23. Kekasih Halal

698 52 7
                                    

Dalam tidurku, samar-samar aku mendengar Lantunan ayat suci Al-Quran. Kubuka mataku dan ku tatap seisi ruang kamarku, di depan tempat tidurku ternyata Mas Ziqri sedang mengaji.

Aku tidak tahu apakah mas Ziqri sedang tidak bisa tidur ataukah memang ia sudah terbiasa bertadaruz di jam sebelum subuh ini. Sambil menunggunya selesai mengaji, aku bersender di bahu tempat tidur dan memperhatikannya. Rasanya aku masih tidak percaya bahwa sosok di depanku ini adalah suamiku, imamku, orang yang ku tunggu selama 21 Tahun ini.

"Tidurmu pasti terganggu ya? maaf ya de." aku tersentak, ketika Mas Ziqri
sudah berdiri dekat denganku.

Terlalu asik memperhatikannya  sampai-sampai aku terbawa ke alam bawah sadar. Dan tidak menyadari kalau yang ku perhatikan dari tadi sudah selesai mengaji.

"eh, engga kok." aku berhenti sejenak dan memperhatikan mas Ziqri dari dekat, masyaallah sungguh Indahnya ciptaan Engkau inu.

"Mas tidak bisa tidur ya?." sambungku.

"oh engga, saya emang terbiasa  mengaji sambil menunggu waktu subuh dek." aku mengangguk mengerti.

"lain kali bangunin aku mas, kita ngaji bareng."

Mas Ziqri menarik sudut bibirnya itu,
terlihat manis memang.

"iya dek, kirain kamu capek jadi mas biarin kamu istirahat." Mas Ziqri menjeda ucapannya dua detik, dan tangannya terulur mengusap lembut puncak kepala ku yang terbungkus jilbab "Kamu jangan tidur lagi ya, bentar lagi Adzan Subuh."

"iya mas," aku membalas senyumnya itu. Entahlah, aku tidak tahu apakah hatiku sudah mencintainya  atau belum, tapi aku akan berusaha untuk menjadi istri yang baik untuknya.

"saya pergi ke Masjid dulu De." pamit Mas Ziqri sambil memakai kopiahnya, aku pun berdiri dari tempat tidur.

"iya mas." aku mengulurkan tanganku untuk mencium tangan mas Ziqri, tapi ku lihat mas Ziqri hanya menatap tanganku saja, seperti tidak mengerti.

"mau salam mas." Ucapku pelan-pelan, aku menggigit bibir bawahku karena sedikit malu saat mengucapkannya dan banyak sebalnya karena begitu saja masa ia tidak mengerti.

"eh maaf de." ia menggaruk tengkuknya, lalu mengulurkan tangannya dan ku raih tangannya untuk ku cium. Dan ini kali kedua aku menyalaminya.

"ya sudah saya pergi dulu, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam warahmatulloh wabarakatu."

"Za." ia membalikkan badannya lagi menghadapku, aku menautkan alisku.

"Iya?." cup, Dia mencium pipiku. Setelah mencium pipiku, ia memutar tubuhnya dan pergi begitu saja. Meninggalkan aku yang terpaku di tempat.

Kaget rasanya di perlakukan seperti itu. Aku menyentuh dadaku, mencoba merasakan detak jantungku yang terasa semakin cepat. Tidak sadar senyum mengembang di bibirku begitu saja.

Wahai wanita ingatkanlah suamimu untuk shalat di Masjid. Walaupun mereka sudah sah menjadi imammu, bukan berarti ia harus shalat di Rumah denganmu,tapi tetap shalat di Masjid. Karena sejatinya Laki-laki itu shalat di Masjid bukan di Rumah, kalau bukan mereka siapa lagi yang akan meramaikan Rumah Allah.

🌼🌼🌼

Bersama Bunda, dan mba Anis aku memasak untuk sarapan pagi ini. Masak kali ini terasa berbeda bagiku, karena aku memasak untuk suamiku juga.

Dengan ceria aku menghidangkan satu persatu masakan ke meja makan.

"Asiik, kayanya bahagia banget tuh Anteu kamu, Ram." ujar Tsabina yang sedang menggendong Rama.

JOFISA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang