Jisoo kira, Seokmin bersungguh-sungguh dalam meminta maafnya semalam. Jisoo pun berencana ingin mendiamkan si bangir karena dia juga kesal dengan tingkah suaminya itu. Jisoo pikir, pasti Seokmin akan meminta maaf esok paginya ketika mereka sudah bangun dari tidur.
Tapi, Seokmin malah mendiami Jisoo pagi ini. Dan nyatanya, pagi ini Seokmin sama sekali tidak membuka suara. Dia bahkan memberikan tatapan yang begitu sini ketika laki-laki manis itu mencoba melirik dirinya. Seokmin sedang dalam mode marah saat ini.
Sarapan pun tidak ada yang membuka suara. Wajah Seokmin pun ditekuk, menunjukkan kemarahannya. Jisoo benar-benar takut jika Seokmin sudah seperti ini. Seokmin kan sangat seram jika ia sedang marah.
Seperti saat ini, ketika Jisoo menawarkan buah melon untuk Seokmin, laki-laki itu tidak menjawab pertanyaan sang istri. Dia malah langsung mengambil ponselnya dan menelepon sang ibunda.
Jisoo sakit hati, tentu saja.
"Cream, kau mau makan siang apa?" Jisoo sudah semanis mungkin memberikan senyumannya. Dia pun juga membelai bahu Seokmin dengan lembut. Laki-laki bangir itu pasti luluh.
Seokmin yang tengah asyik menonton sepak bola itu hanya terdiam, dia tidak menanggapi pertanyaan halus Jisoo.
Tidak ada jawaban. Seokmin malah menepis tangan Jisoo di bahunya. Dia tidak menjawab pertanyaan itu sama sekali dan malah masuk ke dalam kamar setelah memberikan tatapan yang begitu tajam kepada Jisoo.
Perih.
Dia mengelus sedikit perut buncitnya ketika Seokmin mulai membanting pintu kamar tamu. Laki-laki bangir itu benar-benar marah pada Jisoo. Ah, Jisoo harus apa sebenarnya?
"Nak, mamamu ternyata sudah sangat keterlaluan, ya?"
-Hola Mamá-
Jisoo pun tetap memasakkan makan siang untuk Seokmin. Dia sudah menyiapkan makanan kesukaan Seokmin, sedikit berharap agar Seokmin mau memaafkan kesalahannya.
Jisoo sadar, dia memang keterlaluan kemarin. Dia selalu memarahi Seokmin, menuduh Seokmin yang tidak-tidak, serta menyakiti hati sang suami yang begitu ia cintai. Jisoo menyesal, kenapa dia jadi pemarah sepertinya? Masa Jisoo harus menyalahkan bayi-bayinya?
"Seok, makan siang sudah siap."
"Pergilah!"
Sesak. Jisoo kembali merasa sesak di dada. Suara dingin nan berat itu benar-benar terasa tegas di telinga Jisoo. Nada suara Seokmin pun begitu tinggi dan membuat nyali Jisoo semakin menciut. Jisoo benar-benar tidak bisa berkutik jika Seokmin sedang marah.
"H-hm, a-aku sudah memasak untukmu, creamy. Kau pasti ketagihan memakan masakanku hari ini."
Jisoo tidak mendengar apapun dari dalam kamar. Dia langsung mengetuk pintu Seokmin lagi lebih keras. Berharap si bangir memaafkannya dan bersedia membukakan pintu. Jisoo mengernyit heran, dia tidak mendengar apapun lagi.
"Seok, maafkan aku. Aku sama sekali tidak berniat menyalahkanmu, Sayang. Ayo, kita makan. Si kembar juga sudah lapar karena menunggu ayah mereka untuk makan bersama."
Hening.
"S-Seok..." Jisoo mulai menangis. "Hiks, Seokmin..."
Laki-laki manis itu terisak. Seokmin ternyata benar-benar sedang dalam emosi yang memuncak. Laki-laki bangir itu tidak menanggapi Jisoo sama sekali. Bahkan tadi Seokmin juga mengusir Jisoo yang memanggilnya untuk makan siang.
Jisoo sedikit mendorong pintu kayu itu dengan bahunya. Ibu hamil itu mencoba meminta sang suami untuk membuka pintu karena Seokmin sama sekali tidak membuka pintu kamar. Namun, tenaganya terlalu lemah dan dia mulai terisak hebat.
"Seokmin!"
Jisoo masih berusaha membuka pintu dengan tubuh kurusnya. Dua malaikat di perutnya membuat Jisoo sedikit kehilangan tenaga. Jisoo pun mulai mengetuk pintu lagi sambil mencoba membukanya.
"Seokmin, akh-"
Pintu kamar tiba-tiba saja terbuka dan membuat tubuh Jisoo yang hendak mendobrak pintu kamar itu lagi, mulai terjatuh di pelukan seseorang. Perutnya sedikit tertekan, membuat Jisoo mengerang seketika.
"Akh..."
"Jisoo, kau baik-baik saja?"
-Hola Mamá-
"Maaf ya, Seokmin. Sekarang aku tidak akan marah secara tiba-tiba. Aku juga akan belajar mengatur emosiku."
Seokmin pun terkekeh lebar. Dia mengacak surai Jisoo yang sudah bisa bernapas lega. Seokmin sudah memaafkannya, dan laki-laki itu juga sudah meminta maaf karena sifat bodohnya tadi. Seokmin pun keluar dari kamarnya ketika merasa pintu kamar yang bergerak-gerak, dan suara rintihan serta tangisan Jisoo yang begitu meyayat hati.
Seokmin pun tidak tahan akan hal itu, padahal awalnya ia sudah berencana akan mendiami Jisoo. Tapi, dia tidak tahan untuk tidak melakukan hal itu pada pasangannya. Ditambah Jisoo yang menangis seperti tadi. Seokmin pun tadi mengecek kondisi Jisoo dan laki-laki manis itu pun baik-baik saja.
"Aku juga ya, Soo-ie. Maaf, aku terlalu emosi," seru Seokmin. "Aku sebisa mungkin akan selalu mendengarkanmu. Tapi, kau harus membiasakan untuk berbicara yang jelas kepadaku, oke?"
Jisoo mengangguk. Dia sendiri langsung menghampiri ke arah Seokmin dan menyambar bibir si bangir. Seokmin tersenyum di tengah ciumannya. Tangan kekar itu malah asyik di perut Jisoo yang mulai terlihat buncit.
"Si kembar tidak boleh melihat orang tuanya yang sedang berperang lidah." Seokmin terkikik. Hal itu malah membuat Jisoo semakin liar memainkan lidahnya.
"Hnghh papa..."
"Yes, kitten?"
"Mau dicium lagi."
Seokmin tentu saja dengan senang hati menciumi Jisoo hingga laki-laki manis itu merasa kegelian!
-Hola Mamá-
Jangan pernah berharap pelakor untuk seoksoo adalah seorang perempuan di work aku, baik oc maupun member girlband, aku NGGAK AKAN memasukkan tokoh perempuan untuk seoksoo di semua work yang aku tulis
Aku capek, kesel, bete, kalo seoksoo dihubungkan dengan perempuan manapun. Tolong, kita punya kesukaan tersendiri. Mungkin buat beberapa orang ini biasa, tapi NGGAK buat aku. Aku bisa down parah cuma gara-gara hal kecil kek gini. Beneran. Jadi jangan pernah bawa perempuan mana pun ke dalam dunia seoksoo ku, terserah kalo di lapak seoksoo lain. Tapi jangan di sini, please(╯_╰)
Sakit hati tau:(
Ayo kita saling menghargai dimulai dari hal yang kecil. Mohon pengertiannya dan terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hola Mamá | Seoksoo [✔]
Hayran Kurgu[ 1st Book Side Story Hola Series ] Isinya hanya keseharian mama Jisoo yang suka manja-manjaan. Side story Hola Bebe Warn : 15+, mpreg 2018, ©turquoises_