Tangismu berefek samping pada hatiku. Hatiku terluka oleh tangismu, jangan menangis ya Humairah.
-Ziqri Khalif Abqari-🌸🌸🌸
Typo dimana-mana
Ku tatap Langit malam ini dengan malesnya di jendela mobil. Gelap gulita, tak ada Bintang-bintang yang biasanya menghiasi langit Malam. Tadi memang Jakarta telah di guyur hujan, jadi itu sebabnya bintang tak hadir menghiasi sang Langit Malam.
Aku langsung turun dari Mobil, dan masuk ke dalam Rumahku tanpa memperdulikan Tsabina yang terus memanggilku.
Dengan muka kusutku, aku memasuki Rumah. Gelak tawa dan gurauan yang memenuhi ruang tamu seketika terhenti saat aku mengucapkan salam. Alih-alih bukannya mereka menjawab salamku mereka malah sibuk memandangku.
Keluargaku memandangku bingung, terlihat memang dari cara mereka memandangiku. Aku langsung melangkah pergi ke Kamarku, tak perduli dengan mereka yang pastinya bingung dengan muka kusutku dan mata sembabku ini. Kepalaku sudah berat aku ingin istirahat saat ini.
"Za. " bunda memanggilku, aku terhenti sejenak, lalu aku melangkah lagi pergi ke Kamarku.
Ku lemparkan tubuhku di kasur kamarku dan menutupi seluruh tubuhku dengan selimut. Air mataku mulai turun kembali, saat aku mengingat ucapan Tante Aisyah tadi.
Flashback On
Aku berdiri dari tempat dudukku saat Tante Aisyah datang dengan sahabatku Dinda. Terlihat di sana, masih ada mata penuh amarahnya ketika menatapku. Aku menarik sudut bibirku untuk tersenyum kepadanya, tapi belum lama aku tersenyum ucapan tante Aisyah membuat senyumku pudar.
"ngapain kamu masih di sini? Kamu mau nunjikin ke anak saya bahwa kamu sudah menikah sekarang? dan nyakitin anak saya lagi, gitu?." Aku menggeleng cepat atas ucapan Tante Aisyah, itu sama sekali tidak benar. Aku disini Karena menurutku aku sangat bertanggung jawab atas kondisi Rio saat ini.
Tante Rio menangkupkan ke dua tangan nya, aku mengerutkan dahiku tak mengerti.
"Saya mohon kamu pergi Dhifalia Azahra Putri!, wanita yang di Cintai Anak saya ini sekaligus penyebab anak saya seperti itu sekarang." tante Aisyah menunjuk Ruangan Rio, air mataku sudah turun kembali. Tante Aisyah menatapku tajam."karena tangismu dan keberadaanmu disini, tak akan mempengaruhi kondisi anak Saya." tegasnya kembali.
Flashback Of
Aku menangis dibalik selimutku,
Aku ingin menumpahkan semua rasa kesalku, dan amarahku saat ini. aku berharap tangisku ini bisa menghilangkan semua rasa sesak di dada ini hilang.Tak lama aku mendengar ada langkah kaki mendekat ke arahku, aku diam dan berusaha mengenali orangnya.
"Sayang, buka lah." ucapnya, yah itu suara lembut dari orang yang melahirkanku. Aku tetap diam, karena saat ini aku ingin sendiri aku butuh ketenangan.
"Buka Zahra." perintah Bunda lagi, lalu Bunda duduk di atas kasur. Aku menghelas nafas beratku, kalau bunda sudah berbicara dua kali aku tidak bisa menolaknya karena aku takut Bunda marah kepadaku. Aku membuka selimutnya pelan-pelan, ku lihat bunda menatapku dan seulas senyum terukir di bibirnya.
"sekarang udah ga mau ceritain masalah kamu ke Bunda nih." Bunda menaikkan Alisnya. Aku menggeleng dan aku bangun dari posisiku.
"Lalu?." bunda menunggu aku bercerita kepadanya, bukannya aku bercerita kepadanya aku malah menunduk tak mau memandang mata bunda.
Bunda berdecak kesal sepertinya kepadaku, aku semakin menundukan kepalaku. Aku bukannya tidak mau menceritakan semuanya pada Bunda, tapi aku masih belum siap, aku butuh waktu sendiri untuk saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
JOFISA (Revisi)
Espiritual⚠️ Part Awal-awal emang aga Absurd, tapi ke bawah In syaa Allah bagus ko? Aku Difhalia Azahra Putri, biasa dipanggil Zahra. Gadis berusia 21 Tahun. Aku mempunyai Prinsip tidak akan Pacaran kecuali setelah menikah. Ya, Pacaran di zaman sekarang ada...