Minggu depan, usia kehamilan Jisoo akan menginjak 36 minggu.
Jisoo sudah merasakan mulas dan sama sekali tidak bisa diajak kompromi. Mulas yang ia rasakan begitu berbeda dengan mulas ketika ingin buang air besar. Makanya Seokmin buru-buru membawa Jisoo ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan istrinya. Seokmin benar-benar tidak mau Jisoo merasakan sakit lebih lama.
Rasa cemas sudah terlihat sejak Seokmin membawa Jisoo ke rumah sakit. Seokmin tidak bisa fokus menyetir mobil karena Jisoo terus memekik kesakitan selama di perjalanan. Membuat Seokmin benar-benar merasa takut jika terjadi sesuatu pada Jisoo.
"Akh, astaga!" ringis Jisoo. "S-sakit, Seok!"
"Sabar ya, Soo-ie. K-kita akan segera sampai."
Seokmin benar-benar sangat panik. Baru pertama kali ia merasa gugup seperti ini. Apalagi ketika Junhui mengatakan kalau Jisoo harus melahirkan bayi-bayinya malam ini juga. Seokmin merasa akan tewas di tempat karena ia sama sekali tidak siap.
Bayi perempuan mereka kembali dalam posisi yang tidak baik. Bayi Jazlyn kembali terjepit dan dia harus segera diselamatkan sebelum akhirnya Jacob akan menindihnya. Para dokter harus segera bergegas mengeluarkan dua bayi Lee yang sudah siap untuk melihat dunia.
Kalian tentu saja menunggu kehadiran dua bayi hasil persilangan kucing dan kuda, bukan? Seokmin pun juga menunggu dua bayinya yang sebentar lagi akan Jisoo lahirkan.
Seokmin tidak bisa melepaskan genggaman tangannya pada Jisoo. Genggaman erat Seokmin malah membuat Jisoo geli karena wajah khawatir si bangir itu begitu jelas. Seokmin tidak kuat ketika mendengar ringisan Jisoo menahan sakit. Ingin rasanya Seokmin menggantikan Jisoo untuk merasakan sakit yang si manis rasakan.
"Kau baik-baik saja, creamy?" Jisoo mengusap wajah prianya dengan lembut. Berusaha setenang mungkin agar Seokmin juga tenang dalam menghadapi hal yang begitu menegangkan seperti ini.
Seokmin mencium kening Jisoo dengan lembut. "Bukankah harusnya aku yang mengatakan hal itu? Kau baik-baik saja, sweety?"
Jisoo terkikik geli ketika Seokmin meneteskan air matanya. "Hei, Seokmin. Kenapa kau menangis? Apa aku membuatmu sedih?"
Seokmin tidak menjawab pertanyaan Jisoo barusan. Kekhawatirannya begitu tinggi dan sama sekali tidak bisa tenang seperti halnya Jisoo. Kenapa Jisoo bisa setenang ini padahal sebentar lagi ia akan mempertaruhkan nyawanya untuk dua bayi mereka?
Jisoo mengerti kekhawatiran Seokmin. Maka dari itu, dia tidak mau menunjukkan kekhawatirannya pada Seokmin. Malah, dia ingin memberikan semangat pada suaminya untuk tetap tersenyum dan mendoakan agar ia dan dua bayi mereka selamat.
"Kalau kau selemah ini, pada siapa aku akan bergantung?" lirih Jisoo sambil meletakkan kepala Seokmin di ceruk lehernya. Memeluk Seokmin dengan erat sambil menciumi pipi si bangir yang basah akan air mata.
Jisoo tertawa kecil ketika tangis Seokmin membesar. Jisoo diam-diam juga meneteskan air matanya karena ia juga sangat khawatir dengan kondisinya nanti. Akankah ia selamat? Akankah dua bayinya selamat?
Tangan mereka saling bertaut. Seokmin mulai tenang dan terus memberikan semangat pada Jisoo sebelum waktu operasinya tiba. Seokmin menciumi telinga Jisoo, sambil terus melirihkan kata-kata penyemangat agar Jisoo terlihat lebih kuat dari sebelumnya.
"Aku akan terus mendoakanmu dari luar sana, Jisoo. Aku selalu ada di sampingmu." Seokmin mencium kening Jisoo dengan lembut. Tangan mereka masih bertaut satu sama lain untuk menyalurkan energi yang mereka punya. "Kita akan bahagia bersama dua bayi kita."
Jisoo mencium hidung Seokmin sambil mengiyakan. "Percaya padaku, oke? Aku akan baik-baik saja."
Seokmin mengangguk kecil.
Rasa khawatir keduanya langsung memuncak ketika Junhui masuk ke dalam ruang rawat Jisoo. Ia mengatakan kalau Jisoo harus segera pergi ke ruang operasi sebelum keadaan dua bayinya semakin memburuk. Tak lupa, ciuman kening kembali Seokmin berikan kepada Jisoo. Mengingat ia tidak diberikan izin oleh para dokter untuk menemani Jisoo berjuang untuk melahirkan dua bayi mereka.
Tapi Seokmin percaya, kalau Jisoo akan baik-baik saja.
"Aku akan kembali bersama dua bayi kita." Jisoo melepaskan tautan tangannya. Dia menyeka air mata Seokmin yang terus mengalir. "Sebentar lagi kau akan jadi papa, Lee Seokmin."
Tangis Seokmin semakin mengeras. "Berjuanglah untuk kami, Jisoo. Untukku dan dua bayi kita."
Keduanya saling melempar senyum. Ada perasaan yang begitu berat ketika Seokmin melepaskan Jisoo ke dalam ruang operasi. Tangannya terus mengepal sambil memejamkan mata. Seokmin akan terus berusaha untuk menyelamatkan Jisoo lewat doa yang selalu ia panjatkan.
Seokmin percaya, Jisoo akan selalu hadir di setiap harinya.
Jisoo adalah orang paling kuat yang pernah Seokmin temui. Dia percaya, kalau si manis itu akan tetap bertahan di tengah sulitnya melahirkan nanti. Ya, Seokmin percaya. Dia dan Jisoo akan bahagia bersama anak-anak mereka kelak.
"Berjuanglah untuk kami, Jisoo. Aku mencintaimu."
-Hola Mamá-
Selesaaaiiii, akhirnya selesai🎇🎇
Terima kasih untuk 16k reads dan 5k votesnya, aku cinta kalian💞💞 terima kasih untuk semuanya terima kasih banyak, semoga aku ga kapok buat publish side story Hola lagi ya😆❣️
Huhu katanya seoksoo banyak momen ya di fansign the saem, semoga seoksoo shopper makin banyak ya💕💕
Ayo coba kasih pesan kesannya sebelum pergi, biar aku makin semangat ngepublish cerita baru😂
Tunggu epilognya nanti dan terima kasih banyak ya semoga kalian sehat selalu💞💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Hola Mamá | Seoksoo [✔]
Fanfiction[ 1st Book Side Story Hola Series ] Isinya hanya keseharian mama Jisoo yang suka manja-manjaan. Side story Hola Bebe Warn : 15+, mpreg 2018, ©turquoises_