Jisoo sudah menghabiskan dua jam untuk berbelanja pagi ini. Ditambah tiga jam yang ia perlukan untuk memasak semua makanan yang Seokmin sukai. Lalu jangan lupakan buah pencuci mulut kesukaan Seokmin yang sukses membuat Jisoo harus antre lebih lama di supermarket, berharap si manis itu bisa menghabiskan waktu bersama suaminya lebih intim untuk makan malam kali ini.
Bisa dibilang, hari ini adalah peringatan tentang hari dimana mereka bertemu di SMA beberapa tahun yang lalu. Memang bukan sebagai hari peringatan pernikahan mereka, tapi baik Seokmin maupun Jisoo sangat suka mengingat saat dimana mereka bertemu untuk pertama kalinya. Dan bertepatan pada hari ini. Maka dari itu, Jisoo sangat sibuk memasak semua makanan kesukaan Seokmin meskipun ia mulai kesulitan dengan perut besarnya.
Sekaligus untuk memancing Seokmin agar si bangir itu bisa pulang lebih cepat. Si bangir itu sudah tiga hari ini lembur di kantornya.
Tapi, semua makanan itu hanya berakhir dengan menyedihkan di meja makan. Pukul sembilan malam dan Seokmin belum juga pulang ke rumah. Sudah berulang kali Jisoo menelepon suaminya, tapi dia tidak mengangkat. Kemana sosok bangir itu? Kenapa ia tidak bisa dihubungi lagi?
Jisoo akhirnya kembali menelan pil pahit ketika Seokmin meneleponnya malam ini.
"Maaf ya, Soo-ie. Sepertinya aku akan pulang larut malam. Aku harus lembur lagi untuk menyelesaikan deadline."
Menyebalkan? Memang, tapi Jisoo tidak bisa berbuat apapun jika itu menyangkut urusan kantor.
"O-oh, oke." Jisoo berusaha menahan tangisnya. "Tidak apa, Seokmin. Aku akan menunggumu pulang."
"Jangan, Sayang. Kau harus banyak istirahat."
"Aku mau makan malam bersamamu. Aku akan menunggu."
"Tidak perlu. Aku sudah makan malam di luar. Kau jangan lupa makan, oke? Jaga kesehatanmu, jangan menungguku pulang. Kau tidur saja."
Bahkan Seokmin sama sekali tidak menyinggung soal hari bersejarah mereka hari ini. Si bangir itu lupa atau bagaimana, sih? Sadarkah ia kalau ucapannya kali ini sudah menyakiti hati Jisoo?
Persetan dengan semua yang Seokmin ucapkan tadi, Jisoo akan tetap menunggu Seokmin hingga larut hanya untuk makan malam bersama suaminya. Jisoo sudah memasak makanan begitu banyak, masa dia harus menikmatinya seorang diri. Dia menyeka air matanya yang tumpah. Jisoo memang jadi sedikit cengeng sejak awal kehamilannya. Ah, biarkan saja!
"Pokoknya aku akan tetap menunggu Seokmin!" serunya sambil mengusap perut buncit itu dengan perlahan.
-Hola Mamá-
Seokmin terkejut ketika ia mendapati Jisoo yang tertidur di meja makan, dengan kepala yang ia tenggelamkan di antara kedua tangannya. Si manis itu tampak pulas padahal ia masih dalam posisi duduk. Wajah lelah Jisoo membuat Seokmin terkikik geli. Lagi-lagi Jisoo membangkang ucapannya.
Buru-buru Seokmin menghangatkan sup ayam yang ada di atas meja makan. Nasinya pun juga ia hangatkan kembali. Si bangir itu juga sudah memasak air untuk membuat dua cangkir teh hangat untuknya dan Jisoo. Seokmin sadar kok, pasti Jisoo kelelahan karena sudah menyiapkan semua masakan ini seorang diri.
Seokmin juga sebenarnya tidak lupa dengan hari bersejarah mereka. Tapi dia terkejut ketika mengetahui bahwa Jisoo sudah menyiapkan sesuatu untuknya. Banyak makanan yang terhidang di meja makan, dan juga sebuah hadiah yang tadinya akan menjadi surprise, tapi Seokmin sudah mengetahuinya sejak ia masuk ke dalam rumah.
Jisoo terbangun dengan suara gaduh Seokmin yang tidak sengaja menjatuhkan sendok sayur. Wajah bantal Jisoo langsung mendapatkan sebuah ciuman pipi dari Seokmin. Laki-laki bangir itu juga memberikan Jisoo cubitan di hidungnya karena ia tidak mendengarkan apa yang sudah Seokmin katakan di telepon tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hola Mamá | Seoksoo [✔]
Fanfiction[ 1st Book Side Story Hola Series ] Isinya hanya keseharian mama Jisoo yang suka manja-manjaan. Side story Hola Bebe Warn : 15+, mpreg 2018, ©turquoises_