"Jisoo, sarapan sudah siap, Sayang!"
Kepala Seokmin mendongak ketika mendengar suara itu. Suara seorang wanita paruh baya yang baru saja datang ke rumahnya semalam. Seorang wanita yang menjadi orang paling menakutkan di dunia, bagi Seokmin.
"Setelah Jisoo sarapan, segera bereskan dan lanjutkan pekerjaan rumah lainnya ya, Seokmin!"
Seokmin mendesah pelan. Diliriknya Jisoo yang sedang bersenandung kecil menuju meja makan. Kucing manisnya itu melempar senyum pada Seokmin yang masih sibuk mencuci pakaian. Letak ruang makan memang tidak terlalu jauh dari tempat Seokmin berdiri sekarang.
Seokmin harus melakukan semua pekerjaan rumah sesuai dengan yang mertuanya katakan. Mencuci baju, mencuci piring, mengepel lantai, dan semua pekerjaan rumah lainnya. Semuanya harus Seokmin lakukan di hari libur ini. Sesuai dengan permintaan si ibu mertua tersayang.
Ugh, Seokmin sayang sekali dengan ibu mertuanya!
Ibu Jisoo datang semalam. Doa akan menginap selama lima hari sebelum akhirnya pulang ke Los Angeles. Dengan alasan ingin menemani Jisoo sebelum proses persalinan, ibu satu anak itu ingin sekali mengurus Jisoo sebagai seorang anak yang dulu ia manjakan.
Tidak terasa kalau Jisoo sebentar lagi akan melahirkan. Dan tentunya, nyonya Hong tidak ingin melewatkan kesempatan untuk mengurus atau sekedar menginap menemani Jisoo yang sempat stres karena faktor mental sebelum melahirkan.
Seperti sekarang, saat dimana wanita itu sudah bangun pagi buta untuk menyiapkan sarapan untuk putra tersayang. Membuatkan dua roti bakar dengan selai kesukaan Jisoo, dan tidak lupa susu yang biasa Jisoo minum. Termasuk menyuruh Seokmin untuk melakukan semua pekerjaan rumah, karena nyonya Hong tidak ingin Jisoo yang melakukannya.
Jisoo duduk di meja makannya dengan riang. Matanya berbinar ketika melihat dua roti bakar yang terhidang di depan. Tampak tidak sabar untuk menikmati dua roti yang begitu menggugah selera.
"Roti bakar spesial untuk Jisoo dan dua cucuku." Wanita itu tersenyum kecil. "Kalau masih lapar, aku akan membuatkannya lagi."
Seokmin mengerucutkan bibirnya. Kesal rasanya jika ia diabaikan seperti ini. Seokmin memang selalu kalah oleh nyonya Hong kalau wanita itu tengah berkunjung ke rumah. Apalagi dengan tingkahnya yang sok berkuasa, membuat Seokmin tidak bisa melakukan apapun selain menurut.
Jisoo juga sering menjauh jika ia bertemu sang ibu, Seokmin sangat kesal!
Jisoo memekik senang ketika ia menggigit rotinya. "Astaga, ini enak sekali!"
Nyonya Hong mengangguk puas. "Tentu saja, aku memasak lebih baik daripada Seokmin, kan?"
Err, lagi-lagi!
Seokmin hanya bisa mengusap dadanya karena mendengar ucapan si ibu mertua. Seokmin memang serba salah jika berada di sekitar nyonya Hong. Si bangir itu tetap melanjutkan kegiatan mencuci bajunya. Daripada harus mendapatkan sindiran lagi.
"Masakan Seokmin juga enak, kok. Aku bahkan sering memakan masakannya," bela Jisoo. Dia bahkan sudah sangat hapal kalau ibunya sering merendahkan Seokmin. Meskipun niatnya untuk sekedar kritik, bukan karena tidak suka.
"Terserah saja, kau selalu membela kuda kelebihan hormon itu."
Jisoo memakan rotinya lagi. "Meskipun kelebihan hormon, tapi Jisoo tetap cinta Seokmin!"
Seokmin serasa melayang ketika mendengar ucapan manja itu. Rasa-rasa ingin menyerang Jisoo pun mulai kambuh.
Nyonya Hong terkejut ketika mendapati Seokmin yang tiba-tiba saja mendekat ke arah Jisoo. Sorot matanya menunjukkan nafsu yang begitu dalam. Apalagi ketika Seokmin sudah melayangkan ciuman di pipi Jisoo dengan kelewat basah, membuat nyonya Hong begitu panas ketika melihat putranya diserang oleh kuda liar.
Tapi anehnya, Jisoo malah menikmati saja ketika Seokmin menciuminya.
"Huh, istrinya Lee Seokmin lucu sekali! Sini, pipimu ku gigit..."
Mata nyonya Hong melebar ketika Jisoo menyodorkan pipinya. Bukankah itu terkesan jorok?
Seokmin mengaduh ketika kepalanya mendapat pukulan dari tangan yang mulai keriput itu. Ditambah dengan pukulan di bahu, membuat Seokmin langsung menghindar dan menjauh dari Jisoo. Seokmin meringis ketika pukulan si ibu mertua mengenai pundaknya.
Nenek-nenek ini ternyata sangat garang, pekik Seokmin dalam hati.
"Kalau kau masih berniat menerkam anakku seperti tadi, aku tidak segan untuk membunuhmu, kuda!"
Seokmin hanya bisa menunduk ketika mertuanya mulai sibuk mengoceh, memarahi Seokmin untuk bisa menahan nafsunya terhadap Jisoo. Apalagi, usia kandungan Jisoo sudah memasuki bulan ke delapan. Ingin rasanya nyonya Hong memukul kuda bangir ini!
"Kalau sudah selesai mencuci baju, langsung cuci piring. Setelah itu, bereskan kamar kalian. Putraku akan segera tidur siang." Nyonya Hong tidak melepaskan tatapannya dari Seokmin. "Lalu, bereskan seluruh rumahmu yang mirip kapal pecah ini, mengerti?"
Jisoo terkikik geli ketika melihat Seokmin yang dimarahi oleh ibu mertuanya. Memang sangat lucu jika melihat hubungan benci-cinta antara mertua dan menantu seperti ini. Ibu Jisoo yang terlalu ngegas, dan Seokmin yang terlalu takut untuk membantah.
Jisoo tertawa dengan begitu elok. Membuat Seokmin hanya bisa menggigit bibir ketika kucing gembulnya mulai menggoda Seokmin untuk mengerjakan seluruh pekerjaan rumah.
"Dah, Seokmin. Selamat melaksanakan kerja bakti." Jisoo mendekat dan mencium pipi Seokmin dengan lembut. Lalu, membawa sang ibu ke ruang tengah untuk menonton drama kesukaan mereka.
Menyebalkan sekali, bukan?
Kenapa malah Seokmin yang harus mengerjakan semuanya? Argh!
-Hola Mamá-
Dikit lagi selesai yeay :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hola Mamá | Seoksoo [✔]
Fanfiction[ 1st Book Side Story Hola Series ] Isinya hanya keseharian mama Jisoo yang suka manja-manjaan. Side story Hola Bebe Warn : 15+, mpreg 2018, ©turquoises_