Bagian 10 : Never Be The Same

1.4K 100 14
                                    


“Just one hit, you will knew I’ll never ever, ever be the same.”
(hanya dengan sekali mencoba, kau kan tau jika aku tak akan pernah sama lagi.)
-Camila cabello, never be the same.

Ini dimana?? batin Iva ketika ia terbangun dan merasa asing dengan ruangan tempat ia kini berada. Semua ruangan bernuansa putih dan Iva dengan sangat jelas dapat menghirup bau obat-obatan yang sangat menyengat di indra penciumannya.

Ketika Iva ingin memijat kepalanya yang berdenyut menggunakan tangan kirinya, ia baru sadar bahwa saat ini ia berada di rumah sakit melihat tangannya yang sedang diinfus.

“Abang…” pangil Iva dengan suara yang sangat halus namun masih bisa di dengar, buktinya Nanda yang sedang tertidur disofa di dekat ranjang Iva langsung membuka kedua matanya ketika ia mendengar suara Iva.

Nanda seketika beranjak dari atas sofa menghampiri Iva. “Kenapa dek?? Kamu butuh sesuatu??” Tanya Nanda sambil mengelus kepala Iva.

“Iva mau pulang kak, Iva gak mau disini.” Rengek Iva sambil menangis.

“Ia nanti kita pulang kalo tubuh kamu udah fit lagi yah.” Nanda menghapus air mata Iva yang mengalir melewati pipi pucatnya.

“Gak. Iva mau pulang sekarang juga.” Tolak Iva histeris.

“Ayok pulang kak, pulang. Iva gak mau ada di sini.” Iva berteriak semakin kencang. Nanda yang panik langsung menekan tombol yang ada di samping ranjang Iva yang langsung terhubung dengan dokter yang merawat Iva.

Tidak membutuhkan waktu lama dokter dan perawat yang bertugas menanggani Iva telah tiba. Suster yang melihat Iva teriak histeris langsung menyuntikkan cairan keselang infus Iva, yang Nanda yakini itu adalah obat tidur, terbukti dengan Iva yang perlahan berhenti berteriak dan langsung memejamkan matanya. Bertepatan dengan kesadaran Iva yang sudah hilang.

Nathan baru saja tiba setelah mengurus biaya perawatan Iva bingung melihat dokter dan suster yang berada di dalam kamar rawat Iva. “Ada apa dok?? Adik saya baik-baik aja kan dok??” Tanya Nathan sedikit cemas.

“Mohon ikut keruangan saya. Saya akan menjelaskan kondisi adik anda disana.” Jelas sang dokter.

Nathan dan Nanda langsung mengikuti langkah kaki dokter itu menuju ruangannnya, meninggalkan Iva yang sedang di periksa oleh perawat.

“Dari yang saya dapatkan setelah memeriksa kondisi adik anda, tampaknya ia mengalami trauma akut  saat ini.” Jelas  dokter tersebut saat Nathan dan Nanda sudah duduk di hadapannya.

“Ia akan sering mengalami hal seperti tadi. Berteriak, menangis, marah dan hal lainnya, akan sering ia alami.” Sambung dokter tersebut.

“Lalu, apa yang harus kami lakukan dok??” Tanya Nathan.

“Saya hanya bisa memberikan resep obat penenang untuk mengatasi hal tersebut. Namun alangkah baiknya jika adik anda di bawa ke psikiater untuk menyembuhkan traumanya.” Tutur sang dokter.

“Saya sarankan untuk tidak membuat dia tertekan saat ini, jangan membebani dia dengan hal yang berat.” Ucap dokter tersebut.

“Baiklah dok terimakasih.” Ucap Nanda sambil mengulurkan tangannya.

“Adik anda bisa pulang lusa depan.” Jelas dokter tersebut sambil membalas uluran tangan Nanda dan Nathan bergantian.

VANA ILLUSION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang