(32 Minggu) - Bau Badan

2.3K 334 10
                                    

Jisoo kembali berulah.

Seokmin merasa heran dengan keadaan Jisoo saat ini. Si manis itu enggan jika didekati oleh Seokmin. Jisoo lebih memilih untuk menjauh dan menghindar ketika Seokmin ingin memeluk tubuh gembul itu.

Biasanya Jisoo akan merengek minta dipeluk saat Seokmin sudah sampai di rumah. Sekaligus mendapat bonus ciuman di kening yang membuat Jisoo tak henti merengek meminta cium. Jisoo sangat suka jika Seokmin sudah menghujaninya dengan puluhan ciuman di wajah. Pokoknya, Jisoo sangat suka dengan sentuhan Seokmin.

Tapi, ada yang berbeda dengan Jisoo malam ini. Si manis itu lebih memilih menjauh dan menutup hidungnya ketika Seokmin masuk ke dalam rumah. Wajah Jisoo bahkan berubah ketika Seokmin mendekat. Terlihat seperti mual dan menahan napas.

Apa Jisoo mencium sesuatu yang berbau busuk?

"Jangan dekat-dekat!" sentak Jisoo ketika Seokmin semakin mendekat ke arahnya.

Seokmin mulai sadar kalau Jisoo pasti terganggu dengan bau badannya. Apalagi Seokmin baru saja pulang kerja, maka bisa dipastikan bagaimana baunya seorang Lee Seokmin sekarang. Pantas saja Jisoo merasa mual.

Seokmin mengerutkan dahinya. "Bukannya kau juga suka aromaku meskipun aku belum mandi?"

Jisoo menggeleng kuat. "Entahlah, Seok. Aku benar-benar mual mencium bau tubuhmu sekarang ini."

Seokmin mencium ketiaknya. Baunya memang sangat tidak sedap. Bahkan Seokmin sendiri juga pusing saat mencium baunya. Tapi kan biasanya Jisoo suka bau keringat Seokmin yang seperti ini?

"Huek huek huek!"

Seokmin terkejut ketika Jisoo yang langsung pergi ke wastafel di dapur dan memuntahkan isi perutnya. Laki-laki manis itu merasa perutnya melilit dan kepalanya yang berputar. Dia merasa seperti awal kehamilan lagi. Muntah-munrah karena merasa mual saat mencium bau tubuh Seokmin. Padahal usia kandungannya sudah memasuki delapan bulan.

Jisoo masih muntah. Membuat si bangir itu khawatir dan mendekat ke arah Jisoo. Dia ingin membantu Jisoo dengan memijat tengkuk leher kucingnya. Namun, Jisoo mengeluarkan kode yang meminta Seokmin untuk menjauh.

"Pergi, Seokmin!" sentak Jisoo. Dia masih sibuk mengeluarkan isi perutnya. "Kau bau sekali!"

"Tapi, Soo-"

"PERGI!"

Seokmin tidak mempunyai pilihan lain selain menuruti keinginan istrinya. Lebih baik dia pergi sebelum Jisoo akan terus merasa mual. Mungkin ada yang salah dalam diri Jisoo hingga ia merasa mual lagi dengan bau tubuh Seokmin.

Ah, sepertinya Seokmin harus segera mandi malam ini.

-Hola Mamá-

Jisoo masih menutup hidungnya ketika Seokmin memasuki kamar. Si manis itu bahkan bersembunyi di bawah selimut tebal. Dia sangat pusing saat mencium bau tubuh Seokmin. Makanya dia harus meminta Seokmin untuk terus menjauh darinya.

Seokmin heran ketika Jisoo masih menjauhinya. Padahal ia sudah mandi, bahkan Seokmin sudah memakai sabun mandi Jisoo yang terbilang sangat wangi. Berharap bau tubuhnya yang membuat Jisoo mual sudah menghilang dan bisa beraktivitas seperti biasa. Sebenarnya ada apa sih dengan bau tubuh Seokmin?

Jisoo menjaga jarak ketika Seokmin mendekat ke arah ranjang mereka. Bau yang membuat Jisoo mual kembali tercium. Jisoo langsung menutup hidungnya rapat-rapat hingga membuat si bangir itu merasa aneh pada Jisoo.

"Aku sudah mandi, Sayang." Seokmin mengerucutkan bibir.

Jisoo lebih memilih bangkit dari ranjang mereka. "M-maaf, Seok. T-tapi kau benar-benar sangat bau. Aku pusing mencium bau badanmu."

Jisoo melangkahkan kakinya ke arah pintu kamar. Dia harus segera pergi dari sini karena sudah tidak kuat dengan bau tubuh Seokmin. Daripada ia kembali muntah, lebih baik Jisoo menjauh saja!

"Kau mau kemana?" seru Seokmin ketika Jisoo membuka pintu kamar mereka.

"Aku ingin tidur di kamar si kembar saja. Maaf, aku benar-benar mual mencium bau tubuhmu."

Seokmin mencoba untuk mengerti. "Tapi kau baik-baik saja? Masuklah, biar aku yang tidur di luar."

Jisoo berjalan dengan tertatih akibat membawa dua bayi di dalam perutnya. Dia merasa tidak enak ketika Seokmin mengatakan hal itu. Pasti dia meminta Jisoo untuk masuk karena dia lupa membereskan kamar si kembar. Kamar itu pasti sudah banyak debu-debu halus yang berterbangan. Seokmin hanya tidak mau Jisoo terkena debu.

Seokm mengambil bantal dan selimutnya. "Tidurlah, aku akan tidur di sofa. Kamar si kembar pasti berdebu."

"Lalu, kau tidur di sofa mana?" tanya Jisoo sambil terus menutup hidungnya.

"Aku akan tidur di sofa ruang tengah. Biar kau tidur di sini dengan nyaman, oke?"

Jisoo menggeleng pelan. "Kita tidur seranjang saja. Aku bisa menutup hidungku."

"Tidak, Sayang. Aku tidak mau membuatmu mual. Tidak apa-apa, kucing manis."

Jisoo akhirnya menurut. Dia tidak mencegah Seokmin yang membawa selimut serta bantalnya ke luar kamar. Si bangir itu mengalah untuk Jisoo dan merelakan dirinya untuk tidur di sofa. Yang lebih parah adalah karena Seokmin tidak akan mendapatkan jatah pelukan malam ini.

"Mungkin Jisoo sedang tidak enak badan." Seokmin berjalan dengan lunglai. Tidak apa, Seokmin itu berkulit tebal kok. Sehingga ia akan baik-baik saja jika tidur di luar.

Jisoo menatap sosok Seokmin sambil terus menggumamkan maaf.  Dia meringis karena merepotkan Seokmin lagi. Jisoo terus menyalakan perutnya yang mual saat mencium bau badan Seokmin. Entahlah, baunya sangat menusuk seperti hewan ternak.

Jisoo jadi mual jika terus menciumnya.

"Aish, aku jadi tidak dapat jatah dari Seokmin." Jisoo menghela napas. Jisoo harus rela kalau ia sudah tidak dapat jatah pelukan malam ini.

Sepertinya mereka lupa untuk memberikan jatah masing-masing kemarin.

-Hola Mamá-



























Maaf ya kalo makin mendekati ending, ceritanya malah gaje ehe

Hola Mamá | Seoksoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang