Seokmin memikirkan dua opsi di dalam otaknya. Opsi pertama, dia akan membangunkan Jisoo daripada harus menggendong istri gembulnya itu. Sedangkan opsi kedua, dia dengan sukarela harus menggendong Jisoo hingga ke rumahnya jika Jisoo sulit dibangunkan.
Akhirnya, pilihan Seokmin jatuh pada opsi pertama.
Dia merasa tidak kuat jika harus menggendong istri gembulnya itu. Badan Jisoo kan sudah terlihat lebih gemuk, ditambah perutnya yang semakin membesar, pasti berat badannya bertambah banyak!
Seokmin memang egois, dia tidak mau merasa kesulitan. Dia juga memaksa istrinya untuk bangun dan ikut berjalan kaki menuju rumah. Laki-laki bangir itu tersenyum penuh kemenangan ketika Jisoo akhirnya bangun dan turun dari bus dengan sedikit sempoyongan.
Dan sekarang sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Mereka memasuki kompleks perumahan dengan tangan saling bertaut satu sama lain. Jalan-jalan pada malam hari ditemani sang suami rupanya menjadi dambaan bagi seorang Hong Jisoo. Senyum lebarnya tidak luntur sama sekali.
"Terima kasih ya, Seokmin. Kau sudah menuruti keinginanku naik bus." Jisoo tampak kesusahan dalam berjalan. "Aku senang sekali."
Seokmin tersenyum simpul. "Apapun untuk kucingku."
Pipi Jisoo memerah.
Mereka saling bercanda satu sama lain. Dengan Seokmin yang selalu melempar jokes konyolnya, dan selalu berhasil membuat Jisoo tertawa lebar. Si manis itu terlihat bahagia malam ini.
Jisoo tiba-tiba saja merasakan perutnya yang merasa penuh. Lalu, kakinya pun terasa berat saat ia melangkah. Sepertinya, Jisoo kelelahan malam ini. Badannya bahkan terasa sakit ketika ia gerakkan. Jisoo merintih kesakitan.
Seokmin pun mulai panik. Dia langsung menatap ke sekitar yang sudah sangat sepi. Seokmin lupa, ini kan sudah hampir tengah malam. Pasti orang-orang akan memilih untuk tidur lebih cepat untuk siap beraktivitas esoknya. Seokmin mulai menuntun Jisoo untuk duduk di salah satu kursi taman terdekat. Untung saja mereka sudah sampai di taman kompleks. Jisoo bisa istirahat untuk sejenak.
"Soo-ie, kau tidak apa?" tanya Seokmin panik. Jisoo sendiri hanya menggeleng pelan sambil mengelus perutnya.
Perut besar itu dielus lembut oleh Jisoo. "Aku merasakan anak-anak kita yang sedang bergerak. Agak sakit, Seokmin."
Seokmin jadi ikut merasa sakit ketika melihat wajah Jisoo yang sedang meringis. Pasti sangat sakit, hingga Jisoo tidak bisa menahannya terlalu lama. Seokmin menenangkan Jisoo dengan ikut mengelus perutnya. Laki-laki manis itu semakin meringis.
"Masih sakit, Soo?"
Jisoo mengangguk kecil. "Sedikit, tapi aku baik-baik saja."
"Apa kau kuat berjalan kaki hingga rumah kita?" tanya Seokmin.
Tiba-tiba saja, sebuah ide mampir di atas kepalanya. Sebuah ide licik datang di waktu yang amat tepat. Jisoo pun langsung memasang wajah yang sangat sedih sambil terus meringis kesakitan.
"Ah ah, s-sepertinya aku tidak kuat berjalan, Seokmin. Anak-anakmu terlalu aktif bergerak."
Seokmin benar-benar percaya. Dia bahkan panik ketika Jisoo terus meringis menahan sakit. Padahal Jisoo sudah tidak merasakan pergerakan di dalam perutnya. Rasakan kau, Lee Seokmin!
Seokmin jadi bingung memikirkan cara mereka pulang. Tidak mungkin kan ia meninggalkan Jisoo sendirian di taman hanya untuk mengambil mobilnya yang terparkir di rumah?
"Kalau begitu, kita bisa pulang saat kau sudah merasa baikan," seru Seokmin.
Jisoo sendiri menggeleng pelan. "Hiks, Jichu tidak kuat jalan kaki, papa."
Eh, apakah itu termasuk aegyo?
Seokmin tiba-tiba saja merasakan hawa aneh di sekitarnya. Tidak tidak, Seokmin tidak merasakan apa pun. Tapi dengan melihat aegyo Jisoo tadi, itu tampak terlihat sedang merencanakan sesuatu?
"Papa, gendong!" Jisoo mengerucutkan bibirnya. "Mau digendong!"
Hell.
Tuh kan benar dugaan Seokmin!
Seokmin menghela napas. "T-tapi, aku tidak kuat, Soo. Kau kan berat, lalu-"
"Ya, kau mengejekku, hah?" sentak Jisoo. "Aku tahu, aku sudah semakin gemuk. Jadinya aku berat dan kau tidak mau menggendongku, kan?"
Seokmin kehabisan kata-kata ketika Jisoo mulai melipat tangannya di depan dada. Kucing gembul itu cemberut dan menatap Seokmin dengan amat tajam. Jisoo kan hanya ingin digendong!
Seokmin kembali membujuk. "Soo, aku-"
"Jichu mau digendong!"
"Tapi-"
"Ya sudah, malam ini kita menginap di taman saja. Karena Jichu benar-benar tidak kuat berjalan kaki."
Dan yeah, tidak ada pilihan lagi, Lee Seokmin. Turuti atau Jisoo akan ngambek sepanjang hari.
Seokmin akhirnya mengangguk. Dia mencoba menuruti semua keinginan Jisoo. Laki-laki itu mulai meregangkan ototnya dan melakukan sedikit pemanasan. Tangan kanan Seokmin sudah berada di belakang lutut Jisoo, dengan tangan kanan yang menahan punggung si manis. Sedangkan Jisoo sendiri langsung memekik kegirangan dan melingkarkan tangannya di leher si bangir. Seokmin menggendong Jisoo dengan ala bridal.
Seokmin mengangkat Jisoo dengan sekuat tenaga. Dia mengeram pelan ketika berhasil mengangkat Jisoo. Sungguh, Jisoo benar-benar berat!
Seokmin sedikit kesulitan berjalan karena beban yang ia gendong terlalu berat. Jisoo sendiri malah bersenandung riang di gendongan Seokmin. Sesekali tangan lentiknya bermain di dada bidang Seokmin sambil terus bernyanyi.
"Aku jadi semakin cinta dengan laki-laki bernama Lee Seokmin." Jisoo semakin erat memeluk leher si bangir. "Papa Seokmin itu sangat sabar dan baik. Sekarang, dia sudah menggendong mama Jisoo."
"Iya, Sayang." Seokmin berusaha untuk tersenyum. "Kau ternyata masih terasa ringan juga, ya."
Ringan dari mana, huh! batin Seokmin.
Jisoo tersenyum lebar. "Nah, kalau seperti ini kan aku bisa melihat wajah Seokmin dari dekat. Jadi, ketampanannya lebih terlihat."
Seokmin tidak bisa menahan wajah merahnya akibat ucapan Jisoo. Laki-laki bangir itu akhirnya luluh berkat ucapan Jisoo. Dia semakin bersemangat dan kuat agar bisa menggendong Jisoo sampai di rumah.
Jisoo pun mengarahkan wajah Seokmin untuk menatap matanya. Hidung mereka sudah bertabrakan. Dan sontak saja, si manis itu langsung mencium bibir tipis si bangir dengan lembut.
"Hadiah untuk papa Seokmin karena sudah menggendongku." Jisoo memeluk Seokmin dan menenggelamkan kepala di dada suaminya. "Jichu sayang papa Seokmin!"
Nah, kalau begini kan Seokmin tidak perlu marah. Dia akan senang hati melakukan apapun untuk Jisoo.
"Soo, nanti kalau sudah sampai di rumah, boleh cium lagi?"
Jisoo men-dusel di dadanya. "Boleh, bibir Jichu milik papa Seokmin sepanjang malam."
Seokmin memekik kegirangan. Rezeki tidak boleh ditolak, bukan?
-Hola Mamá-
Jangan timpuk Cipa yang suka update Hola Mamá tengah malem
Jangan timpuk kalo aku sering update huhu kalo moodnya lagi baik suka update mulu emang:((
KAMU SEDANG MEMBACA
Hola Mamá | Seoksoo [✔]
Fanfiction[ 1st Book Side Story Hola Series ] Isinya hanya keseharian mama Jisoo yang suka manja-manjaan. Side story Hola Bebe Warn : 15+, mpreg 2018, ©turquoises_