Semua masakan telah selesai di masak, dan Zahra telah membereskan semuanya di meja makan. Satu persatu anggota keluarga mulai berdatangan untuk sarapan pagi.
"wah Cah kangkung." seru Ilham, mata nya membulat saat menjumpai makanan kesukaannya terhidang du meja makan. "Ummi tahu aja kalau Ilham lagi pengin makan Cah kangkung." lanjut ilham, ia langsung duduk dan mengambil makan nya tak sabar. Umi Sinta membalas celotehan anaknya itu hanya dengan senyuman.
Zahra memandang Ziqri sambil menarik sudut bibirnya itu saat hendak mengambil makanan untuk suaminya itu, pikirannya masih melayang saat kemarin malam. Ia masih tidak percaya bahwa selama ini ternyata, ia di cintai diam-diam oleh orang. Dan ternyata orang itu sekarang menjadi suaminya, Imamnya.
"Kenapa?." Ziqri menaikan Alisnya sebelah di sertai senyuman manisnya.
"Engga." Zahra langsung menggeleng cepat.
"Jangan mikirin yang aneh-aneh, mending mikirin aku aja." kata Ziqri, sambil mengulurkan tangannya untuk mengambil piring di tangan Zahra yang sudah terisi makanan.
Zahra mencebil kesal memandang Ziqri. Jika tidak sedang makan, dan tidak ada orang tua dan adik iparnya ia ingin sekali langsung mencubit suaminya itu.
"Ummi ko masakan umi beda sih?." tanya Abi, sambil memandang Umi dengan raut muka yang aneh.
Zahra yang sedang berdiri langsung duduk, dan tegang. Apa ada yang salah dengan masakannya?.
"kenapa bi? Ini yang masak Zahra. Enak kan bi?." Tanya Ummi, sebelum memasukkan se sendok nasi ke dalam mulutnya.
"Masya Allah, ternyata Ziqri ga salah milih istri. Masakan nya ga kalah enak loh Ziq, cobain deh." puji Abi, Zahra menghembuskan napas lega dia bersyukur Mertuanya menyukai masakannnya.
"Iya bi, Ziqri jadi pusing nih nanti." ucap Ziqri setelah meneguk segelas air putih.
Semua orang menatap Ziqri aneh, dan penuh tanda tanya.
"pusing mikirin berat badan yang pastinya naik terus, kan masakan Zahra enak. Bikin nambah terus." Ujarnya, seperti tahu apa yang sedang dipikirin anggota keluarganya."Lebay!." Cibir Ilham sambil mendengus kesal.
"Hoalah dikira apa Ziq, kamu ini. "
Cibir Ummi.Setelah sarapan selesai, Zahra dan Ziqri bersiap-siap untuk pulang. Zahra tersenyum bahagia menyambutnya. Bukannya ia tidak senang berada di Rumah mertuanya, bukan. Hanya saja ia sudah rindu dengan Bundanya, rindu dengan suaranya rindu dengan pelukannya, rindu dengan masakannya, pokoknya semua tentang bundanya itu ia rindukan saat ini.
"Ummi, Abi kita pamit dulu ya." ujar Ziqri saat di ruang tengah, hendak berpamitan pada Ummi dan Abinya tersebut.
"Iya sayang, hati-hati ya. Jaga Zahra dengan Baik." kata Umi sinta, Ziqri langsung mengangguk patuh.
"Jangan sakiti Wanita, karena Rasulullah sangat tidak menyukai itu Ziqri." Lanjut Ummi.
"Iya mi, In syaa Allah Ziqri akan menjaga Zahra dengan baik, dan Ziqri berjanji tidak akan membuat Zahra menangis."
Setelah berpamitan, mereka pun segera pergi untuk pulang ke rumah Zahra.
Seulas senyum tak pernah henti-hentinya terukir di bibir Zahra. Ziqri melihat Zahra seperti itu menggigit bibir bawahnya dan ada senyum kecil kini tercipta di wajahnya.
"Ada yang mau di beli dek?." Tanya Ziqri saat ke duanya sudah ada di dalam mobil.
Zahra menengok ke arah Ziqri, ia menautkan alisnya memikirkan apa yang ingin ia beli.

KAMU SEDANG MEMBACA
JOFISA (Revisi)
Spiritual⚠️ Part Awal-awal emang aga Absurd, tapi ke bawah In syaa Allah bagus ko? Aku Difhalia Azahra Putri, biasa dipanggil Zahra. Gadis berusia 21 Tahun. Aku mempunyai Prinsip tidak akan Pacaran kecuali setelah menikah. Ya, Pacaran di zaman sekarang ada...