28. Hidup Berdua

894 51 3
                                    

Setiap waktu yang saya lewati bersamamu terasa begitu bahagia. semoga tidak ada kesedihan yang bertamu pada kehidupan kita.
-Ziqri-

Setelah puas melihat sekeliling rumah barunya Zahra dan Ziqri berkumpul dengan keluarganya. Ternyata sudah ada Orang tua Ziqri, kakak, dan Adiknya. Lengkap sudah keluarga mereka.

Mereka sekarang sedang makan siang bersama, Masakan yang di buat oleh Bunda dan Ibu mertuanya itu. Tak ada yang bisa menggambarkan rasa bahagianya Zahra saat ini.

Raut muka Zahra berubah sedih, saat mereka semua berpamitan pulang.

"Bunda jangan pulang saja, Nginep sini ya." Rengek Zahra seperti anak kecil, sambil memegangi lengan Bundanya.

"Ga bisa Za, nanti Rumah kosong lah." jawab Bunda.

"Kalau gitu Za aja yang nginep di rumah ya. Boleh kan Bun, Boleh ya mas?." Pinta Zahra, ia memandang Bunda dan Suaminya bergantian sambil menaik turunkan Alisnya. Berusaha merayu mereka.

"Huus, mau nginep kata kamu. Rumah baru kamu mau ditinggal gitu aja?." Zahra mencebil kesal, Bundanya tidak mengerti bahwa ia sedamg merindukan suasana Rumahnya.

Ziqri Tersenyum melihat Zahra, sebenarnya ia tak tega pada Zahra. Ia  tahu perasaan Zahra saat ini.

"Udah jangan sedih, Nanti lain waktu kita nginep di rumah Bunda. Tapi ga sekarang ya." Ujar Ziqri sambil mengusap puncak kepala Zahra. Lalu menariknya ke dalam pelukannya.

Semua keluarga berusaha mengulum senyum, menyaksikan tingkah pasangan yang baru-baru kemarin halal. Tapi tidak dengan Tsabina dan Ilham, mereka sudah bersorak girang menyaksikan kakak-kakak mereka.

"Aduh panas geng. Jomblo di harap bersabar."
"Baper, jadi pengen Nikah."
"Romantisannya bisa ga di pending dulu, nanti aja kalau berdua."
"mentang-mentang manten, umbar kemesraan sembarangan aja."

Alhasil tawa semua orang membahana di setiap sudut rumah. Terkecuali Zahra, ia hanya bisa tersenyum kikuk menahan malu. Sementara Ziqri? Ia enjoy saja, tidak merasa bersalah.

"Sudah-sudah, udah mau sore kami pulang dulu ya." Ujar Iksan, menghentikan Tawa mereka.

"Udah jangan sedih, kalau kamu kangen kan bisa main ke Rumah." ucap Bunda saat melihat anaknya Murung.

Zahra memeluk Bundanya lagi, ia memeluk erat seakan-akan ia berkata Jangan pergi Bunda. Bunda Membalas pelukan Zahra.

"Bunda pamit dulu ya, Jadi Istri yang bener." Ucap Bunda sambil menangkup kedua pipi Zahra.

"Iya Bunda. Bunda, Abang, dan Tsa hati-hati ya." Ucap Tsabina.

"Abi sama Umi juga pamit ya."

"Iya bi, Hati-hati juga ya. Jangan lupa nanti main ke sini lagi." Ucap Zahra sambil bersaliman.

"Titip Ziqri ya Za, jangan kaget sama ulahnya." Ucap Mba Rina di kuping Zahra, saat berpelukan.

"Iya Mba." jawab Zahra di sertai kekehan.

"Ka Zahra hati-hati ya sama Ka Ziqri." Ucap Ilham yang langsung dapat pelototan dari Ziqri.

"Iya Ham, ilham belajar yang bener ya."

Mereka pun akhirnya berpamitan untuk pulang karena waktu sudah sangat sore.

Zahra dan Ziqri mengantar mereka ke depan Rumah. Zahra melambai-lambaikan tangannya saat Mobil mereka mulai keluar dari pekarangan Rumahnya.

❤️❤️❤️

Setelah selesai Shalat Isya, Ziqri dan Zahra hanya bersantai di dalam Kamar. Ziqri duduk di meja belajar matanya fokus menatap layar monitor dengan jarinya yang sibuk menari-nari diatas keyboard, dan Zahra hanya berbaring dan sibuk memandangi suaminya. Setiap gerak gerik Ziqri tak luput dari sorot perhatian Zahta, ia memandang suaminya begitu detail.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JOFISA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang