(21 Minggu) - Naik Bus

3.6K 497 64
                                    

"Seokmin oppa..."

Seokmin hanya mendesah pelan ketika melihat Jisoo yang tengah memainkan kedua matanya. Laki-laki manis itu sengaja melakukan aegyo agar Seokmin mau mengabulkan semua yang ia inginkan. Dia terus bertingkah imut, dan bahkan Jisoo juga memakai telinga kelinci yang dulu ia pamerkan kepada Seokmin. Siapa sangka tingkah lucu laki-laki manis itu berhasil membuat Seokmin terbangun?

Jisoo memang terkadang memanggil Seokmin dengan sebutan oppa, meskipun ia seorang laki-laki dan berusia lebih tua. Tapi Jisoo tetap memanggil panggilan oppa yang selalu berhasil membuat Seokmin merasa gemas. Karena kata oppa adalah kelemahan terbesar bagi Seokmin!

"Jisoo, hentikan!" Ingin rasanya Seokmin menyerang Jisoo sekarang juga.

"Tidak mau. Kitten mau Seokmin oppa mengabulkan apa yang kitten inginkan. Ppyong!"

Sialan, apa-apaan aegyo dan panggilan oppa seperti itu?

Jisoo mengajak suaminya untuk berkeliling kota malam ini. Seokmin sebenarnya mau saja mengajak Jisoo untuk pergi. Tapi, ini sudah menjelang malam. Dan waktu juga sudah menunjukkan pukul delapan. Seokmin hanya tidak mau jika Jisoo kelelahan. Masalahnya permintaan Jisoo kali ini sungguh aneh dan tidak bisa Seokmin tolak dengan alasan yang sederhana.

"Jichu mau naik bus keliling kota melihat lampu-lampu yang menyala di sepanjang jalan."

Seokmin menghela napas. Sudah berulang kali, ia membujuk Jisoo untuk mengikuti sarannya. Seokmin akan mengajak istrinya berkeliling kota saat malam hari, namun dengan mengendarai mobil pribadi mereka. Selain lebih nyaman, Seokmin juga tidak mau Jisoo terkena angin malam yang sangat dingin. Tentu ia akan khawatir dengan kondisi kedua calon anaknya sekaligus kondisi dari Jisoo sendiri.

Seokmin mendekat ke arah Jisoo, mencoba membujuk kucing gembulnya lagi. Seokmin sudah menciumi hidung Jisoo sambil memainkan pipi gembul si manis.

"Naik mobil saja, ya?" kata Seokmin lembut.

"Tidak mau, maunya naik bus!" Jisoo menghentakkan kakinya. Dia mengerucutkan bibir sambil terus merengek agar Seokmin mengabulkan apa yang ia mau.

Seokmin mulai takut ketika Jisoo semakin menghentakkan kakinya dengan kasar. Dia benar-benar mengabaikan perut besarnya itu yang sedikit terguncang. Seokmin pun kembali mencubit pipi Jisoo karena istrinya itu tetap bersikukuh ingin naik bus.

"Lee Jisoo..."

"Sekali saja, oppa. Ppyong!"

Oh, astaga. Jisoo benar-benar keterlaluan!

"Oke oke, tapi kau pakai jaket, ya! Dan aku tidak menerima bantahan."

Jisoo tiba-tiba mendekat dan mencuri ciuman di bibir si bangir. Lalu mengalungkan tangannya di leher Seokmin sambil terus melakukan aegyo sebagai ucapan terima kasih. "Terima kasih, kami sayang papa Seokmin. Ppyong!"

Apa kau sekarang menyesali keputusanmu menikahi si manis ini, Lee Seokmin? Karena Jisoo benar-benar tahu kelemahanmu dengan baik.

-Hola Mamá-

Mata kucing itu tampak berbinar ketika melihat lampu-lampu yang menyala terang di sekitar jalan. Baik dari kendaraan lain, dari papan iklan sebuah toko, atau dari lampu lalu lintas, Jisoo menyukai semua yang ia lihat malam ini. Ingin rasanya ia berteriak keras di dalam bus saking senangnya. Namun, hal itu pasti akan membuat penumpang lain merasa terganggu.

Suasana di dalam bus begitu hening karena para penumpang pun lebih memilih untuk fokus pada layar ponsel masing-masing. Begitu juga Seokmin yang lebih memilih fokus pada ponselnya untuk bermain game. Ia membiarkan Jisoo menikmati suasana malam kota Seoul seorang diri. Kucing gembul itu terlihat sangat manis jika keinginannya sudah terpenuhi.

Jisoo bersenandung kecil. Dia benar-benar rindu naik transportasi umum seperti ini. Masa-masa sekolah pun mulai terbayang di otaknya. Karena tentu saja ia mempunyai kenangan yang manis di bus kota dengan Seokmin saat mereka SMA dulu.

Jisoo akhirnya merasa bosan. Kini penumpang yang ada di dalam hanya tersisa mereka dengan seorang nenek yang duduk di kursi depan. Jisoo pun menatap ke arah Seokmin yang masih asyik bermain game di ponselnya. Berharap suaminya itu mengajak berbincang sedikit, atau sekedar melempar jokes murahannya. Namun, laki-laki bangir itu benar-benar mengabaikan Jisoo. Dan si manis itu seketika mempunyai ide licik di dalam otaknya.

"Seok-ie..." Jisoo menusuk pipi Seokmin dengan telunjuknya. Berusaha menganggu sang suami dari game-nya. Jisoo bahkan juga sudah melakukan aegyo di sana dengan menggembungkan pipi. Tapi, Seokmin benar-benar bungkam. Bahkan ia menepis halus tangan Jisoo dari pipinya. "Takoyaki!"

"Diamlah, Soo. Rajanya akan datang sebentar lagi."

Jisoo cemberut lagi ketika Seokmin mengabaikannya. Tangan si manis mulai dilingkarkan di lengan Seokmin. Lalu, menyandarkan kepalanya di bahu kokoh si bangir, dan menggerakkannya sedikit. Jisoo pun mulai menirukan suara anak-anak.

"Jichu kesal. Papa Seokmin mengabaikan istrinya demi bermain game." 

Seokmin seperti membuat telinganya tuli sesaat. Namun senyum geli terhias di bibir tipis itu sambil melirik ke arah Jisoo yang masih menyandar di bahunya. Seokmin pun mulai menurunkan lengan kirinya agar Jisoo bisa memeluk lengan itu dengan erat. Dan benar saja, Jisoo bahkan hampir membayangkan lengan Seokmin dengan sebuah guling.

"Sepertinya dia mulai tuli. Ah, Jisoo kesal!" Laki-laki manis itu mengeratkan pelukannya. Dia mengerucutkan bibir. Jisoo kesal karena Seokmin mengabaikannya sekarang. "Papa kalian memang menyebalkan!"

Seokmin memutuskan untuk mendiami istrinya yang kembali berbicara sendiri. Jisoo menyindir Seokmin yang kembali tidak acuh dan terus tidak menjawab semua ucapannya. Sampai akhirnya ia kelelahan, dan telinga Seokmin pun merasa damai.

Seokmin langsung menyudahi permainannya, lalu memeriksa keadaan Jisoo yang ternyata sudah tertidur pulas. Dengkuran halus keluar dari bibir kucing gembul itu. Dadanya yang naik turun bisa Seokmin lihat. Seokmin pun memberikan ciuman di puncak kepala Jisoo, dan mengelus perut besar itu untuk memberi ucapan selamat tidur untuk kedua anaknya.

"Selamat malam, semoga kalian tidak merepotkan seperti mama kalian yang kelelahan sendiri."

Seokmin merasa lengannya semakin dipeluk erat, dan dia lagi-lagi memberikan ciuman di kepala Jisoo. "Kucingku kelelahan karena dia terus mengeong seorang diri. Selamat malam, mama gembul."

Seokmin baru menyadari sesuatu ketika bus mulai berhenti di halte yang mereka tuju. Tentu saja mereka harus turun di halte ini. Jisoo kan tertidur, lalu apa Seokmin harus menggendongnya?

"Aish, Jisoo kan berat!"

-Hola Mamá-  





















Gamau banyak omong, yang  gasuka silakan out

kalo masih banyak bct, autoblock

Aku udah berusaha update ditengah magernya nulis, tolong jangan bikin aku mengaum kayak macan /g

Hola Mamá | Seoksoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang