1

975K 23.2K 2.1K
                                    

"Kenapa kamu mutusin aku?"

Disaat teman-temanku berbondong-bondong untuk menikah aku malah diputuskan begitu saja, setidaknya aku harus mendapatkan jawaban memuaskan dari pria yang ada dihadapanku sekarang.

Marcello, pacarku selama hampir tiga tahun dengan tidak berkeprimanusiaan datang padaku hanya untuk meminta maaf karena minta putus dariku. Sebenarnya aku tidak yakin kenapa dia tiba-tiba minta putus begitu saja, hubungan kami selama ini baik-baik saja bahkan sangat baik untuk diteruskan ke jenjang yang lebih serius. Kedua keluarga juga sudah saling mengenal dengan baik dan merestui.

"Aku harus menikahi Meta."

Bagus sekarang dia mencampakku demi wanita lain.

"Ck ... Apa ini Meta yang kukenal?"

Ello hanya bisa tertunduk padaku.

"Kenapa? Aku sudah terlalu tua dan tidak menarik lagi?"

Huuaaaa ... Kalo ngga gengsi dah mewek aku dari tadi. Ok, Meta yang dimaksud Ello itu temen adiknya sendiri. Dasar pledofile ... Tidak, harusnya aku berterima kasih karena bisa melihat dengan jelas kenyataan pahit sebelum semuanya terlambat.

"Maaf aku tidak sengaja menghamilinya."

WHAT! Somprett ... kupikir dia pria yang beda tapi ternyata sama saja seperti yang lain suka nusuk dari belakang otaknya mesum ngga karuaan. Ingin sekali kusiram wajahnya dengan minuman yang ada di depanku tapi sayang banget, mubazir kalo cuma buat disia-siain. Jadi kusiram saja dengan minuman miliknya sendiri.

BBYUUURRR ....

Setelah puas kuminum minumanku seolah tidak terjadi apa-apa lalu pergi begitu saja.

***

Hari-hari setelah putus dengan Ello terasa sangat menyesakkan. Aku tidak sedih karena kehilangan dia toh dia bukan yang terbaik untukku, tapi yang paling menyiksaku adalah tatapan kasihan dari semua orang yang kukenal.

Halo aku baik-baik saja! Sungguh!

Sayang tidak ada yang mau mendengarkan aku.

Kuputuskan untuk datang menghadiri acara pernikahan Ello dan Meta yang jelas dilaksanakan dengan sangat sederhana.

Pernikahan yang dilakukan secara mendadak dan sengaja hanya mengundang keluarga dekat untuk menutupi aib.

Aku ingin balas dendam, jadi kuundang semua teman-teman sekantor Ello juga teman-temanku. Aku juga berdandan secantik mungkin kalau bisa lebih cantik dari si pengantin -perebut pacar orang- wanita.

Oh ... jahatnya aku, ups belum! Karena aku sudah menyiapkan sebuah kado istimewa untuk mereka.

"Lo ngga apa-apa kan, Nad?"

Entah sudah berapakali Luna menanyakan hal yang sama padaku

"It's ok wae! Aku rapopo," sambil meniru aksi Jupe.

"Ih... kalo lo kayak gitu nyeremin banget tauk ngga, Nad." Bergidik ngeri

"Semuanya dah siap belum?"

Mataku memandang satu persatu orang yang ada didepanku. Aku mengancam mereka semua kalau ada yang tidak mau ikut atau sengaja beralasan akan ku jadikan tumbal kekesalanku pada si kampret Ello.

"Udah kok, Lo tenang aja!" Patrick yang sedari tadi sudah mengkomando teman-temannya yang lain.

"Ok, Temen-temen kita masuk sama-sama kasihan kalo pengantennya kelamaan nungguin kita."

Semua orang tak berani membantah, kami semua seperti orang yang akan pergi bertempur jadi kupasang wajah seserius mungkin salah harusnya aku bisa terlihat setenang mungkin. Jadi kurapikan dulu penampilanku sebelum masuk. Satu lagi aku harus tersenyum secantik mungkin bukankah hari ini hari yang membahagiakan.

Semua orang memandangku ngeri!

Wajah Ello berubah pucat saat melihatku datang bersama teman-temannya. Begitu juga dengan semua orang yang ada disana, mereka seperti melihat pasukan hantu yang bangkit dari kubur. Secara semua yang ada di sini sudah mengenalku lebih dulu sebagai calon istri Ello ketimbang gadis yang kini ada di sampingnya. Ralat, dia bukan gadis lagi setahuku.

"Ello, maaf ya kita datengnya telat!"

Aku tertawa samar melihatnya berkali-kali menelan ludah. Apalagi Meta yang sedari tadi mengeratkan tangannya dilengan Ello. Tenang ja mbak aku ngga doyan barang Kw alias bekas situ.

"Selamet ya, Bro!"

Satu persatu undangan yang hadir bersamaku memberikan selamat pada Ello dan Meta. Aku sendiri bisa merasakan tangan dingin Meta saat menjabat tanganku.

Sabar, Met. Kalau mau pingsan tunggu sebentar lagi!

"Selamat ya, Mey. Tapi kok kamu kok endutan sich?"

Huahahaaa puas aku bikin mata Ello hampir copot melototin aku.

"Aduch, Ello. Jangan liatin aku gitu donk!" Sengaja kutinggikan nada suaraku agar semua bisa melihat reaksi Ello saat berhadapan denganku "Nanti Meta kira kamu mau balikan lagi sama aku."

Aku mendengar suara orang tertawa entah siapa itu?! Peduli amat, si amat aja ngga peduli sama gue yang sakit hati dengan kelakuan bejat mantan pacarku.

"Makasih, Nadia."

Saat aku memeluk Ello membisikkan sesuatu padaku,"Lebih baik kamu pergi dan jangan mengacau disini!"

WHAT ? Dia yang udah mengacaukan hidupku, sekarang seenak nya saja bilang aku pengacau, mulai sekarang aku ikhlas bin ridho musuhan sama kamu.

"Kok gituh sich!?" Ku buat nada suaraku seimut mungkin, Ello selalu benci jika aku bersikap seperti ini. Tiga tahun pacaran cukup buatku untuk tahu tentang semua yang ia sukai ataupun tidak. Jadilah acara balas dendamku terasa begitu manis.

"Pahadal aku kan dah siapin kado istimewa buat kamu." Kuberi tanda pada Patrick untuk melakukan tugasnya.

"Yakin, Nad?" Patrick pasang wajah bego sambil garuk-garuk kepala.

"Iya, cepetan. Kasihan Ello udah ngga sabar liat kado dari aku!"

Semua terperangah melihat kado spesial dariku, bukan besarnya tapi karena kadoku yang bisa sangat membuat malu Ello juga si kampret Meta.

"Maaf ya, tadi ngga sempet dibungkus!" Aku menutup mulutku untuk menahan tawa, "Lagian bentar lagi juga kepakek!"

Brukk ....

Meta jatuh pingsan melihatnya.

Sebuah kereta bayi berukuran besar yang kuhadiahkan pada Ello dan Meta.

Ello panik menahan tubuh Meta agar tidak jatuh ke lantai. Sedangkan semua orang mulai berkasak kusuk di belakangku. Hatiku benar-benar puas melihatnya. Ello memandang tajam padaku dan kubalas dengan tatapan mata yang lebih tajam darinya.

Rasain! Lo bikin gue sakit hati, Gue bikin lo sakit jiwa.

***

Kanadia ChantiqTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang