(23 Minggu) - Makan Dinihari

3.2K 457 60
                                    

Selamat datang di chapter 20^^



































Jisoo bergerak tidak nyaman selama 20 menit terakhir.

Dia beberapa kali membenarkan posisi tidurnya, karena dia merasa tidak nyaman. Perutnya merasa tidak enak. Bayi-bayi yang ada di dalam kandungannya terus bergerak dalam beberapa menit terakhir. Membuat Jisoo kesulitan untuk tidur dan merasa tidak enak berada di atas ranjangnya. Jisoo mengelus lembut, beberapa tendangan aktif kini membalas elusan Jisoo di sana.

"Akh, kalian kenapa, hm?" pekik Jisoo sambil mengelus kembali perutnya. Dia meringis kecil, lalu memaksakan diri untuk bangkit dari tidurnya dan bersandar di kepala ranjang. "Aish, pasti anak-anakku kelaparan. Padahal kita sudah makan banyak, tapi kalian masih lapar rupanya."

Jisoo melirik jam weker di atas nakas. Pukul dua dinihari tertera di sana. Kenapa bisa ia merasa lapar di tengah malam seperti ini? Padahal dia sudah makan cukup banyak saat makan malam tadi. Bahkan Jisoo menghabiskan dua mangkuk sup ayam seorang diri.

Seokmin merasa terganggu ketika Jisoo bergerak kembali. Punggung si manis itu merasa pegal dengan posisi sebelumnya. Dia mencoba untuk mencari posisi yang nyaman agar perutnya tidak merasa sakit lagi. Tapi, aktivitas di dalam sana yang semakin membuat Jisoo tidak nyaman.

Seokmin bangun dengan wajah bantalnya. Dia mendekat ke arah Jisoo dengan ikut bersandar di sebelah istrinya itu. "Ada apa, sweet?"

Jisoo meringis. "Kemarikan tanganmu."

Seokmin diam saja ketika Jisoo meletakkan tangan besarnya di atas perut buncit Jisoo. Si bangir itu mulai tertawa ketika sebuah tendangan mampir di sana. Dia sangat suka saat di mana respon si kembar di dalam perut Jisoo. Jika Seokmin mengelus perut Jisoo, maka kedua anaknya akan menendang dari dalam atau sekadar bergerak kecil. Mereka seakan mengerti jika sedang diajak bermain oleh kedua orang tuanya.

"Ah, mereka sedang bermain sepak bola pada malam ini." Seokmin semakin antusias agar elusan tangannya dibalas lagi. "Kalian jangan nakal, oke? Kalian sudah mengganggu waktu tidur mama."

Jisoo mengangguk sambil memajukan bibir."Hm, anak-anak kita sangat aktif pada malam hari, persis seperti papanya."

Seokmin tersenyum lebar. "Ada yang kau rasakan, Jisoo? Apa ada bagian tubuhmu yang sakit?"

Jisoo boleh jujur tidak kalau dia sedang lapar malam ini?

Jisoo ingin sekali makan. Tapi waktu sudah menunjukkan pukul dua pagi, ditambah bahan makanan mereka yang tersisa hanya telur dan mi instan. Seokmin memang belum belanja untuk keperluan bulan ini. Jisoo tiba-tiba menginginkan nasi kari yang dijual di sebuah restoran kecil di depan kantor Seokmin. Tapi, lagi-lagi dia mengurungkan niat karena tidak mau merepotkan Seokmin.

"Tidak ada, Seokmin. Ayo, kita kembali tidur!" Jisoo mengajak Seokmin untuk berbaring. Namun, wajah Jisoo tidak menyatakan bahwa ia baik-baik saja. Seokmin tentu saja tampak khawatir. Dia sangat paham jika Jisoo sedang menyembunyikan sesuatu.

Seokmin mengelus kepala Jisoo dengan hangat. Kembali meyakinkan istrinya untuk mengatakan apa yang ia rasakan. "Katakan saja, hm? Aku jadi ikut tidak tenang kalau kau seperti ini."

Ingin rasanya Jisoo jujur kalau ia sangat lapar dan menginginkan nasi kari. Dia takut mengatakannya pada Seokmin. Suaminya itu sering kesal jika Jisoo mulai meminta macam-macam pada waktu yang tidak tepat. Makanya Jisoo diam saja ketika Seokmin menanyakan apa yang ia rasakan sekarang.

Seokmin terkejut ketika ia bisa mendengar dengan jelas bunyi perut Jisoo yang kelaparan. SI bangir itu tertawa kecil dan tangannya ia letakkan lagi di atas perut buncit Jisoo. Dan lagi-lagi Seokmin mendapatkan sebuah tendangan dari dalam.

Hola Mamá | Seoksoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang