(26 Minggu) - Jalan Sore di LA

2.8K 411 72
                                    

Jisoo sudah berulang kali merengek ingin pulang ke kampung halamannya. Beberapa hari ini dia melakukan aegyo agar Seokmin sedikit meluangkan waktunya untuk liburan bersama sang istri. Jisoo tentu saja ingin menikmati waktu santai bersama Seokmin, mengingat si bangir itu terlalu sibuk dengan pekerjaannya dalam beberapa pekan terakhir.

Akhirnya, Seokmin mengabulkan keinginan Jisoo untuk pulang ke Los Angeles. Sekaligus menjenguk si ibu mertua yang tampaknya rindu dengan putra manisnya. Tak salah kan jika Seokmin mengabulkan keinginan ibu dan anak itu?

Tapi selama di Los Angeles, Seokmin selalu diabaikan oleh Jisoo.

Laki-laki manis itu lebih sibuk menghabiskan waktu dengan ibunya, hanya untuk sekadar mencari baju bayi atau berjalan-jalan. Meninggalkan Seokmin seorang diri yang hampir mati karena bosan. Si bangir itu memang terlalu berlebihan.

Seokmin kan juga ingin menikmati suasana kota Los Angeles!

Jisoo tiba-tiba memasuki kamarnya. Kamar yang menjadi ruangan kesukaan Jisoo saat ia masih kecil. Akhirnya ia tempati lagi sebagai kamar bersama sang suami. Si manis itu datang sambil memamerkan senyum kucingnya. Ditambah aegyo yang tidak ia sadari, membuat Seokmin hanya berdecak sebal.

Kalau sudah begini, dia kan jadi tidak bisa marah!

"Cream, temani aku, yuk!"

Seokmin menegakkan kepalanya. "Kau mau kemana, hm? Memangnya mama tidak bisa menemanimu?"

Jisoo menggeleng pelan. "Mama sedang menjenguk temannya yang sakit. Makanya aku minta ditemani suamiku untuk berjalan-jalan."

Senyum lebar tercetak di bibir Seokmin. Tingkah manja Jisoo dan perut buncitnya membuat Seokmin hampir kehilangan kendali untuk menerkam istrinya sekarang juga. Ah dia lupa kalau perut Jisoo sudah membesar!

"Jalan kaki di sore hari?" Seokmin memakai topi hitamnya. Sebuah tas juga sudah melingkar di bahu bidang Seokmin. Bukankah sangat cocok dengan kaos yang Seokmin gunakan?

Jisoo mengangguk kuat. Langsung saja ia merangkul lengan Seokmin dengan erat. "Ya, kita jalan kaki saja. Jalan kaki itu sehat, lho!"

Tak salah kan menikmati waktu berdua sambil berbincang menikmati angin sore yang sejuk?

-Hola Mamá-

"Lalu aku menjahilinya dengan menaruh permen karet di atas kursi."

Jisoo terkikik mendengar cerita Seokmin. Sepanjang jalan mereka saling bertukar cerita yang membuat gelak tawa keluar dari bibir masing-masing. Seokmin menceritakan kenakalannya dulu saat ia masih SMA. Jisoo memang tidak kuat jika Seokmin mulai bercerita tentang masa remajanya. Siapa sangka kepala keluarga Lee itu dulunya seorang anak laki-laki yang sangat nakal?

"Lalu aku mulai berubah ketika mengenal seorang seniorku yang manis. Dulu dia sangat pemalu, bahkan sering mengusirku. Apa dia tidak sadar kalau aku ingin berduaan dengannya?"

Pipi Jisoo memerah. Tentu saja orang yang disinggung Seokmin adalah dirinya saat masih SMA. Jisoo yang dulu adalah senior Seokmin, masih merasakan malu ketika bertemu sang pujaan hati, yang saat ini sudah menjadi suaminya.

Awalnya Jisoo sering menolak jika Seokmin mengajaknya untuk pergi berdua. Tapi akhirnya si manis itu menerima ajakan Seokmin, dan bahkan menerima perasaan si bangir saat ia menyatakan perasaannya. Bukankah masa SMA mereka sangat indah?

Tangan Jisoo mengerat di lengan Seokmin. "Salahkan saja dirimu yang terlalu hyper."

Seokmin terkekeh. Dicurinya kecupan di pipi Jisoo ketika menyadari bahwa pipi kucing gembulnya tengah memerah padam. Jisoo langsung memberikan cubitan di pinggang Seokmin karena ia terlalu berani mencium Jisoo di depan umum.

"Tapi siapa sangka, kalau senior manis yang ku kagumi dulu sekarang sudah menjadi pendamping hidupku? Bahkan ia tengah mengandung dua anak kembarku saat ini. Bukankah kehidupan kami sangat sempurna?"

Jisoo semakin malu mendengar ucapan Seokmin. Bibir suaminya terlalu manis, bahkan sangat manis karena semua ucapan Seokmin selalu berhasil membuatnya pusing sendiri.

"Lihatlah, siapa juniorku yang hobi menggombal dari dulu hingga sekarang?" ledek Jisoo. Dia menyandarkan sedikit kepalanya di lengan si bangir. Sambil mengelus perut buncitnya dengan lembut.

"Tentu saja aku!" pekik Seokmin sambil melakukan aegyo yang biasanya ia benci.

Mereka berdua mulai menggenggam tangan masing-masing. Saling merasakan rasa hangat yang disalurkan lewat genggaman tangan mereka. Senyum Jisoo tidak luntur, ia bersyukur di dalam hatinya karena sudah berhasil menjadi istri dari seorang konyol dan bodoh seperti Lee Seokmin.

"Aku mencintaimu." Jisoo mencuri kecupan di bibir tipis Seokmin ketika si bangir itu menghadap ke arahnya.

Lihat, siapa yang lebih nakal?

"Selalu saja kucing gembulku sangat nakal jika aku mengajaknya jalan di tempat umum. Aku rasa, aku harus menghukumnya nanti."

Cubitan di pinggang kembali Seokmin rasakan. Dengan kekehan lembut dari bibir keduanya, menampakkan wajah bahagia yang tidak bisa disembunyikan. Bagi Jisoo, cukup dengan kehadiran Seokmin di sisinya. Begitu juga dengan Seokmin. Tidak ada yang bisa menghalangi cinta mereka.

"Kita harus mengambil selca." Seokmin mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. "Anak-anak kita harus tahu kalau orangtuanya sedang berbahagia saat ini."

Jisoo mengangguk setuju. Dia mendekatkan kepalanya, dan tersenyum ketika Seokmin mulai mengambil gambar.

 Dia mendekatkan kepalanya, dan tersenyum ketika Seokmin mulai mengambil gambar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hadiah untuk anak-anak kita?" seru Seokmin.

"Ya, mereka pasti suka saat melihatnya nanti."

Jisoo dan Seokmin semakin tidak sabar untuk memberitahukan kedua anak kembar mereka, kalau mereka berdua saling mencintai.

-Hola Mamá-






























Yang ngaku anak papa mama, seneng nggak dikasih hadiah momen?😊

Hola Mamá | Seoksoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang