7

384K 14K 655
                                    

"Ngapain kabur?"

Kakiku kalah panjang ketimbang punya Enno, jadinya ketangkep dech!

"Siapa juga kabur orang lagi joging."

"Ceile ... baru kali ini gue liat orang joging pakek highheels."

"Ini tuch style tahu!"

"Style lo aneh tahu ngga!"

Enak aja menghina banget nih bocah!

"Jangan manyun. Jelek lo."

Tahu jelek masih aja diuber, yang aneh siapa sich?

"Sariawan lagi?!" Tanya Enno sambil menyeringai

Kontak saja wajahku memerah mengingat kejadian beberapa hari lalu.

"ENGGAK!"

"Udah ah jangan teriak-teriak," tangan Enno mulai bergerilya di pinggangku, "Gue kangen tahu ngga."

Wajah Enno mulai mendekat, jangan-jangan mau nyium. Jangan disini, malu.

"Apaan sich lo?" Kudorong tubuh Enno yang lebih tinggi dari ku jauh-jauh. Ngga mempan mending langsung ku dorong ke jurang nih bocah.

"Gue cemburu, liat lo sama cowok lain."

Terus aku harus bilang wow gitu? Ogah banget.

"Emang apa hak lo?"

"Guekan cowok lo, Nad!"

Demi apa? Oh no .... sampai kapanpun O to the GAH

"Enno, denger gue baik-baik."

"Ya, gue ngga bakal marah kok kalo lo mau minta maaf."

Nich bocah keterlaluan jatah kepedean orang sekampung diembat sendirian, parah sangat!

"Enno, lo jangan macem-macem, pertama gue bukan pacar lo, kedua gue ngga mau deket-deket lo, ketiga jangan ngarepi karena kita ngga ada harapan. So gue harap lo ngerti dan jauh-jauh dari idup gue."

"Emang kenapa? Apa alasennya?" Wajah Enno berubah mengerikan kayak setan serem.

"No, kita tuch bedanya jauh umur, pemikiran, kebutuhan, kewajiban, segalanya tuch beda sulit banget buat diperjuangin jadi saran gue lo cari aja cewek lain yang sama kayak lo dan tentu bukan gue orangnya," kutepuk bahu Enno sambil memberi semangat, "Semangat! Tanpa gue hidup lo belum berakhir kok."

Kalo boleh jujur sebenernya alasen gue nolak Enno cuma satu, gue ngga mau turun kasta dari mantan calon tunangan Ello jadi calon adik ipar huaaa ... bisa bahaya kalo Ello balas dendam sama gue. Tiap hari gue bakal ikut stripping sinetron 'Air Mata Kanadia' oh Tuhan selamatkan hambamu!

"Emang cowok yang kayak gimana sich yang pantes jadi cowok lo, Nad?" Sorot mata Enno berubah seperti ingin membunuhku.

"Gue ngga butuh cowok buat jadi pacar gue!" Sebenernya gue bohong, gue masih pingin punya pacar kok sumpah lo disambar becak juga ngga apa-apa.

"Yang gue butuhin laki-laki sejati buat jadi suami gue!"

Gue minta maaf No, dan gue harap lo ngga ganggu hidup gue lagi.

***

Beberapa minggu ini hidupku sungguh tentram dan damai, pedekate sama Bang Maliq juga lancar. Tinggal tunggu waktu yang tepat saja buat diresmikan secara sah dan halal.

Ngga sabar banget penget segera ngenalin Bang Maliq sama Mama juga Papa sebagai Calon Suami Idaman, rencananya malam ini Bang Maliq mau ngapel perdana jadi aku mesti perfect dandannya. Kudu cantik ngga boleh ngga!

"Kak, turun cepetan!" Teriak Nando begitu membuka pintu kamarku.

Nih anak satu aneh! Ngga biasanya kayak gini, wajahnya pucet kayak habis liat hantu.

"Ada apaan sich?"

"Udah cepetan!" Nando langsung menarik tanganku mengikutinya keteras depan rumah.

Tuhan, dosa apa gue?

Bapak gue korupsi apa emak gue?

Kenapa orang-orang pada demo depan rumah gue?

Kayaknya ngga dech! Mana ada orang demo pakek bawa tanjidor sama kue buaya, pakek ada ondel-ondel pula! Ada apa sich sebenarnya? Seseorang tolong jelaskan pada saya ada apa ini?

Saat kerumunan orang-orang terbelah, aku bisa langsung melihat wajah Enno yang tengah diapit kedua orang tuanya juga Ello dan Meta dengan perut besar di belakang mereka.

"Assalamualaikum warahmatulahiwabarakatu ..."

Papa yang tadinya cuma bengong akhirnya membalas salam dari ayah Ello dan Enno setelah sebelumnya mendapat hadiah sikutan manis dari Mama.

"Walaikum salam. Maaf, tapi ada apa ya ini?"

Bener, Pa. Dari tadi aku juga udah penasaran ada apa sich ini?

"Maaf, sebelumnya kalau kedatangan kami sekeluarga tanpa pemberitahuan sebelumnya. Maksud kedatangan kami kesini adalah untuk melamar anak bapak Kanadia Chantiq sebagai menantu kami."

Bagai disambar petir dan aku hanya bisa melongo ....

"Om, becandanya ngga lucu. Nadia ngga mungkin mau jadi istri keduanya Ello."

Najis tralala dah kalo sampek kejadian.

"Hus!" Mama memberi tanda padaku agar diam.

"Om tidak bercanda, Nadia.Tapi, kamu salah kalau mengira kami ingin melamar kamu sebagi istri Ello."

"Maaf, tapi kami tidak mengerti maksud bapak." Giliran Mama sekarang yang garuk-garuk kepala ngga jelas ato mendadak kutuan ya.

"Kami ingin melamar Nadia untuk anak kami Morenno."

JEDAR!

Kali ini aku beneran disambar petir dan aku bisa melihat jelas wajah Enno yang tersenyum penuh dengan kemunafikan.

***
Hi, gaes! Balik dari kepunahan Eike indak tahu kalo sistem private dihapuskan, so please kasih tahu part mana aja yang belum bisa kebaca. Habis lupa males bongkar zuga #nyengir tak tahu diri, kurang ajar emanghohoho

Salam kangen aza ya, kiss2 muach

Kanadia ChantiqTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang