"Well, usia kehamilanku sudah menginjak 10 minggu." Jisoo menatap layar ponsel itu dengan semangat. Dia kembali melakukan panggilan video dengan ibunya saat malam tiba. "Dan mama tahu apa yang Junhui bilang padaku?"
Nyonya Hong menggeleng pelan. Jisoo banyak bercerita mengenai hari ini. Tentang dia yang baru saja ke dokter kandungan yang tidak lain adalah sahabatnya, Wen Junhui, lalu diikuti cerita dimana Jisoo yang tidak bisa menahan diri untuk buang air kecil. Nyonya Hong memaklumi hal itu.
"Memangnya Junhui bilang apa, Sayang?"
"Aku hamil anak kembar, mama. Yeay!" Jisoo bersorak kegirangan. Dia mengangkat kedua tangannya ke atas sebagai bukti betapa senangnya ia hari ini. "Mama akan mempunyai cucu kembar."
Mata wanita itu terbelalak mendengar ucapan Jisoo. Sedikit tidak percaya dan kembali menanyakan apakah hal itu benar atau tidak. Anak kembar. Ya, Nyonya Hong begitu senang karena anaknya kini sedang mengandung bayi kembar.
"Tentu saja, mama. Junhui bilang, bayiku ada dua. Aku senang sekali." Jisoo mendekatkan wajahnya ke layar ponsel. "Ternyata seperti ini, ya, bahagianya mengandung. Merasakan mereka berada di dalam tubuhku saja, aku sudah sesenang ini. Bagaimana jika mereka lahir nanti?"
"Selamat, Soo. Aku ikut senang mendengarnya. Aku sangat bahagia akan menggendong kedua cucu kembarku."
Jisoo mengangguk setuju. Seokmin kini ikut bergabung dalam acara gosip antara ibu dan anak itu. Sembari memberikan Jisoo segelas susu ibu hamil yang baru saja ia beli tadi siang. Dan Seokmin benar-benar membelikan popok untuk Jisoo karena laki-laki manis itu tidak bisa menahan untuk membuang air kecil lebih lama. Jisoo sempat protes, tapi Seokmin tetap bersikukuh.
"Jaga putra dan calon kedua cucuku, Seokmin! Tanggung jawabmu sudah menjadi tiga kali lipat sekarang."
Seokmin mengangguk mendengar semua ocehan yang keluar dari mulut ibu mertuanya. Untuk menjaga Jisoo, menjaga pola makan Jisoo, ikut serta dalam perkembangan anak-anaknya kelak, dan yang terpenting bisa kuat menghadapi sikap Jisoo nantinya.
Seokmin merangkul istrinya dengan erat. "Soo-ie baik-baik saja, ma. Dia tidak meminta macam-macam."
"Ya tentu kau harus mempersiapkannya, Seokmin. Dulu waktu aku hamil Jisoo, papa mertuamu harus berkeliling kota Los Angeles pada tengah malam hanya untuk mencari nasi kari. Kau bisa bayangkan betapa repotnya ia mencari makanan itu kesana kemari. Ya, kau nanti akan merasakannya."
Jisoo jadi teringat ucapan uke squad tadi siang. Dimana mereka memberikan Jisoo ide untuk membuat Seokmin tersiksa dengan beribu permintaan anehnya. Sebagai pembalasan dendam karena Seokmin sudah menghamili Jisoo.
Jisoo mulai memikirkan sesuatu. Dia langsung meminta izin kepada ibunya untuk mengakhiri panggilan video lebih dulu. Dan kebetulan, ibunya juga sedang berada di luar rumah dan langsung mengiyakan ucapan Jisoo barusan.
Seokmin langsung merinding ketika Jisoo mulai tersenyum aneh ke arahnya. Menaik turunkan alisnya secara bergantian dengan senyum yang sulit diartikan. Apa Jisoo sedang merajuk?
"Seokmin Sayang."
Suara Jisoo amat halus. Dan Seokmin benar-benar baru kali ini mendengar suara Jisoo yang berbeda dari biasanya. Suara itu malah membuat Seokmin sedikit bernafsu. Dia menggigit bibirnya kuat-kuat.
Tangan Jisoo mulai bermain di sekitar dada Seokmin. Sesekali ia menyandarkan kepala mungilnya di sana, dengan tangan yang tidak berhenti bergerak. Membuat Seokmin semakin gerah dengan tingkah Jisoo barusan.
"Dear."
"Oh, hentikan, Soo! Kau membuatku tidak kuat untuk memakanmu malam ini juga."
Well done, Seokmin berhasil masuk ke dalam perangkap!
"Kau boleh menciumku sepuasnya malam ini, Sayang. Kau bebas melakukan apapun malam ini." Jisoo kini dengan nakalnya menciumi pipi Seokmin dan sesekali memainkan benda lunak itu dengan lamban. "Ya, apapun kecuali-"
"Kecuali permainan inti. Ya, aku mengerti, sweet." Seokmin tampak bersemangat akan hal ini. Dia mulai bersiap-siap ingin menyentuh Jisoo lebih jauh. Namun, usahanya malah terhenti di tengah jalan. Jisoo sedikit menjauh dan melarang Seokmin untuk mendekat ke arahnya.
Seokmin menaikkan sebelah alisnya. Merasa heran dengan kelakuan Jisoo yang membuatnya sedikit penasaran. "Kenapa? Kau bilang, aku boleh menyentuhmu?"
"Tentu saja boleh. Tapi, dengan satu syarat."
Seokmin tiba-tiba saja jadi teringat ucapan ibu mertuanya. Dia mulai takut Jisoo meminta macam-macam malam ini. Dia melirik jam kecil di atas meja televisi di ruang tengah. Pukul dua belas malam. Kau dalam bahaya, Lee Seokmin!
"Aku mau es krim di daerah Gangnam. Toko itu menjual es krim dengan campuran susu sapi segar. Aku mau es krim vanila dengan topping biskuit coklat, kacang, dan selai blueberry di atasnya. Dan jangan lupakan pancake keju yang menjadi teman untuk santapan es krim itu."
Huh?
Seokmin malah memberikan wajah kosongnya sekarang. Dia sama sekali tidak menyimak ucapan Jisoo barusan. Jisoo sudah mengira pasti Seokmin amat lambat untuk menerima keinginannya.
"Dear, aku mau es krim." Jisoo menunduk dalam. Dia mulai memainkan tangannya sendiri. Mengerucutkan bibirnya, berharap Seokmin luluh saat ini juga.
Seokmin menghela napas. "Sweet, ini sudah malam, lho! Memangnya toko itu buka 24 jam, huh?"
Jisoo mulai merengek. "Tidak mau, pokoknya aku mau es krim."
"Soo-"
"Jisoo mau es krim, papa."
Jisoo merajuk. Dia mulai memajukan bibirnya lagi. Dia merengek meminta es krim pada Seokmin. Bukannya Seokmin tidak mau, tapi ini sudah larut malam. Dimana Seokmin harus mencari es krim yang Jisoo inginkan?
"Aku beli es krim di minimarket saja, oke? Besok kita akan ke toko es krim yang kau mau."
"Tidak mau, Jisoo maunya sekarang." Jisoo mulai berpura-pura menangis. "Huee, papa Seokmin jahat. Tidak mau mengabulkan keinginan istri dan calon kedua anaknya."
Seokmin hanya bisa menghela napas panjang. Jisoo benar-benar!
"Baiklah, bayi besar. Aku akan mencoba mencari es krim untukmu."
Jisoo langsung merubah ekspresinya. Dia melonjak kegirangan dengan tepukan tangan riuh di sana. Bersorak seperti anak kecil yang baru saja dibelikan sebuah balon.
"Kami sayang papa Seokmin." Jisoo menirukan suara anak kecil. Di dalam hatinya, dia ingin tertawa begitu keras ketika melihat Seokmin yang tampak kebingungan dengan permintaan Jisoo barusan.
Pukul dua belas malam dan mencari toko es krim?
Jisoo tersenyum penuh kemenangan ketika Seokmin keluar dari rumahnya, lalu menyalakan mesin mobil dan suara itu mulai menghilang dari pendengaran Jisoo.
"Rasakan kau, Lee Seokmin!"
-Hola Mamá-
Mending chapternya per minggu apa perbulan?
Kayak chapter ini kan 10 minggu, berarti chapter depan 11 minggu gitu '-'
Minggu atau bulan? Bulan atau minggu? Apa langsung lahiran aja?😌
Aku update dua kali lah sebelum hibernasi seminggu/?
Babai, Jazlyn Lee mau bobok:*
KAMU SEDANG MEMBACA
Hola Mamá | Seoksoo [✔]
Fanfiction[ 1st Book Side Story Hola Series ] Isinya hanya keseharian mama Jisoo yang suka manja-manjaan. Side story Hola Bebe Warn : 15+, mpreg 2018, ©turquoises_