25. Cemas

632 43 8
                                    

Author POV

Ziqri meneliti pemandangan di depan netranya. Dua wanita yang di cintai nya kini sedang sibuk menyiram tanaman. Hatinya senang bukan main, senyum tak pernah hilang dari bibirnya. Tak pernah terbayangkan olehnya, bahwa Zahra wanita yang dari dulu ia Cintai akan berada di Rumahnya bahkan bisa bercanda gurau dengan ibunya.

Momen ini tak akan ia sia-siakan, Ziqri langsung menangkap momen ini dengan Kamera di tangannya. Ia memotret Istrinya itu, ini kali ke dua ia diam-diam mengambil foto Zahra. Sebelumnya ia memang telah diam-diam mengambil foto Zahra dengan kameranya, pada saat itu Zahra belum jadi Istrinya tepatnya saat acara Khitanan keponakannya. 

"Umi, tanamannya tumbuh dengan subur. Pasti sering umi rawat ya." Ujar Zahra sambil asik menyirami tanaman.

"Iya, ini semua sering Umi sama Abi rawat. Makannya tanaman ini tumbuh dengan sehat."

"Pantesan ya mi seger-seger." Zahra menatap sekeliling halaman belakang Rumah ini, penuh dengan tanaman membuat orang yang singgah di sini akan nyaman dengan melihat tanaman yang tumbuh dengan segarnya. Matanya menangkap seseorang yang sedang sibuk dengan kamera di tangannya, ia tersenyum tapi hanya sebentar hatinya sedikit mencelos saat ia ingat tentang memo stick milik Ziqri. Ia tidak tahu, mungkinkah hati Ziqri terluka atas pernikahan ini, karena gagal menikahi wanita yang ia cintai itu.

Lamunan Zahra terputus saat mama mertuanya memanggilnya.

"Za, sini duduk."

Zahra langsung mematikan kran airnya, lalu duduk di sebelah Umi.

"besok kamu dan Ziqri udah pulang lagi aja, sepi lagi deh."

"Umi kan bisa main ke rumah mi." ujar Zahra sambil melempar senyuman pada mertuanya itu, sinta pun membalas senyuman Zahra. Pantas saja Ziqri sangat mencintai Zahra, senyumannya yang menyejukan, matanya yang teduh menenangkan siapapun yang memandangnya.

Pikiran Zahra sekarang sudah di penuhi lagi tentang isi memo sticknya Ziqri, ia ingin tahu siapa wanita yang di maksud itu. Sebenarnya mudah, ia tinggal menanyakan hal ini pada Ziqri dan selesai urusannya. Tapi sayangnya ia tidak berani untuk menanyakan itu.
Ya Allah siapa wanita yang di cintai Mas Ziqri, Zahra ingin tahu Ya Allah.

"Zahra, kenapa melamun nak?" tangan Sinta melambai tepat di depan wajah menantunya itu.

"Eh, ngga mi. Umi ngomong apa tadi mi?"

"kamu ngelamunin apa nak?."

"ngelamun? Ngga mi." Zahra menggaruk tengkuknya itu, berusaha menutupi rasa malunya.

"Zahra tadi cuman kepikiran Bunda, mi. Kangen aja." Alibinya, di sertai kekehan di akhir kalimatnya.

Umi mengangguk mengerti akhirnya, Zahra membuang nafas lega.
"Sabar, besok kan ketemu sayang." umi mengusap punggung Zahra.

Apa Aku tanya umi saja ya, pasti umi tahu kan tentang wanita yang di cintai mas Ziqri itu. Batinnya berkata.

Tapi Zahra bingung harus mulai dari mana, ia bertanya pada umi. Mana mungkinkan langsung to the point. "ayo dong Zahra, mikir-mikir, mikir!."  ucapnya dalam hati. Zahra melirik ke tempat Ziqri berada lagi, sama seperti tadi ia masih sibuk dengan kameranya itu, akhirnya sebuah ide melintas di pikiran nya.

"mi, Zahra mau nanya dong. Boleh ngga?."

"Ya boleh lah, emang mau nanya apa."

Zahra menggaruk pelipisnya itu.
"emm, anu mi itu." Zahra berhenti sebentar melirik ke arah Ziqri.

"anu apa Zahra?" umi mulai bingung.

"emang Kak Ziqri suka banget motret ya mi? " umi diam hanya menatap Zahra, Zahra pun bingung apa ia salah bertanya ya.

JOFISA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang