, sampai setanpun tak mengetahuinya.

Aku pernah bercerita tentang perasaanku ini pada Umiku dan sahabatku, Bimo. Karena pada saat itu aku sangat bingung tentang perasaanku yang tumbuh ini. Jadi, kuputuskan untuk bercerita.

JOFISA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang