14

304K 12.2K 288
                                    

Aku beneran ngga ngerti maksudnya nih bocah apaan coba?

Udah bohong, jalan sama cewek lain juga. Ckkkk ... adek sama abang sama aja suka main belakang.

"Lun, bentar ya!"

"Ke mana?"

Malah balik nanya aku mau ngelabrak cecunguk kampretos Enno, mau kubikin kambing guling buat sedekahin ke fakir miskin.

Wajah Luna masih melongo saat aku memilih duduk bersama Enno dan cewek yang lagi jalan sama dia. Cantik juga ceweknya, dandanannya kayak cherrybelle pakek rok mini imut banget.

"Hi, Enno," sapa ku manis tapi tetep bikin Enno mengkerut.

"Hi, Ay."

"Siapa ini kok ngga dikenalin?" sontak Enno kelabakan bergantian melihat aku juga si cewek centil, "Hi, gue Kanadia."

"Santi, Kak." jawabnya sopan sambil menerima uluran tanganku, "Kakak ini ... kayaknya pernah ketemu di mana ya?"

Emang gue kenal sama lo, mau aja ngga!

"Gue mantannya Ello."

Mantap

Jangan harap aku mau ngaku sebagai pacarnya Enno kumpret yang sudah membuktikan dengan baik kalau dirinya tidak pantas untuk diakui.

"Yang ngado kereta baby ya? Aah, kebetulan banget," wajahnya mendadak riang dengan wajah merona karena blush on tebal di pipinya, "Santi juga mantannya Enno lho, Kak. Kok bisa kebetulan banget ya hihihihi ..."

Ketawanya serem persis kuntilanak nangkrik di pohon toge.

"Kok cuman mantan emang ngga mau balikan lagi?"

Santi yang ditanyain tersenyum malu-malu, Enno sendiri sudah banjir keringat.

"Maunya sich gitu, Kak"

"Gitu ya, ntar gue bantuin dech, Enno pasti mau," balasku dengan menatap tajam wajah Enno.

Ntar lo pungut aja si Enno habis gue putusin.

Dikira ngga bisa cari yang lain apa? Sorry la yaw ... cowok masih banyak yang ganteng apalagi yang jelek banyak kok yang dianggurin.

"Ay," wajahnya tampak merasa bersalah la wong emang salah.

"Temen gue nungguin, balik dulu," tanganku ditahan Enno, "Enno."

"Gue bisa jelasin."

"Jelasin apa No?" Dengan memasang wajah seolah-olah tidak mengerti, "Gue kan cuman mantan abang lo, emang lo sapa gue?" lalu berjalan ke meja tempat Luna menunggu sementara Enno mengejarku di belakang meninggalkan Santi begitu saja.

"Ay," Enno ikutan duduk disebelahku bersama Luna yang tidak mengerti apa-apa, "Gue mohon dengerin penjelasan gue!"

"Lun, gue laper!" Merampas makanan yang ada dihadapan Luna.

"Ay, dengerin ngapa," sambil menarik -narik ujung bajuku, "Cinta gue cuman buat lo, percaya dech!"

"..."

"Lo kan tahu seluruh badan gue dah disegel buat lo seorang."

Huek cuiih! Dah ngga doyan kelless.

"Bisa dibilang ni jiwa raga gue punya lo seorang."

"Enno."

Wajah Enno tampak cerah mendengar aku memanggil namanya, "Iya, Ay, lo mau maafin gue kan. Tadi beneran dah ngga sengaja ketemu. Santi kok yang minta balikan bukan gue. Lo percaya kan sama yang gue omongin karena lo segalanya buat gue ngga mungkin gue bakal bohongin lo!"

Trus yang tadi bilang kerja sapa?

Darah memang lebih kental dari air, harusnya aku tidak boleh jatuh dilubang yang sama dua kali.

Ada biskuit coklat nih ... (yang makannya mesti pake ritual diputer, dijilat , dijelupin baru bisa dimakan) incipin ahhh siapa tahu ada transformer nonggol terus bisa aku suruh nginjek si Enno kumpret biar penyet, ntar tinggal tambahin lalapan doank perfect dah nasibnya.

"Ayank, ngomong donk!" Tanpa peduli aku membuang muka jauh-jauh, "Gue harus apa sich biar lo mau ngomong sama gue?"

"Kalian lagi berantem?" Luna ikutan nimbrung dan aku tetap mengunyah sambil berharap benar-benar ada Transformer yang datang.

"Nad, kasihan tuch si Enno ..."

"Kasih duwit receh ja biar cepet pergi!"

"Lo kira dari tadi gue ngamen, Ay," Enno dengan nada masam.

Bukan pengamen tapi pengemis cinta.

"Lo mau gue maafin lo?" Enno mengangguk semangat, "skot jump sampek gue suruh brenti!" Hari ini aku malas buat ngotorin tanganku untuk menyentuh Enno kumpret.

"Malu ..." protesnya langsung kubalas juluran lidah

Ngga mau ya udah, ngga rugi di akunya. Keputusanku juga sudah bulat mau Enno ngapain juga putus tetap putus. Makananku hampir habis transformernya juga ngga dateng-dateng, Enno pun masih tidak mau menjalani hukumannya.

"Masih ngga mau?" Tanpa menunggu jawaban Enno, " Ya udah, jangan harap gue bakal maafin lo."

"Lo boleh jambakin gue atau apapun tapi jangan hukum gue kayak gini. Malu, Ay, ini tempat umum!"

"Terserah!" Kukeluarkan ponselku ku cari game kodok ngorek, sebenarnya males buat ladenin Enno tapi aku pengen liat di menderita karena udah nyakitin aku.

Satu

.

.

Dua

.

.

Ti-

Yeaa, aku menang! Akhirnya Enno kumpret mau juga skot jump. Semua yang ada di dalam Kafe yang semula sibuk sendiri akhirnya ikut memperhatikan Enno beraksi termasuk Santi si orang ketiga walaupun dia pernah nyandang gelar sebagai 'pacar' sekarangkan dah mantan.

"Ay, udahan ya ... capek!" Dengan nafas terengah-engah.

"Belom dapet sepuluh dah nyerah!" Sebenarnya hitunganku tadi sudah lebih dari sepuluh sich, "Pulang ah ngga asyik."

"Trus gue ditinggal sendiri?" Luna

"Lo mau pulang ke rumah gue?" Kontan Luna menggeleng, "Ya udah, BYE!"

Baru beberapa langkah aku menjauhi meja Luna Enno dengan nafas tinggal satu dua mengekoriku.

"Ay, tungguin," sambil melingkarkan lengannya di pundakku.

"Lo mau nganter gue?"

"Siap!" Ni anak semprul moodnya bisa berubah secepat kilat, "Buat Ayang Kanadia, Ayang Enno siap nganter ke manapun, biarpun keujung dunia Ayang Enno anterin."

"Tapi ada syaratnya."

Hayo mati kau! Hahahahaha ... ketawa ala setan.

"Mau apa, Ay? minta gendong? ayok!" Ngga ketinggalan senyum mesumnya plus mangap bin ngiler saking nafsunya.

"Gue mau lo jalan jongkok dari sini sampai parkiran."

Biarin jangan dibelain siapa suruh jadi cowok matanya ngga dijaga.

***

Kanadia ChantiqTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang